Makalah Dinamika Bumi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi merupakan planet yang sangat
dinamis. Jika kita dapat kembali ke waktu satu milyar tahun yang lalu atau
lebih, kita akan mendapatkan sebuah planet yang permukaannya sangat jauh
berbeda dengan keadaannya sekarang. Selain itu kita juga akan mendapatkan
bentuk dari benua (kontinen) yang berbeda dan berada pada posisi yang berbeda
dengan sekarang ini. Perubahan tersebut disebabkan oleh proses-proses yang
bekerja pada bumi ini.
Proses‑proses yang
merubah bentuk permukaan bumi itu dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu proses
yang merusak dan membangun permukaan bumi. Proses yang pertama merupakan proses
yang terjadi pada permukaan bumi yaitu proses pelapukan dan erosi. Proses
tersebut walaupun berjalan sangat lambat tetapi berlangsung terus menerus,
dapat menyebabkan permukaaan bumi secara perlahan menjadi rata. Sedangkan
proses‑proses yang membangun permukaan bumi umumnya disebabkan
oleh gaya‑gaya yang berasal dari dalam bumi seperti aktivitas
gunungapi dan pernbentukan pegunungan. Proses tersebut menyebabkan permukaan
bumi menjadi bertarnbah tinggi.
Hubungan antara proses‑proses
tersebut dan sifat kedinamisan dari bumi ini, walaupun sudah diketahui sejak
lama, tetapi belum ditemukan suatu hipotesa yang masuk akal untuk menceritakan
tentang perubahan‑perubahan yang terjadi pada bumi. Sampai pada awal abad
ke 20 muncullah suatu pendapat yang mengatakan tentang pemisahan atau pemekaran
dari daratan (kontinen) di permukaan bumi. Setelah lebih dari 50 tahun dengan
terkumpulnya data‑data yang mendukung hipotesa tersebut untuk beralih
menjadi suatu teori. Teori tersebut disebut teori tektonik lempeng (plate
tectonic). Teori yang akhirnya meluas tersebut merupakan sebuah model yang
konprehensif tentang kegiatan yang terjadi di dalam bumi.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana proses terjadinya bumi ?
2.
Apa yang dimaksud dengan pangea dan gondwana ?
3.
Apa saja karakteristik pelapisan bumi ?
4.
Bagaimana teori terbentuknya kulit bumi ?
5.
Bagaimana gejala lempeng tektonik kaitannya
dengan persebaran gunung api dan gempa bumi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Terjadinya Bumi
Bumi dengan segala isi dan bentuknya
merupakan salah satu planet anggota tata surya yang beredar mengelilingi
Matahari. Karena bumi merupakan bagian dari tata surya, sejarah terbentuk dan
perkembangannya berhubungan dengan sejarah terbentuknya tata surya. Bumi telah
terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu. Akan tetapi, bentuk permukaan
bumi selalu mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut akan terus terjadi
sepanjang masa, baik secara perlahan maupun secara cepat. Proses perubahan
bentuk permukaan bumi disebabkan oleh tenaga geologi. yaitu tenaga yang berasal
dari dalam bumi (endogen) dan tenaga yang berasa. dari luar bumi (eksogen).
Kekuatan tenaga endogen dapat menyebabkar. terjadinya gunung api dan gempa bumi
yang sangat dahsyat, sedangkan tenaga eksogen merupakan tenaga yang merusak
bentuk-bentuk permukaan bumi dari luar.
Berdasarkan beberapa pengamatan
diketahui bahwa bumi berbentuk bulat bola yang memepat di bagian kutubnya.
Garis tengah di khatulistiwa adalah 12.756,32 km dan jarak antara kutub utara
dan kutub selatan adalah 12.713,54 km. Dalam terbentuknya bumi tidak diketahui
secara pasti tapi yang diketahui bahwa proses terbentuknya bumi tidak lepas
dari proses terbentuknya tata surya yang menurut pendapat para ahli yang
mengemukakan teori-teorinya proses terbentuknya tata surya yang merupakan juga
proses terbentuknya bumi.
Teori-teori tersebut antara lain.
1.
Teori
Kabut (Nebula)
a. Immanuel Kant
Immanuel Kant merupakan
seorang filsuf dan ilmuwan Jerman. Pada tahun 1755, ia membuat hipotesis yang
meyatakan bahwa tata surya terbentuk oleh gumpalan kabut (nebula) yang
terdiri atas bermacam-macam gas. Nebula tersebut berpilin lambat. Gas-gas yang
berukuran besar menarik gas-gas yang berukuran kecil sehingga membentuk
gumpalan gas yang mirip dengan cakram. Ketika cakram tersebut memepat, sebagian
besar gas berada di pusat cakram. Pusat cakram membentuk gumpalan kabut
bermassa besar yang kemudian menjadi Matahari. Adapun gas-gas di bagian tepi
mengalami penurunan suhu dan menyusut membentuk planet-planet yang mengelilingi
Matahari.
b. Piere Simon de
Laplace
Piere Simon de Laplace merupakan
seorang ahli fisika Prancis. Pada tahun 1796 ia menyatakan bahwa tata surya
berasal dari kabut panas yang berpilin. Karena kabut selalu memancarkan panas
di alam semesta yang dingin, kabut tersebut mengalami penyusutan dan membentuk
bola gas. Penyusutan itu menyebabkan pilinan bola gas makin cepat. Akibatnya
terjadi oemepatan di kedua kutubnya dan melebar di bagian ekuator menyerupai
gelang-gelang karena penumpukan gas. Pilinan bola gas yang makin cepat
menyebabkan sebagian massa gas di ekuator makin menjauh dari bola gas, kemudian
membentuk bola-bola gas yang lebih kecil dan mengelilingi bola gas awal.
