Pencarian

Thursday, February 25, 2016

Makalah Pedosfer

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pedosfer atau tanah adalah lapisan kulit bumi yang tipis yang berada pada permukaan paling atas dari bumi. Dalam kehidupan sehari-hari, tanah merupakan bagian yang penting yang dapat menunjang kelangsungan hidup manusia. Sebagian besar yang kita gunakan dan kita miliki sekarang berasal dari tanah, misalnya tanah kita gunakan sebagai tempat tinggal tempat pertanian dan lain-lain. Tumbuhan memperoleh makanan dari tanah, sedangkan manusia dan hewan sangat tergantung pada tumbuhan. Jadi, makanan yang kita butuhkan untuk kelangsungan hidup manusia juga berasal dari tanah oleh karena itu pengerusakan kualitas tanah sebenarnya menghambat kelangsungan hidup manusia.
Dalam upaya menunjang pembangunan yang berwawasan lingkungan pengetahuan tentang tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tanah mutlak diketahui.
Sehubungan dengan hal tersebut penulis dapat termotivasi untuk membahas dampak perubahan tanah secara jelas dan mudah dipahami dalam karya tulis yang berjudul “ DAMPAK PERUBAHAN PEDOSFER TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA “.
     
      B.     Rumusan Masalah
Agar pembahasan paper ini lebih mudah dan terarah maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah faktor-faktor perubahan pedosfer ?
2.      Apakah dampak perubahan pedosfer terhadap kehidupan manusia ?
3.      Bagaimana usaha penaggulangan perubahan  pedosfer?


C.    Tujuan Pembahasan
Setiap orang yang melakukan pekerjaarn pasti mempunyai  tujuan dan maksud tertentu. Demikian juga penulis dalam menyusun paper ini mempunyai acuan tertentu pula antara lain sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perubahan pada pedosfer.
2.      Untuk mengetahui dampak perubahan pedosfer terhadap kehidupan manusia.
3.      Untuk mengetahui bagaimana usaha penaggulangan perubahan pedosfer.

D.     Metode Analisa Data
1.      Metode deduktif : menganalisa konsep yang bersifat umum menjadi konsep yang bersifat khusus.
2.      Metode induktif : menganalisa konsep yang bersifat khusus menjadi konsep yang bersifat umum.



















BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Pengertian Pedosfer
Pedosfer atau tanah adalah lapisan kulit bumi yang tipis yang terletak pada bagian atas permukaan bumi, tanah dalam bahasa inggris disebut “ SOIL “ menurut dokuchaev: tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi.
Tanah yang berbentuk di permukaan bumi secara langsung maupun tidak langsung selalu berkembang dari bahan- bahan mineral batuan. Melalui proses pelapukan baik secara fisis maupun kimia dan dibantu oleh pengaruh atmosfer maka batu-batuan akan berdisintegrasi dan terdisintegrasi menghasilakan bahan induk lepas. Dan selanjutnya dibawah pengaruh proses pedogenik. Berkembang menjadi tanah, seperti halnya dengan bentuk –bentuk permukaan bumi yang lain. Bahwa tanah dalam perkembangannya selalu mengikuti prinsip-prinsip dasar distribusi/ penyebaran alami, yakni sebagai berikut :
a.       Tanah akan berkembang menjadi bermacam-macam bentuk
b.      Tanah akan menunjukkan perubahan-perubahan tradisional pada daerah-daerah perbatasan antar region tanah.
c.       Tanah akan memperlihatkan perubahan-perubahan yang disebabkan pengaruh waktu
d.      Tanah akan menuju kesetabilan relatif dalam daerah lingkungan bahan induknya.

B.     Faktor-faktor Pembentukan Pedosfer
Ada beberapa faktor –faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1.      IKLIM
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah ada dua yaitu:


a)          Suhu/Temperatur
 Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk apabila suhu  tinggi maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula.
b)         Curah Hujan Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah. Sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam.(PH Tanah menjadi rendah )

2.      ORGANISME (Vegestasi, jasad renik/mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal :
a.       Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik/pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan pertumbuhan) maupun pelapukan kimiawi/ pelapukan yang terjadi karena proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
b.      Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun/ ranting yang menumpuk dipermukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada didalam tanah.
c.       Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata yang terjadi didaerah yang beriklim sedang seperti vegetasi hutan dapat membentuk tanak hutan dengan warna merah. Sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis dari akar –akar dan sisa-sisa rumput.
d.      Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat dalam tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh : jenis cemara  yang memberi unsur-unsur kimia seperti, Ca. Mg. dan K yang relative rendah. Akibatnya tanah di pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi.




3.      BAHAN INDUK
Bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun sifat kimia tanah. Bahan induk terdiri dari bahan vulkanik. Batuan beku, batuan sedimen (Endapan) dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk. Kemudian akan ,mengalami pelapukan dan menjadi tanah.

4.      TOPOGRAFI / RELIEF
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi :
a)      Tebal tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring/berbukit tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah datar lapisa tanahnya tebal karena sedimentasi.
b)      Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya kurang baik seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.

5.      WAKTU
Waktu yang dibutuhkan tanah yang merupakan benda alam yang terus-menerus berubah akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus berubah akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus akibatnya tanah semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur-unsur hara telah habis karena mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.

      C.    Jenis-Jenis Pedosfer
Jenis-jenis tanah/pedosfer yang ada dipermukaan bumi tentunya berbeda-beda antara satu tempat dengan yang lainnya. Jenis-jenis tanah yang khususnya terdapat di Indonesia bermacam-macam antara lain :
1.      Organosal/Tanah gambut/tanah Organik
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa. Mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, kandungan unsur haranya rendah terbentuk karena adanya proses pembusukan sisa-sisa tumbuhan rawa.

2.      Tanah Aluvial
Jenis tanah ini berasal dari material halus yang diendapkan oleh aliran sungai oleh karena itu tanah ini banyak terdapat didaerah datar sepanjang aliran sungai.

3.      Tanah Regosol
Tanah ini berasal dari endapan abu vulkanis baru yang memilki butiran kasar. Penyebarannya terdapat pada daerah gunung api, jenis tanah ini masih muda belum mengalami diferensiasi horizon dan tingkat kesuburan sedang.

4.      Tanah Litosol
Merupakan jenis tanah yang berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal, berasal dari batuan beku yang mengalami proses pelapukan sempurna. Tekstur tanah beraneka ragam, pada umumnya berlapis dan tidak berstruktur, dan tingkat kesuburan bervariasi .

5.      Tanah Latosol
Jenis tanah ini berkembang/terjadi diferensiasi horizon, kedalamn dalam bertekstur lempung, struktur lemah hingga  gumpal warna cokelat merah hingga kuning. Tersebar didaerah beriklim basah curah hujan lebih dari 300-1000 mm. tanah ini terbentuk dari batuan gunung api yang kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.

6.      Tanah Grumosol
Jenis tanah ini berasal dari batu kapur, batu lempung, tekstur lempung berat, agak tebal, tersebar didaerah iklim sub humid /sub arid dan curah hujan kurang dari 2500 mm/ tahun.

7.      Tanah Podsolik
Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuff vulkanik bersifat asam, curah hujan  lebih 2500 mm/ tahun, tekstur lempung hingga pasir. Tingkat kesuburan rendah hingga sedang warna merah hingga kuning dan peka terhadap erosi.

8.      Tanah Pedsol
Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir, tekstur lempung hingga pasir, struktur gumpal, tingkat kesuburan tanah rendah penyebarannya didaerah beriklim basah, topografi pegunungan misalnya didaerah Kalimantan tengah.

9.      Tanah Andosol
Jenis tanah ini berasal dari induk abu vulkanik solum agak tebal warna cokelat abu-abu hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan besifat licin berminyak (smeary) iklim sedang dengan curah hujan diatas 2500 mm/tahun umumnya dijumpai dilereng atas kerucut vulkan di ketinggian diatas 800 m.

10.  Tanah Mediteran Merah-Kuning
Jenis tanah ini berasal dari batuan kapur keras (Limestone) dan tuff vulkanis bersifat basa. Penyebaran  didaerah beriklim sub humid. Penyebaran  pada topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian dibawah 400 mm. warna cokelat hingga merah, khusus tanah mediteran merah kuning didaerah topografi karst disebut “ terra rossa”

11.  Hidromoft kelabu (gleisol)
Jenis tanah ini perkembangannya dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu topografi merupakan dataran rendah dan cekungan, hampir selalu tergenang air, solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuning-kuningan, tekstur lempung, tekstur berlumpur, konsisten lekat kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini yaitu adanya “ glei kontinu” yang berwarna kelabu pucat kedalaman < 0,5 m. akibatnya profil tanah selalu jenuh air. Penyebaran didaerah beriklim humid hingga sub humid curah hujan lebih dari 2000 mm/ tahun.

12.  Tanah Sawah (paddy soil)
Tanah disawah ini diartikan tanah yang karena sudah lama (ratusan tahun) dipersawahkan dilihat dari perkembangan profil khas, yang menyimpang dari tanah aslinya. Penyimpangannya antara lain terbentuknya lapisan bajak yang hampir kedap air atau disebut  padas olah, sedalam 10-15 cm dari muka tanah tebal 2-5 cm. dibawah ini lapisan bajak terdapat mangan dan besi, tebalnya bervariasi tergantung permeabilitasi tanah.