Bola-bola gas kecil tersebut kemudian mendingin menjadi planet, sedangkan bola
gas awal menjadi Matahari.
2. Teori
Planetesimal
Teori
planetesimal dikemukakan oleh Chamberlin dan Moulton pada
tahun 1905. Teori planetesimal menyatakan bahwa tata surya berasal dari
gumpalan kabut yang berbentuk spiral atau pilin sehingga disebut kabut pilin.
Di dalam kabut itu terdapat material-material padat yang disebut planetesimal.
Tiap-tiap planetesimal mempunyai orbit bebas sehingga terjadi tabrakan-
tabrakan. Dengan adanya gaya gravitasi, terbentuklah gumpalan- gumpalan yang
besar dan lebih pampat. Gumpalan terbesar terletak di tengah (pusat) kabut dan
menjadi pusat peredaran yang kemudian disebut Matahari. Adapun
gumpalan-gumpalan yang lebih kecil menjadi planet-planet yang secara
bersama-sama ber- revolusi terhadap Matahari.
3.
Teori Pasang Surut
Teori pasang
surut pertama kali disampaikan oleh Buffon (1707 – 1788). Buffon
menyatakan bahwa tata surya berasal dari adanya materi Matahari yang terlempar
akibat bertumbukan dengan sebuah komet. Teori pasang surut yang dikemukakan
Buffon kemudian diperbaiki oleh dua orang ilmuwan Inggris, yaitu Sir James
Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1919.
Jeans dan
Jeffreys menyatakan bahwa tata surya terbentuk oleh efek pasang gas-gas pada
Matahari. Efek pasang itu disebabkan oleh gaya gravitasi sebuah bintang besar
yang melintasi Matahari.
Gas-gas panas tersebut kemudian terlepas dari Matahari dan mulai mengelilingi Matahari. Selanjutnya, gas-gas panas berubah menjadi bola-bola cair. Tiap-tiap bola secara perlahan mendingin dan membentuk lapisan keras di sekelilingnya menjadi planet-planet can satelit-satelit.
Gas-gas panas tersebut kemudian terlepas dari Matahari dan mulai mengelilingi Matahari. Selanjutnya, gas-gas panas berubah menjadi bola-bola cair. Tiap-tiap bola secara perlahan mendingin dan membentuk lapisan keras di sekelilingnya menjadi planet-planet can satelit-satelit.
4.
Teori Awan Debu (Proto Planet)
Teori proto planet
dikemukakan oleh seorang ahli astronomi Jerman, Carl von Weizsaecker
pada tahun 1940. Teori proto planet kemudian disempurnakan antara lain oleh
Gerard P. Kuiper pada tahun 1150. Teori proto planet menyatakan bahwa tata
surya terbentuk oleh gumpalan awan gas dan debu yang jumlahnya sangat banyak.
Lebih dari 15.000 juta tahun yang lalu salah satu gumpalan mengalami pemampatan
dan menarik partikel-partikel debu membentuk gumpalan bola. Pada saat itulah
terjadi pilinan.
Dengan adanya
pilinan, gumapalan bola menjadi pipih menyerupai cakram, yaitu tebal dibagian
tengah dan pipih dibagian tepinya. Bagian tengah yang tebal berpilin lebih
lambat dari pada bagian tepinya. Partikel-partikel di bagian tengah saling
menekan sehingga menimbulkan panas dan cahaya. Bagian tengah itu kemudian
menjadi matahari. Partikel-partikel di bagian tepi yang berpilin lebih cepat
menyebabkan gumpalan-gumpalan awan gas dan debu terpecah-pecah menjadi
gumpalan-gumpalan yang lebih kecil. Gumpalan-gumpalan itu kemudian membeku menjadi
bahan planet dan satelitnya. Oleh karena itu, bahan-bahan planet tersebut
disebut protoplanet dan teorinya disebut teori protoplanet.
5.
Teori Bintang Kembar
Teori bintang
kembar dikemukakan oleh seorang ahli astronomi Inggris R.A. Lyttleton
sekitar tahun 1930-an. Teori itu menyatakan bahwa galaksi kita berisi banyak
kombinasi bintang kembar. Oleh karena itu, Lyttleton juga menganggap Matahari
memiliki sebuah bintang sebagai kembarannya. Bintang kmbaran Matahari tersebut
kemudian meledak menjadi unsur-unsur gas dan terperangkap oleh gaya gravitasi
Matahari. Awan gas kemudian mendingin membentuk planet- planet dan
satelit-satelitnya yang mengelilingi Matahari dan membentuk tata surya. Adapun
proses pembentukan planet dan satelit sama dengan teori pasang surut.
B. Pangea dan Gondwana
Bumi mulai terbentuk dari
4.600.000.000 tahun yang lalu dan mengalami beberapa perkembangan sampai
terbentuk seperti saat ini. Pada awal terbentuknya, bumi masih berupa bola api
yang mengalami akumulasi panas akibat kontraksi gravitasi, peluruhan radioaktif
dan hujan meteorit. Masa itu disebut masa Arkeozoikum yang berakhir sampai pada
sekitar 2.500.000.000 tahun yang lalu. Selanjutnya, inti bumi yang merupakan
cairan besi dan nikel memisahkan diri dari mantel bumi. Penguapan gas
besar-besaran dari dalam bumi bersama-sama dengan hidrogen dan helium membentuk
atmosfer primitif yang kemudian menyebabkan proses pendinginan bagian bumi
secara berangsur-angsur membentuk kerak bumi.
Masa Arkeozoikum merupakan awal
pembentukan batuan kerak bumi yang berkembang menjadi protokinten. Batuan masa
ini ditemukan di bagian dunia yang lazim disebut kraton atau perisai dunia.
Batuan yang tertua pada masa ini tercatat pada umur 3.800.000.000 tahun yang
lalu. Pada masa ini pula tercatat sebagai awal munculnya kehidupan primitif di
dalam samudera berupa ganggang dan bakteri (mikroorganisme). Hal itu dibuktikan
dengan ditemukan fosil Cyanobacteria dan Stromatin yang berusia 3.500.000.000
tahun. Pada masa Protozoikum (2,5 milyar – 590 juta tahun yang lalu) mulai
terjadi perkembangan hidrosfer dan atmosfer serta dimulainya kehidupan yang
lebih kompleks. Sebelumnya dari hewan uniseluler menjadi multiseluler
(eukariotik,prokariotik). Masa Arkeozoikum dan masa Protozoikum dikenal sebagai
masa Prakambrium.
Masa Palaeozoikum dibagi menjadi 6
zaman, yaitu sebagai berikut.
1.
Zaman Kambrium (590 juta – 500 juta tahun yang
lalu)
Pada
zaman ini, bumi masih berbentuk lautan yang luas dengan daratan yang disebut
Gondwana. Gondwana ini yang merupakan cikal bakal pulau atau negara India,
Afrika, sebagian Asia, Australia, Antartika, dan lainnya.
2.
Zaman Ordovisium (500 juta – 440 juta tahun yang
lalu)
Pada
zaman ini, daratan Gondwana masih menutupi celah-celah samudera. Meluapnya
samudera dan terjadinya zaman es adalah sebagian peristiwa yang terjadi pada
masa ini.
3.
Zaman Selur (440 juta – 410 juta tahun yang
lalu)
Pada
zaman ini terjadi pembentukan kereta pegunungan yang melintasi daerah-daerah
yang sekarang kita kenal sebagai daerah Skandinavia, Skotlandia, dan pantai
Amerika Utara.
4.
Zaman Devon (410 juta – 360 juta tahun yang
lalu)
Pada
zaman ini terjadi penyurutan samudera hingga menyebabkan benua raksasa
Gondwana, daerah Eropa Timur, dan Greenland terjadi pada masa ini.
5.
Zaman Karbon Kwali (360 juta – 260 juta tahun
yang lalu)
Pada
zaman ini mulai terjadi penyatuan benua dan membentuk daratan (pangea) yang
iklim daerahnya tergantung kepada letak geografis dan astronomis masing-masing.
6.
Zaman Perm (260 juta – 250 juta tahun yang lalu)
Pada
zaman ini, Benua Pangea bergabung bersama membentuk daratan. Air mulai menyurut
karena terjadi pembekuan di daerah Antartika dan Afrika yang menyebabkan
terjadinya iklim kering gurun pasir di daerah utara.
Masa Mesozoikum
terbagi pula menjadi 3 zaman, yaitu sebagai berikut.
1.
Zaman Trias (250 juta – 210 juta tahun yang
lalu)
Pada
zaman ini, Benua Pangea bergerak ke arah utara dan daerah gurun terbentuk.
Lembaran es di daerah selatan mulai mencair dan celah-celah antara benua mulai
terbentuk di Pangea.
2.
Zaman Jura (210 juta -140 juta tahun yang lalu)
Pada
zaman ini, Benua Pangea terpecah, yaitu daratan yang sekarang dikenal sebagai
Amerika Utara memisahkan diri dari daratan yang dikenal sekarang sebagai
Afrika. Selain itu, daratan yang sekarang dikenal sebagai Amerika Selatan
memisahkan diri dari daratan yang sekarang lebih dikenal sebagai Antartika dan
Australia.
3.
Zaman Kapur (140 juta – 65 juta tahun yang lalu)
Sebuah
pulau yang sekarang dikenal sebagai negara India terlepas dari Afrika daratan
utamanya, menuju daerah Asia dan terbentuklah iklim sedang di daerah India.
Masa Kenozoikum terbagi menjadi 6 zaman, yaitu sebagai
berikut.
1.
Kala Paleosen (67 juta – 56,7 juta tahun yang
lalu)
Kala
Paleosen merupakan awal munculnya hewan pemakan rumput, primata, burung, dan
sebagian reptil. Kala Paleosen ditandai dengan kegiatan magma secara intensif,
busur lava yang besar, dan hujan meteorit. Kegiatan magma yang menghasilkan
aliran lava yang sangat luas dan rempah gunung api menyebabkan hujan asam serta
terhalangnya sinar matahari. Hujan meteorit menyebabkan badai angin, Tsunami,
serta kebakaran hutan yang sangat luas.