BAB III
DAMPAK PERUBAHAN PODESFER TERHADAP
KEHIDUPAN MANUSIA

A.    Faktor-faktor Penyebab Perubahan Pedosfer /Tanah
Seperti halnya terhadap benda-benda lain, tanah juga termasuk wujud alam yang mudah mengalami perubahan/kerusakan serta berbagai masalah mengenai tanah banyak sekali terjadi khususnya di Indonesia masalah tersebut seperti, tingkat kesuburan tanah yang rendah, erosi, tanah longsor dan lain-lain. Adapun faktor-faktor penyebab/kerusakan tanah antara lain sebagai berikut:

a.       Erosi
Adalah suatu proses penghancuran tanah (detached) dan kemudian tanah tersebut dipindahkan ketempat lain oleh kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi yang sering terjadi di Indonesia yaitu erosi yang disebabkan oleh air. Adapun jenis-jenis erosi dapat dibedakan menjadi tujuh antara lain :
1.      Pelarutan
2.      Erosi Percikan (splash erosion)
3.       Erosi Lembar (sheet erosion)
4.      Erosi Alur (rill erosion)
5.      Erosi Gully (gully erosion)
6.      Erosi Parit ( channel erosion)
7.      Longsor

b.      Perusakan Hutan
Akibat dari hutan yang rusak dapat mengurangi daya serap tanah dan mengurangi kemampuan dalam menampung dan menahan air, sehingga tanah mudah tererosi.

c.       Proses Kimiawi Air Hujan
Air hujan merupakan faktor utama terjadinya kerusakan tanah melalui proses perubahan kimiawi dan sebagian lagi karena proses mekanisme.
d.      Proses Mekanisme Air Hujan
Air yang turun sangat deras akan mengikis dan menggores tanah di permukaannya sehingga terbentuk selokan pada daerah yang tidak bervegetasi hujan lebat dapat menghanyutkan tanah berkubik-kubik, ada pula yang menghanyutkan Lumpur sehingga terjadi banjir Lumpur.

e.       Tanah Longsor
Tanah longsor adalah turunya/ambruknya tanah dan bebatuan ke bawah bukit. Hujan mempercepat longsornya tanah karena tanah menjadi longgar dan berat. Pelongsoran hanya terjadi pada lapisan luar yang terlepas dari permukaan tanah.

f.       Kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah pekarangan

g.      Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinisasi)

h.      Penjenuhan tanah oleh air (water longing) 
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  
B.     Dampak Perubahan Pedosfer terhadap Kehidupan Manusia
Dengan adanya pertambahan populasi, dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia telah memaksa tanah berproduksi pada tingkat maksimum. Dalam usaha peningkatan produksi biasanya manusia hanya terpaku pada hasil produksi saja, jarang sekali ada yang memperhatikan tanah sebagai sumber daya alam yang bersifat tidak dapat diperbaharui (non renewable), sehingga tanah mengalami perubahan / kerusakan dan juga dapat memberikan dampak terhadap kehidupan khususnya manusia.
Perubahan / kerusakan tanah yang utama adalah akibat erosi tidak hanya ditempat erosi saja tetapi, juga perubahan-perubahan ditempat lain.
Adapun macam-macam dampak perubahan pedosfer/tanah terhadap kehidupan manusia antara lain:
a.       Berkurangnya daerah/ wilayah tempat tinggal manusia
b.      Pendapatan petani berkurang karena penurunan produktifitas tanah
c.       Berkurangnya lahan untuk bercocok tanam karena banyaknya lahan kritis yang kurang subur.
d.      Banyaknya bencana seperti banjir, tanah longsor, dan lain-lain yang merugikan manusia karena laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang dan struktur tanah rusak.
e.       Memerlukan banyak tenaga untuk mengolah kembali tanah yang rusak.

C.    Usaha penggulangan Perubahan Pedosfer
Pada uraian di muka telah dibahas tanah menjadi cepat rusak karena adanya penggunaan tanah yang kurang tepat. Salah satu cara menanggulangi kerusakan tanah/pedosfer dapat dilakukan dengan system “ Konservasi tanah “ yaitu memelihara dan perlindungan terhadap tanah yang diupayakan secara teratur yang bertujuan untuk mengurangi dan memberi solusi atas kerusakan tanah beserta kelestariannya, yang berarti menggunakan tanah sesuai dengan daya guna kemampuan, kemudian jika kita sudah memanfaatkannya kita harus memelihara serta mempertahankan  produktifitasnya.  Dengan  jalan memperlakukannya dengan syarat yang diperlukan. Sehingga tanah tidak rusak dan tetap produktif. Dengan  demikian pada dasarnya usaha konservasi tanah harus dilakukan melalui/dengan :
1)      Mengurangi besar energi perusak (air hujan dan aliran permukaann). Ke suatu tempat dimana tidak menyebabkan kerusakan tanah.
2)      Meningkatkan ketahanan agregat tanah terhadap pukulan air hujan dan kikisan limpasan permukaan.
3)      Memperbaiki pelindung tanah