2.
Kala Eosen (56,7 juta – 35,5 juta tahun yang
lalu)
Pecahnya
Benua Pangea berakhir dan perputaran antara benua yang satu dengan yang lainnya
dimulai. Daerah Afrika menabrak daerah Eropa dan daerah India masih bergerak
menuju daerah Asia, mengangkat Pegunungan Alpen dan Pegunungan Himalaya.
Tekanan antara benua membentuk cekungan samudera melebar dan menyebabkan
permukaan air laut merendah.
3.
Kala Oligosen (35,5 juta – 24 juta tahun yang
lalu)
Daratan
bertambah luas, sedangkan laut menyempit, pergerakan kerak benua terjadi secara
luas di daerah Amerika dan Eropa. Pegunungan Alpen di Eropa mulai terbentuk
pada kala Oligosen ini. Karena iklim yang lebih dingin terjadi di berbagai
bagian dunia, maka hutan mulai berkurang, sedangkan padang rumput meluas. Hal
itu menyebabkan hewan pemakan rumput tumbuh secara pesat.
4.
Kala Miosen (24 juta – 5 juta tahun yang lalu)
Pada
kala ini padang rumput semakin luas, sementara hutan semakin berkurang.
5.
Kala Pliosen (5 juta – 1,8 juta tahun yang lalu)
Sejumlah besar tumbuhan habis karena
cuaca yang semakin dingin.
6.
Kala Plestosen (1,8 juta – 0,01 juta tahun yang
lalu)
Kala
Plestosen lebih dikenal sebagai zaman es, karena pada masa ini terjadi beberapa
kali glasisasi. Lima glasisasi terbesar terjadi pada 1,6 juta, 900.000,
600.000, 200.000, dan 25.000 tahun yang lalu. Pada kala Plestosen terjadi zaman
es. Pada zaman es (zaman glasial) ini sebagian besar daerah Eropa, Amerika
bagian utara, dan Asia bagian utara ditutupi oleh es, begitu pula Pegunungan
Alpen, Himalaya, dan Cherpathia. Di antara zaman-zaman es ini terdapat zaman
interglasial, yaitu iklim bumi benar-benar lebih hangat.
C. Karakteristik Pelapisan Bumi
Bumi adalah planet ketiga dari
delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 milyar
tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU
(ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan
magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari angin
matahari,sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini
menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer.
Lapisan udara ini dibagi menjadi
Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer. Lapisan ozon,
setinggi 50 kilometer, berada di lapisan stratosfer dan mesosfer dan melindungi
bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan suhu permukaan bumi adalah antara -70 C
hingga 55 C bergantung pada iklim setempat. Sehari dibagi menjadi 24 jam dan
setahun di bumi sama dengan 365,2425 hari. Bumi mempunyai massa seberat 59.760
milyar ton, dengan luas permukaan 510 juta kilometer persegi. Berat jenis Bumi
(sekitar 5.500 kilogram per meter kubik) digunakan sebagai unit perbandingan
berat jenis planet yang lain, dengan berat jenis Bumi dipatok sebagai 1.
Bumi mempunyai diameter sepanjang
12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran
gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai
1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan bumi diliputi air. Udara Bumi
terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbondioksida, dan gas
lain. Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi
nikel beku setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500 C, diselimuti pula oleh
inti luar yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh
mantel silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi bumi, dan akhirnya
sekali diselimuti oleh kerak bumi setebal kurang lebih 85 kilometer.
Kerak bumi lebih tipis di dasar
laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak bumi terbagi kepada beberapa bagian dan
bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori Continental Drift) yang
menghasilkan gempa bumi. Titik tertinggi di permukaan bumi adalah gunung
Everest setinggi 8.848 meter, dan titik terdalam adalah palung Mariana di
samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau terdalam adalah Danau Baikal
dengan kedalaman 1.637 meter, sedangkan danau terbesar adalah Laut Kaspia
dengan luas 394.299 km2.
Menurut komposisi (jenis dari
materialnya), Bumi dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut :
1.
Kerak Bumi
Kerak
bumi adalah lapisan terluar Bumi yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kerak
samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 5-10 km
sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-70 km. Penyusun kerak
samudra yang utama adalah batuan basalt, sedangkan batuan penyusun kerak benua
yang utama adalah granit, yang tidak sepadat batuan basalt.
2.
Mantel Bumi
Mantel
bumi terletak di antara kerak dan inti luar bumi. Mantel bumi merupakan batuan
yang mengandung magnesium dan silikon. Suhu pada mantel bagian atas ±1300
°C-1500 °C dan suhu pada mantel bagian dalam ±1500 °C-3000 °C
3.
Inti Bumi
Inti
Bumi terletak pada lapisan terdalam. Inti Bumi terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
-
Inti bumi bagian luar merupakan salah satu
bagian dalam bumi yang melapisi inti bumi bagian dalam. Inti bumi bagian luar
mempunyai tebal 2250 km dan kedalaman antara 2900-4980 km. Inti bumi bagian
luar terdiri atas besi dan nikel cair dengan suhu 3900 °C
-
Inti bumi bagian dalam merupakan bagian bumi
yang paling dalam atau dapat juga disebut inti bumi. inti bumi mempunyai tebal
1200km dan berdiameter 2600km. inti bumi terdiri dari besi dan nikel berbentuk
padat dengan temperatur dapat mencapai 4800 °C.
Sedangkan menurut sifat mekanik (sifat dari material) -nya, bumi dapat
dibagi menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut :
1.
Litosfer
Litosfer adalah kulit terluar dari
planet berbatu. Litosfer berasal dari kata Yunani, lithos yang berarti berbatu,
dan sphere yang berarti padat. Litosfer bumi meliputi kerak dan bagian teratas
dari mantel bumi yang mengakibatkan kerasnya lapisan terluar dari planet bumi.
Litosfer ditopang oleh astenosfer, yang merupakan bagian yang lebih lemah,
lebih panas, dan lebih dalam dari mantel. Batas antara litosfer dan astenosfer
dibedakan dalam hal responnya terhadap tegangan: litosfer tetap padat dalam
jangka waktu geologis yang relatif lama dan berubah secara elastis karena
retakan-retakan, sednagkan astenosfer berubah seperti cairan kental.
Litosfer terpecah menjadi beberapa
lempeng tektonik yang mengakibatkan terjadinya gerak benua akibat konveksi yang
terjadi dalam astenosfer. Konsep litosfer sebagai lapisan terkuat dari lapisan
terluar bumi dikembangkan oleh Barrel pada tahun 1914, yang menulis serangkaian
paper untuk mendukung konsep itu. konsep yang berdasarkan pada keberadaan anomali
gravitasi yang signifikan di atas kerak benua, yang lalu ia memperkirakan
keberadaan lapisan kuat (yang ia sebut litosfer) di atas lapisan lemah yang
dapat mengalir secara konveksi (yang ia sebut astenosfer). Ide ini lalu
dikembangkan oleh Daly pada tahun 1940, dan telah diterima secara luas oleh
ahli geologi dan geofisika. Meski teori tentang litosfer dan astenosfer
berkembang sebelum teori lempeng tektonik dikembangkan pada tahun 1960, konsep
mengenai keberadaan lapisan kuat (litosfer) dan lapisan lemah (astenosfer)
tetap menjadi bagian penting dari teori tersebut.
Terdapat dua tipe litosfer yaitu :
Litosfer samudra, yang berhubungan dengan kerak samudra dan berada di dasar
samdura Litosfer benua, yang berhubungan dengan kerak benua. Litosfer samudra memiliki
ketebalan 50-100 km, sementara litosfer benua memiliki kedalaman 40-200 km.
Kerak benua dibedakan dengan lapisan mantel atas karena keberadaan lapisan
Mohorovicic.
2.
Astenosfer
Astenosper
merupakan lapisan dibawah lempeng tektonik, yang menjadi tempat bergeraknya
lempeng benua.
3.
Mesosfer
Mesosfer
adalah lapisan udara ketiga, di mana suhu atmosfer akan berkurang dengan
pertambahan ketinggian hingga ke lapisan keempat, termosfer. Udara yang
terdapat di sini akan mengakibatkan pergeseran berlaku dengan objek yang datang
dari angkasa dan menghasilkan suhu yang tinggi. Kebanyakan meteor yang sampai
ke bumi biasanya terbakar di lapisan ini.
Mesosfer
terletak di antara 50 km dan 80-85 km dari permukaan bumi, saat suhunya
berkurang dari 290 K hingga 200 K (18oC hingga − 73oC). Antara lapisan Mesosfer
dengan lapisan atermosfer terdapat lapisan perantara yaitu Mesopause.
D. Teori Terbentuknya Kulit Bumi
Kulit bumi dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Hal ini
telah menjadi bahan pemikiran para ahli untuk mengungkap proses perubahan dan
perkembangan kulit bumi pada masa lalu, sekarang dan prediksi pada masa yang
akan datang. Adapun berbagai teori terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan
para ahli antara lain sebagai berikut.
1.
Teori kontraksi (Contraction theory)
Teori
ini dikemukakan pertama kali oleh Descrates (1596-1650). Ia menyatakan bahwa
bumi semakin lama semakin susut dan mengkerut yang disebabkan oleh terjadinya
proses pendinginan, sehingga di bagian permukaannya terbentuk relief berupa
gunung, lembah, dan dataran.
Teori
kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852).
Mereka berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses
pendinginan di bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut
membentuk pegunungan dan lembah-lembah.
2.
Teori dua benua (Laurasia-Gondwana theory)
Teori
ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua yang sangat
besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub
selatan bumi. Kedua benua tersebut kemudian bergerak perlahan ke arah equator
bumi, sehingga akhirnya terpecah-pecah menjadi benua benua yang lebih kecil.
Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa dan Amerika Utara, sedangkan Gondwana
terpecah menjadi Afrika, Australia dan Amerika Selatan. Teori Laurasia-Gondwana
kali pertama dikemukakan oleh Edward Zuess pada 1884.
3.
Teori pengapungan benua (Continental drift
theory)
Teori
pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912. Ia menyatakan
bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar yang disebut Pangea.
Menurutnya benua tersebut kemudian terpecah- pecah dan terus bergerak melalui
dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, mengakibatkan pecahan benua
tersebut bergerak ke arah barat menuju equator. Teori ini didukung oleh
bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika bagian barat dengan Amerika
Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan dan fosil pada kedua daerah
tersebut.
4.