        Pemilihan dan pelaksanaan program konservasi tanah dapat diringkas menjadi :
1)      Dibagian hulu (tengah): mendapatkan produktivitas lahan pertanian (dan hutan ) yang tinggi dan produktivitasnya tinggi dapat terjadi dalam waktu yang lama (sustainable)
2)      Di bagian hilir (dan tengah)  mengendalikan banjir dan mengelola pengendapan sungai dan berbagi proyek yang dibangun pada sungai tersebut.
Berdasarkan cara yang dikenal tiga macam metode konservasi tanah yaitu:
1.    Metode vegetatif/ vegetasi
Metode vegetatif/vegetasi adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi (tumbuh) pada lahan yang dilestarikan. Metode ini sangat efektif dalam pengontrolan erosi, ada beberapa cara mengawetkan tanah melalui metode vegetatif antara lain:
a.       Penghijauan
b.      Reboisasi
c.       Penanaman secara kontur (menanami lahan searah dengan garis kontur)
d.      Penanaman tumbuhan penutup tanah (buffering)
e.       Penanaman tanah secara berbaris ( strip cropping)
f.       Pergiliran tanaman (croprotation)

2.     Metode secara kontur (menanami lahan searah dengan garis kontur)
Metode mekanik/teknik sipil adalah metode mengawetkan tanah melalui teknik-teknik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran permukaan (run off). Menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan tidak merusak. Beberapa cara umum yang dapat dilakukan dengan metode mekanik/ teknik sipil antara lain:
a.       Pengolahan tanah menurut garis kontur (sejajar dengan garis kontur )
b.      Membuat tanggul/guludan/pematang persawahan.
c.       Pembuatan saluran air (drainase)

3.     Metode pemakaian bahan kimia
Yaitu dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah. Yaitu meningkatkan kemantapan agregat struktur tanah. Pada umumnya penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan walaupun cukup efektif akan tetapi biayanya mahal. Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan antara lain., bitumen dan krilium.



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Faktor-faktor penyebab perubahan pedosfer
a.       Erosi
b.      Perusakan hutan
c.       Proses kimiawi oleh air hujan
d.      Proses mekanisme oleh air hujan
e.       Tanah longsor
f.       Kehilangan unsur hara dan bahan organik
g.      Salinitasi (terkumpulnya garam di daerah perakaran)
h.      Penjenuhan tanah oleh air (waterlongging)

2.      Dampak perubahan pedosfer terhadap kehidupan manusia
a.       Berkurangnya daerah/wilayah tempat tinggal manusia
b.      Pendapatan petani berkurang karena adanya penurunan produktifitas tanah
c.       Berkurangnya lahan untuk bercocok tanam karena banyak lahan kritis yang kurang subur
d.      Terjadi berbagai macam bencana alam
e.       Memerlukan banyak tenaga untuk mengolah kembali tanah yang rusak

3.      Usaha penanggulanagan perubahan pedosfer
Konvervasi tanah, yang terdiri dari tiga macam metode :
a.       Metode vegetatif/vegetasi
b.      Metode teknik/mekanik
c.       Metode pemakaian bahan kimia




B.     Sara-saran
1.      Tanah/pedosfer merupakan bagian yang penting dari bumi yang menunjang kelangsunagn hidup manusia oleh karena itu mulai sekarang manfaatkan dan kelola dengan sebaik-baiknya. Yang sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan.
2.      Sebaiknya Pemerintah khususnya Pihak Perhutani  lebih menegaskan lagi tentang adanya pengurasan hutan secara besar-besaran yang berakibat lahan dan tanah menjadi rusak, dan tidak produktif lagi
3.      Sebaiknya para petani/pemilik sawah/ladang menerapkan sistem pergiliran tanah dan penggunaan pupuk yang sesuai dengan aturan-aturannya supaya lapisan tanah atas yang subur tidak tererosi dan terjaga produktifitasnya.
4.      Penggunaan pestisida dan insektisida sebaiknya dikurangi karena pestisida yang larut dan terikat dengan butir-butir tanah menimbulkan masalah pada kandungan unsur hara tanah yang menimbulkan masalah pada persediaan air tanah.
5.      Pengadaan reboisasi dan penghijauan khususnya untuk daerah curam agar agregat tanah menjadi kuat dan tidak mudah longsor.
6.      Membuat sistem terasering pada lahan miring untuk pencegahan erosi.














DAFTAR PUSTAKA


4.      http://www.scribd.com/doc/45836801/ Pedosfer#scribd













No comments:

Pencarian isi Blog