Teori konveksi (Convection theory)
Menurut
teori konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess dan
dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz, menyatakan bahwa di dalam bumi
yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah
lapisan kulit bumi yang berada di atasnya, sehingga ketika arus konveksi yang
membawa materi berupa lava sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge
(punggung tengah samudera), lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit
bumi yang baru menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua.
Bukti
kebenaran teori konveksi adalah terdapatnya tanggul dasar samudera (Mid Oceanic
Ridge), seperti Mid Atlantic Ridge dan Pasific-Atlantic Ridge. Bukti lainnya
didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang membuktikan bahwa semakin jauh
dari punggung tengah samudera, umur batuan semakin tua. Artinya terdapat
gerakan yang berasal dari Mid Oceanic Ridge ke arah berlawanan yang disebabkan
oleh adanya arus konveksi dari lapisan di bawah kulit bumi.
5.
Teori lempeng tektonik (Plate Tectonic theory)
Seperti
dijelaskan sebelumnya bahwa planet bumi terdiri atas sejumlah lapisan. Lapisan
bagian atas bumi merupakan bagian yang tegar dan kaku berada pada suatu lapisan
yang plastik atau cair. Hal ini mengakibatkan lapisan permukaaan bumi bagian
atas menjadi tidak stabil dan selalu bergerak sesuai dengan gerakan yang berada
di bawahnya. Keadaan inilah yang melatarbelakangi lahirnya teori Lempeng
Tektonik. Lahirnya teori lempeng tektonik (tectonic Plate theory) pada tahun
1968 merupakan kenyataan mutakhir dalam geologi yang menunjukkan terjadinya
evolusi bentuk permukaan bumi.
Teori
lempeng tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilso. Berdasarkan teori ini, kulit bumi
atau litosfer terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas
lapisan astenosfer, Lempeng-lempeng tektonik pembentuk kulit bumi selalu
bergerak karena pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer
yang berada di bawah lempeng tektonik kulit bumi.
Litosfer
sebagai lapisan paling luar dari badan bumi, bagaikan kulit ari pada kulit
manusia dan merupakan lapisan kerak bumi yang tipis. Prinsip teori tektonik
lempeng adalah kulit bumi terdiri atas lempeng-lempeng yang kaku dengan bentuk
tidak beraturan. Dinamakan lempeng karena bagian litosfer mempunyai ukuran yang
besar di kedua dimensi horizontal (panjang dan lebar), tetapi berukuran kecil
pada arah vertikal (ketebalan). Bandingkan dengan daun meja, daun pintu, atau
lantai di kelas kalian! Lempeng ini terdiri atas lempeng benua (tebal sekitar
40 km) dan lempeng samudera (tebal sekitar 10 km). Kedua lempeng tersebut
berada di atas lapisan astenosfer dengan kecepatan rata-rata 10 cm/tahun atau
100 km/10 juta tahun.
Astenosfer
merupakan suatu lapisan yang cair (kental) dan sangat panas. Panasnya cairan
astenosfer senantiasa memberikan kekuatan besar dari dalam bumi untuk
menggerakkan lempeng-lempeng secara tidak beraturan. Kekuatan ini dinamakan
tenaga endogen yang telah menghasilkan berbagai bentuk di permukaan bumi. Di
bumi ini litosfer terpecah-pecah menjadi sekitar 12 lempeng.
Teori
lempeng tektonik banyak didukung oleh fakta ilmiah, terutama dari data
penelitian geologi, geologi kelautan, kemagnetan purba, kegempaan, pendugaan
paleontologi, dan pemboran laut dalam. Lahirnya teori lempeng tektonik
sebenarnya merupakan jalinan dari berbagai konsep dan teori lama seperti Teori
Apungan Benua, Teori Arus Konveksi, Teori Pemekaran Lantai samudera, dan Teori
Sesar Mendatar, sebagaimana telah dijelaskan pada teori-teori di atas.
Lempeng-lempeng
tersebut selalu bergerak dan mendesak satu sama lain. Lempeng tektonik bagian
atas disebut lempeng samudera, sedangkan lempeng tektonik pada bagian atas
terdapat masa kontinen disebut lempeng benua. Kedua lempeng ini memiliki sifat
yang berbeda. Apabila dua lempeng yang berbeda sifat tersebut saling mendekat,
umumnya lempeng samudera akan ditekuk ke bawah lempeng benua hingga jauh ke
dalam lapisan astenosfer. Bertemunya antara dua lempeng seperti ini dinamakan
gerakan bertumbukan (subduction), sedangkan daerah yang menjadi tempat tumbukan
lempeng- lempeng disebut subduction zone.
Selain
saling mendekat kemudian bertumbukan, gerakan lempeng juga ada yang saling
menjauh dengan lempeng lainnya, dinamakan gerak divergent atau disebut juga
sebagai proses pemekaran. Hasil pemekaran lempeng yang berada di atas benua
disebut rifting, sedangkan pemekaran yang berada di samudera disebut spreading.
Contoh proses ini adalah pecahnya Benua Pangea pada Zaman Trias dengan
membentuk celah sepanjang pinggiran Atlantik yang memisahkan Afrika dan Amerika
Latin. Coba kamu perhatikan kedua benua tersebut! Pasti nampak seperti sebuah
sobekan kertas yang keduanya menunjukkan ciri-ciri bekas sobekan yang
berpasangan. Selain itu, ada juga gerakan lempeng yang hanya bersinggungan atau
berpapasan, disebut juga transcurrent fault.
E. Gejala Lempeng Tektonik Kaitannya Dengan
Persebaran Gunung Api Dan Gempa Bumi
Pinggiran lempengan India-Australia
bertabrakan dengan lempengan Eurasia,lempengan tersebut longsor jauh kedalam
bumi.suhu yang sangat tinggi telah melelehkan pinggiran lempeng sehingga
menghasilkan magma.Kemudian magma ini muncul melalui retakan di permukaan bumi
dan membentuk gunung-gunung api
KAITAN LEMPENG TEKTONIK DENGAN
PERSEBARANG G.BERAPI DAN GEMPA BUMI
Lempeng India-Australia sedang
didorong ke bawah lempengan Eurasia. proses ini dinamakan penujaman. Tabrakan
kedua lempeng tersebut membentuk pegunungan Himalaya, yakni busur gunung api di
Indonesia, parit Sunda dan Jawa, serta tanah tinggi Nugini. Australia bagian
utara telah didorong ke arah bawah sehinga membentuk teluk Carpentari dan Laut
Timor serta Laut Arafuru.
Ketika pinggiran lempengan
India-Australia bertabrakan dengan lempengan Eurasia, lempengan tersebut
longsor jauh ke dalam bumi, di bawah Indonesia. suhu yang sangat tinggi
melelehkan pinggiran lempengan sehingga menghasilkan magma. kemudian magma
muncul melalui retakan di permukaan bumi dan membentuk gunung-gunung api. Busur
gunung api di Indonesia terbentuk dengan cara seperti itu.
Di indonesia terdapat 400 gunung
berapi, tapi yang masih aktif kira-kira 80 gunung saja. gunung-gunung tersebut
di golongkan atas 3 barisan :
1. sumatra-jawa-nusa tenggara-sekitar
laut banda
2. halmahera dan pulau-pulau disebelah
baratnya
3. sulawesi utara-pulau sangihe-pulau
mindanao
Ada 3 sistem pokok persebaran pegunungan yang bertemu di Indonesia, yaitu:
1.
sistem
sunda
sistem ini
dimulai dari Arakan Yoma di Myanmar sampai ke kepulauan banda di Maluku dengan
panjang kurang lebih 7000 km. terdiri dari 5 busur pegunungan :
a. Busur arakan
yoma berpusat di Shan Myanmar
b. Busur Andaman
Nicobar berpusat di Mergui
c. Busur
Sumatra-Jawaberpusat di anambas
d. Busur Kep.
Nusa Tenggara
e. Busur Banda
berpusat di Banda
2. Sistem Busur Tepi Asia
sistem
in dimulai dari Kamsyatku melalui Jepang, filipina, kalimantan, dan Sulawesi.
di fillipina busur ini bercabang tiga yaitu:
a.
cabang pertama dari pulau lauzon melalui pulau
palawan ke kalimantan utara
b.
cabang kedua dari pulau Luzon melalui pulau
samar ke mindanau, dan kep. Sulu ke kalimantan utara
c.
cabang ketiga dari pulau samar ke mindanau dan
pulau sangihe ke sulawesi
3. Sistem Sirkum Australia
sistem
ini dimulai dari selandia baru melalui keledonia baru ke irian jaya (papua).
bagian utara dari sistem ini bercabang dua yakni :
a.
Cabang pertama dari ekor pulau irian melalui
bagian tengah sampai ke pegunungan charleslois di sebelah barat
b.
Cabang kedua dari kepulauan bismarck melalui
pegunungan tepi utara irian ampai ke kepala burung menuju halmahera
Daerah
Persebaran Rawan Gempa Bumi Di Indonesia
Indonesia merupakan daerah pertemuan rangkaian Sirkum Mediterania dan
rangkaian sirkum Pasifik, dengan proses pembentukan pegunungan yang masih
berlangsung. Oleh sebab itu di indonesia banyak terjadi gempa bumi. Pusat gempa
di dalam bumi disebut hiposentrum di indonesia terdapat hiposentrum yang
dalamnya lebih dari 500km, contohnya di bawah laut flores yang dalamnya
kira-kira 720km. Pusat gempa pada permukaan bumi disebut episentrum. Kerusakan
terbesar yang diakibatkan oleh gempa terdapat di daerah episentrum, di
indonesia episentrum banyak terdapat di bawah permukaan air laut
Pada peta gempa ada beberapa macam garis yang di kenal yaitu:
a.
homosiesta
: adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang dilalui gempa pada waktu
yang sama
b.
isosiesta
: adalah garis yang menghbungkan tempat-tempat yang dilalui oleh gempa yang
berintensitas yang sama
c.
pleistosiesta
: adalah garis yang mengelilingi daerah yang mendapat kerusakan terhebat dalam
gempa bumi. pleistoseista ini mengelilingi epsentrum, karena daerah sekitar
episentrum mengalami kerusakan yang paling parah. isoseista yang pertama juga
merupakan pleistoseista.
Proses perambatan gempa bumi melalui tiga macam getaran yaitu:
1.
Getaran
Longitudinal Atau Merapat-Meregang
Getaran ini berasal dari
hiposentrum dan bergerak malalui dalam bumi. kecepatan getaran ini besar
sekali, yaitu 7-14 km/jam. getran ini datang paling awal dan disebut getaran
primer, getaran ini belum menimbulkan kerusakan.
2.
Getaran
Transfersal Atau Naik Turun
Getaran ini berasal dari
hiposentrum dan bergerak melalui bagian dalam bumi. kecepatan getaran ini
antara 4-7 km/jam. getaran ini datang setelah getaran longitudinal dan
merupakan getaran pendahuluan kedua dan disebut getaran sekunder,getaran ini
belum menimbulkan kerusakan.
3.
Getaran Gelombang Panjang
Getaran ini berasal dari episentrum
dan bergerak melalui permukaan bumi. kecepatan getaran ini antara 3,8-3,9
km/jam. getaran ini datang paling akir, tetapi merupakan getaran pokok,getaran
ini yang menimbulkan kerusakan. Gempa bumi ada yang mempunyai kekuatan besar
dan ada yang berkekuatan kecil. dilihat dari intensitasnya ada dua macam gempa
yaitu :
1.
Makroseisme
yaitu gempa yang intensitasnya besar dan dapat diketahui tanpa alat
2.
Mikroseisme
yaitu gempa yang intensitasnya kecil sekali dan hanya dapat diketahui
dengan menggunakan alat saja.
Menurut
sebab terjadinya gempa ada tiga macam yaitu:
1. Gempa Runtuhan Atau Gempa Guguran
1. Gempa Runtuhan Atau Gempa Guguran
terjadi karena gugurnya atu runtuhnya tanah. daerah yang terjadi gempa
guguran adalah daerah tambang yang berbentuk terowongan, pegunungan kapur, atau
lubang. umumnya gempa runtuhan terjadidalam skala kecildan terjadi dalam
wilayah lokal.
2.
gempa vulkanis
Terjadi karena meletunya gunung api. jika gunung api akan meletus,
timbullah tekanan gas dari dalam sumbat kawah. tekanan ini menyebabkan
terjadinya getaran yang disebut gempa bumi. gempa ini hanya terdapat disekitar
gunung api yang meletus. bahaya gempa bumi ini lebih besar dari pada gempa bumi
runtuhan, namun lebih kecil dibandingkan dengan gempa tektonik.
3. Gempa Tektonis
Terjadi karena gerak lempeng tektonik dan merupakan akibat dari gerak
orogenetik. daerah yang seringkali mengalami gempa ini adalah daerah pegunungan
lipatan muda, yaitu daerah rangkaian mediterania dan rangkaian sirkum pasifik.
bahaya dari gempa ini dapat besar sekali karena lapisan bumi dapat
mengalamilipatan, retakan, patahan atau bergeser. karena gempa ini selalu
mengakibatkan pergeseran muka bumi, maka gempa ini disebut juga gempa
dislokasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bumi terdiri dari lapisan-lapisan,
mulai dari kerak, mantel (atas dan bawah) dan inti (luar dan dalam). Dari
lapisan tersebut ada yang dinamakan litosfer (lapisan kerak dan mantel bagian
atas) yang dapat kita sebut juga dengan lempeng litosfer. Lempeng ini bersifat
brittle atau mudah rapuh dan cenderung pecah, jadi bumi bagian atas terdiri
dari lempeng-lempeng yang terpecah-pecah. Antara lempeng satu dengan yang lain
saling bergerak, adapun yang mengakomodasi pergerakan lempeng yaitu
adanyakonveksi pada bagian mentel dan gaya-gaya yang bekerja pada lempeng
(ridge push, slab pull dan trench section).
Coba kita bayangkan, jika pecahan
lempeng itu bergerak pasti akan terjadi tumbrukkan antar lempeng, ada juga yang
saling menjauh dan ada juga yang saling berpapasan, bahasa kerennya divergen
(lempeng saling menjauh), konvergen (lempeng saling bertumbrukan) dan transform
(lempeng saling berpapasan). Pada awalnya bumi dianggap statis (tidak bergerak)
tetapi sejak adanya hipotesis dari seorang ahli meteorologi dan geofisika
Jerman, Alferd Wegener yang menyatakan bahwa continental mempunyai kemempuan
untuk bergerak (continental drift ), pernyataan ini disertai bukti-bukti bahwa
temuan lokasi fosil yang saling terhubung antar benua dan kesamaan batuan
sedimen antar beberapa benua, hal ini mengisyaratkan bahwa sebenarnya dahulu
benua adalah satu yang disebut dengan pangea.
Tetapi pada saat itu belum ada
bukti ilmiah yang dapat menjelaskan mengenai mekanisme yang menggerakan
continen. Sampai 30 tahun para ilmuan berdebat menegenai mekanisme continental
drift ini, kemudian pada tahun 1960 ditemukan pegunungan di bawah laut dan pola
alternating magnetik batuan pada permukaan lantai samudra, dari penemuan ini
mulai ada pencerahan dalam menjelaskan mekanisme continental drift.
B. Saran
Kita di bumi ini sebenarnya ibarat
menaiki perahu yang mengapung tapi berjalan sangat lambat sekali lebih lambat
dari jalannya kura-kura. Makalah saya ini masih jauh dari kata sempurna untuk
itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan dari para pembaca
sekalian demi tercapainya kesempurnaan dari makalah saya ini.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment