Pencarian

Monday, February 22, 2016

Karya Tulis Burung Kasuari



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kasuari merupakan salah satu jenis unggas yang tidak bisa terbang. Ukuran burung ini sangat besar, dengan tempramen yang buruk dan kuku tajamnya, semakin membuat burung ini berkesan menyeramkan. Jika sedang marah atau merasa terancam, burung ini akan menendang sesuatu yang dianggapnya musuh dengan kaki besar dan kukunya yang tajam. Burung Kasuari terdiri dari tiga spesies, yaitu Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius), dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti).
Burung besar ini dapat di temukan di daratan Papua dan sekitarnya, namun untuk jenis Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) dapat juga ditemukan di benua Australia. Ukuran dari betinanya lebih besar dari pejantan. Kasuari dewasa dapat berukuran sangat besar, dengan tinggi hingga 170 cm, (Kecuali Kasuari Kerdil), dan memiliki warna bulu yang hitam pekat, dan memiliki sejenis tanduk di kepalanya. Habitat dari burung besar ini terdapat di hutan dataran rendah, termasuk di rawa-rawa.
Namun di balik keunikannya, ternyata burung ini terancam punah, karena banyak perburuan yang menyebabkan populasi burung ini semakin berkurang. Bahkan telur dari burung ini pun di buru untuk dijadikan  cenderamata. Sekarang burung ini termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi untuk mencegah semakin maraknya perburuan terhadap burung ini. Sungguh disayangkan bila satwa ini sampai punah karena keserakahan manusia.

1.2  Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan adalah :
a.       Bagaimana ciri dan tingkah laku Burung Kasuari ?
b.      Fungsi Anatomi Burung Kasuari
c.       Penangkaran dan Perawatan Burung Kasuari


1.3  Tujuan Penyusunan Karya Tulis
Adapun tujuan dari penyusunan karya tulis, yaitu :
a.       Mengenal lebih lanjut tentang Burung Kasuari.
b.      Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan akan hal-hal yang menyangkut Burung Kasuari baik ciri - cirinya, tingkah lakunya, maupun perkembangbiakannya.
c.       Menyadarkan masyarakat bahwa masih banyak hewan yang mulai punah keberadaannya, terutama Burung Kasuari.


1.4  Alasan Pemilihan Judul
Yang menjadi alasan penyusun untuk pemilihan judul dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :
a.       Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Burung Kasuari.
b.       Kita dapat mengetahui salah satu hewan yang mulai punah keberadaannya.
c.       Untuk mengajakmasyarakat yang sadar lingkungan akan pentingnya alam untuk semua makhluk hidup di sekitar kita.
d.      Untuk membina atau membimbing masyarakat agar menjaga dan melestarikan lingkungan kita.

1.5  Metode Pengumpulan Data
Metode yang diadakan dalam pengumpulan data karya tulis  adalah wawancara dan mencariberbagai informasi dari mediaelektronik seperti televisi, dan internet maupun dari media cetak seperti koran.






1.6  Sistemitika Penyusunan
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Perumusan Masalah
1.3  Tujuan Penyusunan Karya Tulis
1.4  Alasan Pemilihan Judul
1.5  Metode Pengumpulan Data
1.6  Sistemitika Penyusunan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1  Kajian Pustaka
2.1.1        Burung Kasuari
2.1.2        Klasifikasi Burung Kasuari
2.1.3        Spesies Burung Kasuari
2.1.4        Sistem Anatomi Pada Burung Kasuari
2.2  Kasuari Burung Paling Berbahaya Di Dunia
BAB III PEMBASAHAN MATERI
3.1  Perkembangbiakan Kasuari
3.2  Penangkaran BurungKasuari
3.3  Jenis Penyakit dan Pengendaliannya
BAB IV PENUTUP
4.1  Kesimpulan
4.2  Saran
DAFTAR PUSTAKA
KARTU KONSULTASI



BAB II
LANDASAN TEORI


2.1  Kajian Pustaka
2.1.1        Burung Kasuari

Gambar 2.1.1 Burung Kasuari

Casuarius adalah salah satu dari dua genus burung di dalam suku Casuariidae. Genus ini terdiri dari tiga spesies kasuari yang berukuran sangat besar dan tidak dapat terbang.
Daerah sebaran ketiga spesies ini adalah di hutan tropis dan pegunungan di pulau Irian. Kasuari Gelambir-ganda adalah satu-satunya spesies burung kasuari yang terdapat di Australia.
Kasuari diperlengkapi tanduk di atas kepalanya, yang membantu burung ini sewaktu berjalan di habitatnya di hutan yang lebat. Selain tanduk dikepalanya, kasuari mempunyai kaki yang sangat kuat dan berkuku tajam. Burung kasuari betina biasanya berukuran lebih besar dan berwarna lebih terang daripada jantan.
Propinsi Papua (Irian Jaya) merupakan daerah Kawasan Timur Indonesia, yang kaya akan keaneka ragaman hayati, baik fauna maupun floranya. Keaneka ragaman fauna Irian Jaya dari jenis burung , ada 602 species dengan tingkat endemic 52 % (Anonymous, 1993). Salah satu jenis burung endemik yang tergolong paling besar tubuhnya adalah burung kasuari (Casuarius Sp.). Burung ini selain besar, juga memiliki keindahan warna leher dan pialnya.
Burung kasuari merupakan salah satu satwa liar yang dilindungi Undang-Undang dan memiliki potensi untuk dikembangkan serta dibudidayakan sebagai hewan ternak. Burung kasuari dewasa dapat mencapai tinggi 1,3-1,8 meter dengan berat sekitar 60-75 kilogram. Jumlah telur setiap musim kawin berkisar 2-6 butir, tetapi lebih sering antara 2-4 butir. Meskipun satwa ini dilindungi oleh undang-undang, namun masih sering terjadi perburuan liar untuk mendapatkan daging, telur dan bulu dari satwa ini.
Apabila keadaan ini berlanjut terus, tanpa dilakukan pengawasan dan pengendalian yang tepat, maka satwa ini terancam punah. Keadaan ini akan lebih dipercepat lagi dengan adanya pembukaan hutan untuk pemukiman transmigrasi, perkebunan ataupun industri, yang menyebabkan perusakan habitat.
Salah satu usaha pemerintah untuk mengatasi hal tersebut adalah melakukan penangkaran fauna burung endemik Papua, termasuk kasuari di Taman Burung dan Taman Anggrek Biak. Penangkaran merupakan salah satu usaha untuk melindungi dan mengembangkan satwa diluar habitat alaminya. Didalam penangkaran dapat mengakibatkan satwa mengalami perubahan lingkungan dari alam bebas menjadi terbatas, termasuk perubahan dalam proses adaptasi dan tingkah laku makan dan kawin.
Namun sampai saat ini tingkat keberhasilan penangkaran burung kasuari di Taman Burung dan Taman Anggrek Biak belum optimal, karena masih terbatasnya informasi tentang kasuari di Indonesia terutama tentang tingkah laku makan dan kawin yang sangat menunjang proses pengawasan dan penanganan reproduksi kasuari. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian atau penelitian pola tingkah laku makan dan kawin burung kasuari dalam penangkaran sebagai acuan dalam usaha pembudidayaannya.
2.1.2        Klasifikasi Burung Kasuari

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan                 :  Animalia
Filum                      : Chordata
Kelas                       : Aves
Ordo                       : Struthioniformes
Famili                      : Casuariidae
Genus                     : Casuarius

Berdasarkan sistematika zoologis, burung kasuari termasuk dalam Ordo Struthioniformis, Famili Casuariidae dan Genus Casuarius dengan tiga spesies yaitu Casuarius unappendiculatus (Kasuari Gelambir Tunggal), Casuarius casuarius (Kasuari Gelambir Ganda) dan Casuarius bennetti (Kasuari Kerdil) (Coates, 1985).
Jenis kasuari gelambir tunggal banyak ditemukan di daerah hutan hujan atau hutan rawa, terutama di dataran rendah. Daerah penyebarannya sangat luas, meliputi Papua bagian utara, pulau salawati dan pulau Yapen-Serui. Tinggi kasuari jenis ini 1,2-1,5 meter (Beehler et al., 1986). Spesies ini memiliki ciri umum selain bergelambir tunggal pendek kemerahan, mahkota membentuk bidang segitiga, wajah dan kepala berwarna biru dengan leher merah berbercak kuning dibagian belakang.
Kasuari gelambir ganda sering terdapat dipinggiran hutan dan sabana. Penyebarannya meliputi Papua bagian Barat, Tenggara dan Selatan serta kepulauan Aru. Spesies ini memiliki tinggi 1,5 –1,8 meter (Beehler, et al., 1986 dan Coates, 1985). Kulit leher dan kepala berwarna biru keunguan bercampur merah dan kuning. Memiliki gelambir ganda berwarna merah pada lehernya. Bermahkota tinggi dan tebal membentuk kurva.
Kasuari kerdil lebih senang mendiami daerah pegunungan dengan ketinggiam lebih dari 3000 meter dari permukaan laut. Tinggi kasuari ini 1,1 meter dengan mahkota pendek mendatar kebelakang dan tidak bergelambir. Leher bawah berwarna merah dan bagian atas berwarna biru sampai kekulit muka dengan bercak merah disudut mulut.
Kasuari merupakan burung besar yang tubuhnya berat (60-75 kilogram), hanya dijumpai di pulau Papua, Kepulauan Aru, Seram dan Australia Timur Laut. Berkerabat dekat dengan burung Unta, Emu, Kiwi, Rhea dan Tinamou yang tergolong kedalam ratiles atau burung yang tidak dapat terbang. Kasuari dapat lari dengan kecepatan 40 kilometer per jam dengan satu lompatan melewati rintangan. Memiliki sepasang kaki yang kokoh dengan ketiga jarinya yang dipersenjatai kuku atau cakar yang tajam dan panjang. Bulu kasuari dewasa berwarna hitam legam, kaku dan pendek. Sedangkan bulu anak kasuari berwarna coklat pucat dengan garis-garis memanjang dari kepala keekor berwarna coklat gelap. Perubahan warna bulu dari coklat bergaris menjadi coklat polos terjadi pada umur sekitar 6 bulan kemudian dari coklat menjadi warna hitam legam setelah mencapai umur dewasa kelamin yaitu sekitar umur 4 tahun. Kasuari memiliki daerah teritori tertentu dan hidup secara soliter kecuali pada musim kawin dan saat mengasuh anak.
Kasuari tergolong hewan diurnal yaitu melakukan aktivitas disiang hari. Di alam bebas kasuari menjelajahi hutan sendiri-sendiri (soliter) atau bersama anaknya atau berpasangan pada saat musim kawin. Pada saat musim kawin satwa ini bersifat nervous dan siap menyerang siapa saja yang berada disekitarnya. Menjelang dan awal musim kawin, jantan mulai mendekati betina dan pada saat ini sering terjadi perkelahian antar kasuari jantan dalam memperebutkan betina.






2.1.3        Spesies Burung Kasuari
A.    Kasuari Gelambir-ganda

Gambar 2.1.3.A Kasuari Gelambir-ganda

Kasuari Gelambir-ganda atau dalam nama ilmiahnya Casuarius casuarius adalah salah satu burung dari tiga spesies Kasuari. Burung dewasa berukuran besar, dengan ketinggian mencapai 170cm, dan memiliki bulu berwarna hitam yang keras dan kaku. Kulit lehernya berwarna biru dan terdapat dua buah gelambir berwarna merah pada lehernya. Di atas kepalanya terdapat tanduk yang tinggi berwarna kecoklatan. Burung betina serupa dengan burung jantan, dan biasanya berukuran lebih besar dan lebih dominan.
Burung Kasuari mempunyai kaki yang besar dan kuat dengan tiga buah jari pada masing-masing kakinya. Jari-jari kaki burung ini sangat berbahaya karena diperlengkapi dengan cakar yang sangat tajam. Seperti umumnya spesies burung-burung yang berukuran besar, burung Kasuari Gelambir-ganda tidak dapat terbang.
Populasi Kasuari Gelambir-ganda tersebar di hutan dataran rendah di Australia, pulau Irian dan pulau Seram di provinsi Maluku. Spesies ini merupakan satu-satunya burung di marga Casuarius yang terdapat di benua Australia. Pakan burung Kasuari Gelambir-ganda terdiri dari aneka buah-buahan yang terjatuh di dasar hutan.
Burung Kasuari biasanya hidup sendiri, berpasangan hanya pada waktu musim berbiak. Anak burung dierami dan dibesarkan oleh burung jantan. Penangkapan liar dan hilangnya habitat hutan mengancam keberadaan spesies ini. Kasuari Gelambir-ganda dievaluasikan sebagai rentan di dalam IUCN Red List.

B.     Burung Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus)
Gambar 2.1.3.B. Kasuari Gelambir Tunggal

Diatas kepalanya Kasuari memiliki tanduk yang tinggi berwarnakecokelatan. Burung betina serupa dengan burung jantan, danbiasanya berukuran lebih besar dan lebih dominan.Kaki burung Kasuari sangat panjang dan kuat. Kaki ini menjadisenjata utama burung langka dan dilindungi ini. Kaki burung Kasuarimampu menendang dan merobohkan musuh-musuhnya, termasukmanusia, hanya dengan sekali tendangan.
Mungkin karenatendangan dan agresifitasnya ini tidak berlebihan jika kemudian TheGuinness Book of Records menganugerahinya sebagai burungpaling berbahaya di dunia.Pada Kasuari Gelambir Ganda terdapat dua buah gelambir berwarnamerah pada lehernya dengan kulit leher berwarna biru.. Sedangkan pada Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), sesuai namanya hanya mempunyai satu gelambir.
Burung Kasuari yang termasuk satwa yang dilindungi darikeounahan ini memakan buah-buahan yang jatuh dari pohonnya.Burung Kasuari biasa hidup sendiri, dan berpasangan hanya padasaat musim kawin saja. Anak burung dierami oleh Kasuari jantan

C.     Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti)

Gambar 2.1.3.C Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti)

Meskipun Kasuari memiliki tubuh yang besar, namun ternyata tidakbanyak yang diketahui tentang burung endemik papua ini. Apalagi untuk spesies Kasuari Gelambir Tunggal (Casuariusunappendiculatus) dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti).
Habitat dan Penyebaran. Burung Kasuari Gelambir Tunggal(Casuarius unappendiculatus) dan Kasuari Kerdil (Casuariusbennetti) merupakan satwa endemik pulau Papua (Indonesia danPapua New Guinea), sedangkan Kasuari Gelambir Ganda(Casuarius casuarius) selain di pulau Papua juga terdapat di pulauSeram (Maluku, Indonesia) dan Australian bagian timur laut. BurungKasuari mempunyai habitat di daerah hutan dataran rendahtermasuk di daerah rawa-rawa.Populasi dan Konservasi. Populasi burung Kasuari tidak diketahuidengan pasti namun diyakini dari hari ke hari semakin mengalamipenurunan.
Karena itu IUCN Redlist memasukkan burung KasuariGelambir Ganda (Casuarius casuarius) dan Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) dalam status konservasiVulnerable (Rentan) sejak tahun 1994. Sedang Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) diberikan status konservasi Near Threatened (Hampir Terancam). Ancaman kepunahan burung Kasuari lebih karena perburuan baik untuk mendpatkan daging, bulu ataupun telurnya.

2.1.4        Sistem Anatomi Pada Burung Kasuari
Gambar 2.1.4 Anatomi Burung Kasuari

Kasuari merupakan sebangsa burung yang mempunyai ukuran tubuh sangat besar dan tidak mampu terbang kasuari yang merupakan binatang yang dilindungi di indonesia dan klasifikasi burung kasuari.
Casuarius adalah salah satu dari dua genus burung di dalam suku casuariidaegenus ini terdiri dari tiga spesies kasuari yang berukuran sangat besar dan tidak dapat klasifikasi burung kasuari. Kasuari gelambirganda atau dalam nama ilmiahnya casuarius casuarius adalahsalah satu burung dari tiga spesies kasuari burung dewasa berukuran besar, dengan klasifikasi burung kasuari.

2.1.5        Tingkah Laku dan Perkembangbiakan Burung Kasuari
Burung Kasuari tergolong dalam ordo Casuariiformes. Ordo ini terdiri dari dua famili, yaitu famili casuaridae dan dromidae. Di Indonesia hanya ditemukan famili casuaridae, yang terdiri dari tiga species : Casuarius casuarius, Casuarius benneti dan Casuarius unafendiculatus.
Ciri-ciri umum famili casuaridae a.l.
a.       Tubuh besar berbentuk pasak, tinggi bisa mencapai 150 cm.
b.      Kakinya kokoh untuk berjalan dan berlari
c.       Leher panjang, kokoh dan paruh besar – kuat
d.      Tidak dapat terbang karena sayap degenerasi dengan bulu yang tidak sempurna dan terlepas.
e.       Jari kaki 3 buah menghadap kedepan dengan kuku tajam.
f.       Sulit dibedakan jantan- betinanya.
Di Indonesia burung ini ditemukan diIndonesia bagian Timur: Irian Jaya, Maluku (seram dan kepulauan aru). Jenis Casuarius casuarius telah dilindungi, namun kasuari telah jadi satwa buruan untuk dimakan dagingnya. Telurnya di Maluku menjadi bahan ukiran setelah isinya dibuang melalui lubang sebesar jarum. Kini kasuari sudah sulit ditemukan.
Tulisan ini dibuat semata-mata hasil pandangan sekilas atas beberapa tingkah laku kasuari (tanpa mengetahui jenisnya) ditambah keterangan penduduk setempat sewaktu penulis bertugas di Irian Jaya sebagai pegawai pada Dinas Kehutanan Irian jaya, pada waktu turni dihutan a.l. di Pegunungan Siduarsi, kecamatan Tor Atas kabupaten Jayapura, dan terhadap kasuari sitaan hasil peliharaan yang diliarkan kembali.

A.    Tingkah Laku Makan
Tingkah laku makan merupakan bagian yang terpenting bagi kehidupan satwa. Makanan yang disuakai kasuari adalah buah-buahan, insekta dan terkadang juga makan batu-batuan kecil (menurut penduduk).
Sebagaimana jenis-jenis burung lain kausari menangkap mangsanya dengan mematuk dan mengejar-ngejarnya bila insekta terbang. Belum diketahui apakah kasuari makan cacing atau tidak. Belum pernah kasuari mengais tanah.
Buah-bauhan berkulit tebal seperti jambu-jambuan, kenari relative lebih mudah dimakannya. Buah yang tergeletak di tanah dipatuknya, buah yang telah terjepit satu atau dua kali kepalanya dihentak-julurkan sambil ditengadahkan dan diangkat ke atas, paruh dibuka lebar, maka buah segera masuk ke rongga mulutnya dan selanjutnya ditelan. Menggelusurnya buah dileher kasuari terlihat jelas.
Kasuari dalam mencari makanannya diduga selain mengambil buah yang telah jatuh ditanah juga berusaha untuk menjatuhkan buah dipohon yang relative masih bisa digetarkannya. Oleh terjangan kaki atau senggolan badannya. Dugaan ini disadarkan pada tingkah kasuari yang sewaktu-waktu menerjang sesuatu yang tegak dimukanya. Pernah beberapa kali kasuari menerjang drum kosong yang berdiri beberapa kali seperti bermain tanpa dilatih sebelumnya. Gerakannya seperti ayam berkelahi hanya tidak dengan mematuk, kepalanya tegak ke atas.
Mengenai batu-batu kecil yang ditelannya mungkin merupakan tingkah laku makan yang penting dalam usaha untuk menghancurkan makanan, buah-buahan yang relative keras dalam temboloknya.
B.     Jalan Dan Lari
Sebagai burung yang tak dapat terbang, maka jalan dan lari merupakan kemampuannya yang utama baik dalam mencari makanannya maupun menhindarkan dirinya dari bahaya yang mengancam.
Dalam keadaan tidak ada bahaya kasuari berjalan dengan kepalanya tegak keatas atau sedikit lehernya dibengkokkan, tetapi kepala tegak atau sedikit menunduk. Lain halnya bila lari, maka kepalanya lurus datar dengan tubuhnya, malah terkadang lebih rendah dengan lincah meliuk-liuk diantara ranting semak atau batang pohon kecil. Hal yang tersebut akhir terutama bila ia sedang menghindarkan diri dari bahaya. Badannya yang berbentuk pasak memang sangat mempermudah gerakakannya dalam hutan.
Kakinya yang kokoh dengan kukunya yang tajam pada ketiga jarinya yang menghadap kemuka serta paruhnya benar-benar sangat membahayakan, bila kasuari melawan dan menyerang musuhnya. Bagi manusia benar-benar harus waspada. Seekor kasuari yang tiba-tiba bertemu dengan kita dan berhadapan arah, maka ia akan diam, mukanya tajam seperti menyelidiki gerakan apa yang dilakukan kita. Mata dan kepalanya yang biru bagi penulis terasa menakutkan.
Gerakan selanjutnya dari burung tersebut adalah lari melingkar membantuk busur sejauh busur sejauh 20 – 30 m, bolak-balik sangat cepat. Tindakan itu merupakan gerakan persiapan menyerang bila diganggu. Untuk kasuari yang takut, maka sejak bertemu langsung lari cepat menyelinap dan hilang.
Karena tingkah lakunya yang demikian maka penduduk yang berburu kasuari sendirian sangat waspada, segera setelah melihat kasuari lasngsung menyerangkan tombak atau panahnya, sebab bila kasuari sudah melihat ia sangat lincah menghidar atau berbahaya bila melawan.

C.     Kasuari Peliharaan
Kasuari tampaknya dapat dipelihara dengan mudah. Sebagai burung yang tak dapat terbang, maka kandangnya cukup berupa pagar, lalu disediakan tempat berteduhnya disudut atau tengah kandang.
Kasuari yang telah lama dipelihara punya tingkah laku mirip anjing, cerdik, bisa diajak gurau oleh si pemilik atau pemelihara. Dapat dilepaskan dari kandang dari kandang dan kembali pulang.
Sekalipun demikian tingkah laku yang lain masih sulit diduga, pernah terjadi kasuari yang telah dipelihara tiba-tiba menyerang anak pemelihara yang biasa menggurauinya. Sangat fatal, perutnya robek diterjang kaki dan kukunya yang tajam kemudian meninggal.

2.2  Kasuari Burung Paling Berbahaya Di Dunia
Kasuari merupakan sebangsa burung yang mempunyai ukuran tubuh sangat besar dan tidak mampu terbang. Kasuari yang merupakan binatang yang dilindungi di Indonesia dan juga menjadi fauna identitas provinsi Papua Barat terdiri atas tiga jenis (spesies). Ketiga spesies Kasuari yaitu Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius), dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti).
Burung Kasuari merupakan burung besar yang indah menawan. Namun dibalik keindahan burung Kasuari mempunyai sifat yang agresif dan cenderung galak jika diganggu. Burung bergrnus Casuarius ini sangat galak dan pemarah dan tidak segan-segan mengejar ‘korban’ atau para pengganggunya. Karenanya di kebun binatangpun, Kasuari tidak dibiarkan berkeliaran bebas. Bahkan konon, The Guinnes Book of Records memasukkan burung Kasuari sebagai burung paling berbahaya di dunia. Meski untuk rekor ini saya belum dapat  melakukan verifikasi ke situs The Guinness Book of Records.
Kasuari merupakan burung endemik yang hanya hidup di pulau Papua dan sekitarnya, kecuali Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) yang dapat juga ditemukan di benua Australia bagian timur laut. Dalam bahasa Inggris, Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) disebut (Southern Cassowary), Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) disebut (Northern Cassowary) dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) disebut sebagai (Dwarf Cassowary).
Ciri-ciri dan Tingkah Laku. Burung Kasuari mempunyai ukuran tubuh yang berukuran sangat besar, kecuali Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) yang ukuran tubuhnya lebih kecil. Burung Kasuari tidak dapat terbang. Burung kasuari dewasa mempunyai tinggi mencapai 170 cm, dan memiliki bulu berwarna hitam yang keras dan kaku.
Di atas kepalanya Kasuari memiliki tanduk yang tinggi berwarna kecokelatan. Burung betina serupa dengan burung jantan, dan biasanya berukuran lebih besar dan lebih dominan.
Kaki burung Kasuari sangat panjang dan kuat. Kaki ini menjadi senjata utama burung langka dan dilindungi ini. Kaki burung Kasuari mampu menendang dan merobohkan musuh-musuhnya, termasuk manusia, hanya dengan sekali tendangan. Mungkin karena tendangan dan agresifitasnya ini tidak berlebihan jika kemudian The Guinness Book of Records menganugerahinya sebagai burung paling berbahaya di dunia.
Pada Kasuari Gelambir Ganda terdapat dua buah gelambir berwarna merah pada lehernya dengan kulit leher berwarna biru.. Sedangkan pada Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), sesuai namanya hanya mempunyai satu gelambir.
Burung Kasuari yang termasuk satwa yang dilindungi dari keounahan ini memakan buah-buahan yang jatuh dari pohonnya. Burung Kasuari biasa hidup sendiri, dan berpasangan hanya pada saat musim kawin saja. Anak burung dierami oleh Kasuari jantan.
Meskipun Kasuari memiliki tubuh yang besar, namun ternyata tidak banyak yang diketahui tentang burung endemik papua ini. Apalagi untuk spesies Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti).
Habitat dan Penyebaran. Burung Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) merupakan satwa endemik pulau Papua (Indonesia dan Papua New Guinea), sedangkan Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) selain di pulau Papua juga terdapat di pulau Seram (Maluku, Indonesia) dan Australian bagian timur laut. Burung Kasuari mempunyai habitat di daerah hutan dataran rendah termasuk di daerah rawa-rawa. Kasuari burung paling berbahaya, menyerang dengan kedua kakinya Populasi dan Konservasi. Populasi burung Kasuari tidak diketahui dengan pasti namun diyakini dari hari ke hari semakin mengalami penurunan.
















BAB III
PEMBAHASAN MATERI


3.1  Perkembangbiakan Kasuari
Pertemuan jantan dan betina saat musim kimpoi, umumnya di daerah teritori atau di areal tempat makan kasuari betina. Bila kasuari betina telah menerima pejantan maka kasuari jantan akan mengikuti betina terus sehingga terlihat berpasangan, tetapi sebaliknya bila betina menolak maka jantan akan diusir. Pengusiran ini lebih sering terjadi pada saat diluar musim kimpoi. Kasuari betina umumnya lebih besar dari jantan. Kasuari merupakan salah satu spesies yang melakukan perkimpoian dengan sistem poliandri.
Seekor kasuari betina akan kimpoi dengan lebih dari satu kasuari jantan. Setelah satu clatch peneluran, kasuari betina akan meninggalkan pasangannya dan akan mencari dan akan bercumbu dengan kasuari jantan lain sampai dibuahi pada clutch peneluran berikutnya. Semakin tua kasuari betina semakin luas teritorinya, lebih banyak pasangannya dan lebih agresif saat bercumbu sehingga turunannya lebih banyak.
Menurut Coates (1986), musim kimpoi pada kasuari gelambir ganda (Casuarius casuarius) umumnya dari bulan Juni sampai Oktober tetapi paling sering Juli dan Agustus, sedangkan pada kasuari gelambir tunggal (Casuarius unappendiculatus) masa kimpoi terjadi selama musim panas dan musim bertelur pada bulan Juni. Masa kimpoi pada kasuari kerdil (Casuarius bennetti) terjadi pada akhir musim hujan atau bulan Maret dan April. Kasuari jantan dan betina menduduki teritori tertentu pada saat bertelur.
Betina meletakkan 3-6 telur berwarna kehijauan dalam sarang yang terbuat dari daun-daunan pada pangkal sebatang pohon, kemudian betina pergi ke hutan meninggalkan sang jantan yang akan mengerami, menjaga dan mempertahankan anak-anaknya dari predator. Selama kurang lebih 7 minggu jantan sibuk mengerami telur dan menjaga anaknya setelah menetas.
Jika pada waktu pengeraman ini terdapat gangguan atau ancaman dari luar maka sang jantan akan segera lari ke hutan, berusaha mengalihkan perhatian predator terhadap telur atau anak-anaknya yang berharga. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa masa kawin kasuari di dalam penangkaran terjadi pada bulan Januari sampai Maret. Masa kawin ini mengalami pergeseran waktu dibandingkan hasil penelitian Setio (!995) yang mengamati musim kawin terjadi pada bulan Juli sampai Desember dan intensitas tertinggi pada bulan Agustus, November dan Desember. Sedangkan pada habitat alaminya, masa kawin terjadi pada bulan Maret, April, Juli dan Agustus (Coates, !985).
Pergeseran pola reproduksi (masa kawin) ini diduga disebabkan oleh faktor makanan dan habitatnya. Jumlah makanan yang mencukupi dapat mempengaruhi pola reproduksi, karena energi dari makanan yang cukup dapat digunakan untuk hidup pokok, pertumbuhan dan berkembang biak dengan baik. Demikian halnya terhadap perubahan habitat dapat menyebabkan proses adaptasi terhadap lingkungan baru yang dapat mempengaruhi dalam proses fisiologis hewan, termasuk fisiologi reproduksi.
Selama pengamatan terlihat bahwa pada saat musim kawin, kasuari jantan dan betina akan selalu berjalan bersama. Cara bercumbu dimulai oleh pejantan yang mencoba mendekati betina secara bertahap dan perlahan. Pada awalnya kasuari jantan akan diusir oleh kasuari betina. Namun jantan hanya menghindar sebentar dan tidak jauh dari betina, kemudian mendekat lagi. Proses ini terjadi berulang sampai kasuari betina memperlihatkan gejala birahi. Gejala birahi kasuari betina ditunjukkan mulai dari tingkah laku duduk dengan melipat kedua kaki kedepan, badan ditundukkan kedepan sejajar dengan kedua kakinya dan posisi leher dan kepala hampir rata dengan tanah, bila didekati oleh pejantan ataupun manusia. Apabila betina telah menunjukkan gejala birahi tersebut, kasuari jantan akan segera menghampiri betina secara perlahan sambil mematuk-matuk benda disekitarnya.
Setelah dekat, kasuari jantan akan mulai mencumbu betina dengan cara meatuk-matuk pelan kepala betina, menisik-nisik (membelai) bulu-bulu bagian belakang dan kadang-kadang mematuk-matuk kaki betina dengan hati-hati, seakan-akan mengatur posisi/kedudukan betina. Bila kedudukan betina dirasa sudah cukup baik, jantan akan segera mulai merapatkan tubuhnya, merangkak maju perlahan sambil menggeser-geser kakinya yang telah ditekuk kedepan dengan posisi badan tegak sampai daerah bagian organ reproduksi jantan menempel pada daerah bagian organ reproduksi betina. Tahap berikutnya, bagian ekor jantan akan digeser-geser hingga organ reproduksi jantan dan betina bertemu dan terjadi proses kopulasi (kawin). Pada saat ini, jantan melakukan kopulasi (intersupsio) dengan cara menekan berulangkali selama kurang lebih satu menit.
Setelah proses kopulasi selesai, baik jantan dan betina segera berdiri dan mengibas-ngibaskan bulunya dan setelah itu kadang-kadang kasuari betina tampak marah dan segera mengusir atau mengejar kasuari jantan. Tetapi kasuari jantan hanya menghindar sebentar dan tidak jauh dari tempat betina berada. Tingkah laku ini (mengusir jantan) juga akan ditunjukkan betina bila dalam proses percumbuan kasuari jantan gagal melakukan perkawinan. Apabila hal ini terjadi, kasuari jantan akan menghindar agak jauh dari betina beberapa saat. Selanjutnya proses aktivitas percumbuan akan berulang kembali mulai dari berjalan bersama, percumbuan sampai perkawinan.  Proses percumbuan sampai terjadi perkawinan pada kasuari berlangsung selama kurang lebih 10 menit.

3.2  Penangkaran Burung Kasuari
Pemeliharaan burung Kasuari tidak hanya menitik-beratkan pada obyek burung saja, tetapi juga harus mempertimbangkan kesiapan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan biologi (habitat hidup burung) dan lingkungan fisik (seperti kandang). Kesiapan lingkungan dimaksudkan agar burung Kasuari yang akan dipelihara dapat beradaptasi dengan baik dan cepat, terutama untuk jenis-jenis yang membutuhkan lindungan.
A.    Lingkungan Biologi
Lingkungan pemeliharaan yang sudah terdapat tumbuhan (baik yang ditanam maupun tumbuh alami) dengan populasi, kerapatan dan arsitektur tajuk yang mendekati habitat alami, akan menciptakan iklim mikro dan suasana yang teduh. Umumnya, burung Kasuari membutuhkan lingkungan alami agar dapat hidup dan berkembang biak dengan baik. Keberadaan jenis tumbuhan yang secara alami digunakan sebagai sebagai tempat berteduh dan sumber pakan, merupakan lingkungan yang baik bagi burung. Hal ini akan mengundang burung-burung liar lainnya untuk datang dan menimbulkan suasana alami yang akan memudahkan adaptasi burung-burung yang akan dipelihara.
Beberapa karakteristik tumbuhan yang cocok dan dapat dipelihara untuk menyiapkan lingkungan alami adalah:
1.      buahnya dapat dijadikan sumber pakan burung
2.      berbuah sepanjang tahun
3.      memiliki percabangan horisontal
4.      tajuk tidak harus selalu tinggi dan juga tidak harus selalu lebat (terutama untuk pengaturan cahaya matahari) dan
5.      bukan jenis tumbuhan berduri tajam, mengeluarkan getah lengket, atau beracun.
Jenis-jenis tumbuhan yang yang dibutuhkan untuk lingkungan burung kakatua jambul kuning adalah jenis tumbuhan yang memuliki buah seperti biji-bijian, kacang dan aneka buah-buahan.
Posisi atau tata letak tumbuhan tersebut dapat disesuaikan dengan rencana pembangunan kandang dan sarana pendukung lainnya (seperti unit karantina, laboratorium dan klinik). Selain itu, tata letak dapat disesuaikan pula dengan faktor estetika (keindahan) suatu penangkaran yang juga berfungsi sebagai taman. Kepadatan tumbuhan diatur sedemikian rupa agar cahaya matahari tidak banyak terhalang. Sebaiknya tata letak juga diatur dengan cara (setidaknya) satu individu tumbuhan dapat menaungi satu unit kandang, sehingga suasana iklim mikro setempat tidak terlalu panas.

B.     Lingkungan Fisik
Setelah persiapan lingkungan biologi dilakukan, maka pembangunan fisik kandang burung dan sarana pendukung lainnya dapat dilaksanakan.  Persiapan lingkungan biologi dapat pula dilakukan bersamaan dengan lingkungan fisiknya. Namun demikian, penempatan burung ke dalam kandang tidak boleh dilakukan bersamaan karena belum siapnya lingkungan buatan yang akan menjadi bagian habitat hidup burung. Demikian pula bila kandang terlalu lama disiapkan sebelum masuknya burung, maka dikhawatirkan kondisi kandang sudah mulai rusak (seperti berkarat, robek atau putus kawatnya).
Untuk mengatasi hal tersebut, jenis bahan kandang harus tahan karat dan tidak mudah putus. Kawat ram harus kuat, berdiameter lebih dari 2 mm, dan ukuran diameter lubang ram tidak lebih besar dari ukuran burung kakatua jambul kuning. Selain itu, pemeliharaan kandang harus dilakukan secara rutin dan seksama walaupun belum ada burungnya. Beberapa hal yang harus dilakukan secara periodik diantaranya adalah membersihkan serasah daun yang menempel di kawat, memotong cabang atau ranting pohon yang dikhawatirkan akan menembus lubang kawat.
Bentuk dan ukuran kandang disesuaikan dengan jenis burung yang akan dipelihara (termasuk karakteristik biologisnya), jumlah burung, ketersediaan lahan dan dana yang tersedia. Demikian pula dengan bahan kandang yang akan digunakan, sebaiknya dipilih dari jenis yang tahan lama (awet), mudah dan murah biaya pemeliharaannya. Bentuk, ukuran dan penempatan kandang disesuaikan berdasarkan peruntukannya.
1.      Pemilihan Lokasi Kandang
Kegiatan pemeliharaan burung untuk tujuan penangkaran berbeda dengan untuk koleksi dan display. Oleh sebab itu, lokasi kandang penangkaran (yang arealnya juga merangkap untuk kegiatan wisata), ditempatkan terpisah dari lokasi kandang koleksi dan display. Penangkaran burung sebagai upaya pengembangbiakan jenis di luar habitat alaminya membutuhkan suasana habitat buatan yang mirip dengan habitat alaminya. Untuk mendapatkan kondisi seperti habitat alami, maka beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi penangkaran burung adalah:
a.       Berada pada tempat yang bebas banjir pada musim hujan
b.      Jauh dari keramaian dan kebisingan
c.       Berada pada tempat yang mudah diawasi dan mudah dicapai
d.      Tidak terganggu oleh polusi udara (debu, asap, bau gas)
e.       Tidak berada pada tempat yang lembab, becek, dan tergenang air, karena akan menimbulkan penyakit
f.       Di sekitar lokasi penangkaran hendaknya terdapat atau ditanami pohon-pohon pelindung agar suasana menjadi lebih sejuk dan burung merasa seperti berada pada habitat alam,
g.      Terisolasi dari pengaruh binatang lain
h.      Tersedia air yang cukup untuk minum dan mandi burung serta pembersihan kandang
i.        Mudah mendapatkan pakan dan tidak bersaing dengan manusia.

2.      Bentuk dan Ukuran Kandang
Kebutuhan kandang untuk kegiatan penangkaran hampir sama dengan yang ditujukan untuk koleksi dan display, serta pendidikan dan penelitian. Kandang burung dapat dibuat dengan sistem individu (satu kelompok reproduksi dari jenis yang sama dalam satu kandang yang terpisah); sistem kompartemen (satu kelompok reproduksi dari jenis yang sama dalam satu kandang yang bersisian paralel dengan kandang lainnya); atau sistem komunal atau koloni (beberapa kelompok reproduksi dari jenis yang sama atau berbeda dalam satu sangkar besar).
Pada sistem komunal, dapat dilakukan penggabungan berbagai jenis burung tetapi tidak dilakukan pencampuran dengan jenis predator atau kompetitor agresif. Jenis predator dan kompetitor masing-masing dapat dimasukkan ke dalam kandang individu yang terpisah. Selanjutnya ukuran satu unit kandang individu maupun kompartemen disesuaikan dengan ukuran burung yang akan dipelihara. Ukuran yang umumnya dibuat adalah 3 m x 3 m , dengan tinggi minimal 3 m. Namun demikian, untuk kelompok reproduksi yang menganut pola monogami (satu pasangan jantan dan betina), ukuran kandang untuk berkembang biak dapat lebih kecil.
Bentuk dan ukuran kandang disesuaikan dengan jenis yang akan dipelihara atau ditangkarkan. Sebaiknya kandang dibuat lebih terlindung antara lain dilakukan dengan cara melapisi setiap sisi kandang dengan shading net. Hal ini dimaksudkan agar burung tidak terpengaruh lingkungan luar yang dapat menghambat proses perkembang-biakan burung. Selain itu, pada setiap unit kandang penangkaran sebaiknya dibagi menjadi dua ruang dengan sekat atau pintu yang dapat dibuka-tutup dengan mudah (misalnya dengan sistem geser). Masing-masing ruang kandang diharapkan dapat berfungsi sebagai ruang adaptasi (perkenalan) dan untuk perkawinan atau berkembang biak. Seluruh model kandang sebaiknya memiliki atap lengkung atau miring (satu arah atau dua arah).
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi akumulasi serasah daun dari luar kandang yang dapat menyebabkan kawat ram berkarat dan robek. Di dalam kandang disediakan tempat bertengger, tempat makan yang terlindung, dan sumber air untuk minum dan mandi (dapat berupa wadah, kolam, maupun air yang mengalir). Kandang yang berukuran besar dapat ditanam pohon peneduh (terutama penghasil pakan buah). Kandang juga harus dibuatkan pintu berlapis untuk menghindari burung lepas bila perawat burung atau pengamat masuk ke dalam kandang. Pemacuan perkembangbiakan burung dapat dilakukan dengan menyediakan bahan sarang atau kotak sarang yang akan dipilih oleh burung untuk bersarang.

3.      Jenis dan Peruntukan Kandang
Jenis kandang penangkaran burung kakatua jambul kuning yang dibutuhkan adalah kandang koloni, kandang perkembangbiakan, kandang pemeliharaan, kandang penyapihan dan kandang karantina. Semua jenis kandang dilengkapi dengan tempat makan dan minum, serta untuk bertengger.
Kandang koloni digunakan untuk menempatkan beberapa pasang burung baik burung yang telah dewasa dan siap kawin maupun burung yang baru lepas sapih, memberikan kesempatan pada burung guna memilih pasangan/jodoh secara alami, memudahkan proses penjodohan, menjadikan tempat bermain (playing ground) dan pemeliharaan burung.
Kandang perkembangbiakan berfungsi sebagai tempat burung untuk bertelur, mengeram, menetaskan dan mengasuh piyik. Tiap petak digunakan untuk menempatkan satu pasang induk burung. Kandang ini juga dilengkapi dengan sarang untuk bertelur (bentuk dan bahan sesuai dengan jenis burung dan perilaku reproduksinya). Jenis burung paruh bengkok dan beberapa jenis burung lainnya dapat berbentuk kotak (nest-box) yang terbuat dari papan atau batang kayu.
Kandang penyapihan digunakan untuk menempatkan anak burung (piyik) yang baru disapih. Kandang dapat dibuat secara khusus atau dapat memanfaatkan kandang pemeliharaan yang masih kosong. Kandang karantina digunakan untuk menempatkan burung-burung yang baru datang (dari habitat alam) atau burung-burung yang sakit. Kandang ini dapat pula berfungsi sebagai tempat adaptasi terhadap lingkungan yang baru.
Selain kandang burung, sarana pendukung lain yang perlu disiapkan adalah laboratorium dan klinik, gudang makanan dan obat-obatan, serta gudang perlengkapan. Sarana pendukung ini dapat dibangun di dekat areal terlindung utama, maupun di luar areal tersebut. Namun demikian, penempatan sarana pendukung ini sebaiknya tidak dekat dengan tempat tinggal umum, sarana atau fasilitas umum lainnya, atau tempat yang banyak dikunjungi manusia (pengunjung dan bukan pengunjung). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari stres bagi burung, serta mengeliminasi kontaminasi atau sebaran penyakit dari/ke luar lingkungan.




3.3  Pemeliharaan Burung Kasuari
Berbagai jenis burung di Indonesia (termasuk Kasuari) memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, antara lain, berdasarkan potensi morfologis, suara, tingkah lakudan sebagai sumber protein hewani. Potensi ekonomis tersebut menyebabkan tingginya perburuan burung sehingga dapat menurunkan populasi di alam. Selain itu, habitat burung juga semakin berkurang, baik kualitas maupun kuantitasnya, akibat eksploitasi hutan dankonversi lahan.
Permasalahan tersebut menyebabkan gangguan kelestarian satwa burung yang pada akhirnya mengakibatkan kelangkaan. Berdasarkan hal tersebut, tindakankonservasi perlu dilakukan, baik secara in-situ (di dalam habitat alaminya); seperti melalui perlindungan jenis, pembinaan habitat dan populasi; maupun secara ex-situ (diluar habitat alaminya), salah satunya melalui penangkaran.
Kegiatan penangkaran burung Kasuari dapat dimanfaatkan untuk kepentingan konservasi jenis, peningkatan populasi, sarana pendidikandan penelitian, serta pengembangan ekowisata. Hasil penangkaran dapat dilepasliarkan kehabitat alam (sesuai dengan syarat-syarat  dan peraturan yang berlaku), serta sebagiandapat dimanfaatkan untuk tujuan komersial, terutama mulai dari hasil keturunan kedua (F2). Dasar hukum kegiatan penangkaran sebagai upaya konservasi ex-situ, antara lain, adalah Undang Undang (UU) No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan  Ekosistemnya, UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah(PP) No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dan PP No. 8 Tahun1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
Kegiatan penangkaran dapat dilakukan oleh lembaga konservasi, baik  pemerintah maupun swasta. Penangkaran burungharus mempertimbangkan jenis burung dan status kelangkaannya, serta kesiapan lingkungan penangkaran, baik lingkungan biologi (habitat hidup burung) maupun lingkungan fisik (seperti kandang/sangkar). Lingkungan dan sistem pemeliharaan mengacu kepada perilakudan habitat alaminya. Kegiatan teknis yang dapat dilakukan adalah: penyiapan tumbuhan pelindung dan sumber pakan, pemilihan bentuk dan ukuran kandang, pengelolaan penangkaran (pakan, kesehatan, sex rasio, dan reproduksi), dan sistem pencatatan.
Pengelolaan penangkaran yang baik diharapkan mampu meningkatkan populasi danmemberikan nilai tambah untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
a.       Pemberian pakan pada burung Kasuari dewasa Pakan yang diberikan sebaiknya mengandung komposisi yang terdiri dari biji bijian, buah-buahan dan sayur-sayuran. Komposisi jenis pakanini sebaiknya selalu berubah untuk menghindari kebosanan yang dialami burung. Bahanpakan dari buah-buahan dan sayur-sayuran diberikan dalam bentuk potongan-potongan kecil dan ditempatkan pada wadah yang telah disediakan. Pakan diberikan dua kali sehari dalam jumlah cukup.
b.      Pemberian pakan pada Kasuari yang dipelihara induknya Bahan pakan untuk kasuari  diberikan dalam bentuk potongan-potongan kecil/ halus dan selalu dalam keadaan lunak yang bisadilakukan dengan cara ditumbuk atau digiling. Apabila burung termasuk jenis pemakan biji-bijian dan menggunakan jagung hendaknya dipilih jagung muda yang diparut terlebih dahulu,sedangkan pemberian biji-bijian lainnya sebaiknya direbus sampai lunak. Pakan diletakanpada piring kaleng di luar nest-box tetapi masih berada dalam kandang pemeliharaan.Penyuapan pakan pada piyik yang belum bisa makan sendiri dilakukan oleh induk burungyang mengasuhnya.
c.       Pemberian pakan pada Kasuari yang dipelihara melalui Hand Rearing Pakan bukan oleh induknya tetapi dengan bantuan petugas perawat (hand rearing) disajikan dalam bentuk yang halus. Tingkat kehalusan ini disesuaikan dengan perubahanumur sesuai perjalanan waktu. Penyuapan pakan kepada piyik harus dilakukan secara sabardan hati-hati. Selain diberikan pakan segar, anak burung juga dapat diberikan aneka buburbuah dan susu siap saji yang banyak dijual di toko-toko. Penyuapan pakan bubur ini dapatmenggunakan alat bantu alat suntik yang diganti jarumnya dengan karet pentil sepeda.

Bentuk dan ukuran kandang/sangkar disesuaikan dengan jenis burung yang akandipelihara (termasuk karakteristik biologisnya), jumlah burung, ketersediaan lahan dan danayang tersedia. Demikian pula dengan bahan atau material kandang/sangkar yang akandigunakan, sebaiknya dipilih dari jenis yang tahan lama (awet), mudah dan murah biayapemeliharaannya.Bentuk dan ukuran kandang/sangkar disesuaikan dengan jenis burung yang akan dipelihara(termasuk karakteristik biologisnya), jumlah burung, ketersediaan lahan dan dana yangtersedia.
Demikian pula dengan bahan atau material kandang/sangkar yang akan digunakan,sebaiknya dipilih dari jenis yang tahan lama (awet), mudah dan murah biaya pemeliharaannya. Bentuk, ukuran dan penempatan kandang/sangkar disesuaikan berdasarkan peruntukannya Bentuk, ukuran dan penempatan kandang/sangkar disesuaikan berdasarkan peruntukannya Bentuk dan ukuran kandang/sangkar disesuaikan dengan jenis burung yangakan dipelihara (termasuk karakteristik biologisnya), jumlah burung, ketersediaan lahan dandana yang tersedia.
Demikian pula dengan bahan atau material kandang/sangkar yang akandigunakan, sebaiknya dipilih dari jenis yang tahan lama (awet), mudah dan murah biaya pemeliharaannya. Bentuk, ukuran dan penempatan kandang/sangkar disesuaikan berdasarkan peruntukannya Bentuk dan ukuran kandang/sangkar disesuaikan dengan jenis burung yangakan dipelihara (termasuk karakteristik biologisnya), jumlah burung, ketersediaan lahan dandana yang tersedia. Demikian pula dengan bahan atau material kandang/sangkar yang akandigunakan, sebaiknya dipilih dari jenis yang tahan lama (awet), mudah dan murah biaya pemeliharaannya.
Bentuk, ukuran dan penempatan kandang/sangkar disesuaikan berdasarkanperuntukannyaBentuk dan ukuran kandang/sangkar disesuaikan dengan jenis burung yangakan dipelihara (termasuk karakteristik biologisnya), jumlah burung, ketersediaan lahan dandana yang tersedia. Demikian pula dengan bahan atau material kandang/sangkar yang akandigunakan, sebaiknya dipilih dari jenis yang tahan lama (awet), mudah dan murah biayapemeliharaannya. Bentuk, ukuran dan penempatan kandang/sangkar disesuaikan berdasarkan peruntukannya Bentuk dan ukuran kandang/sangkar disesuaikan dengan jenis burung yangakan dipelihara (termasuk karakteristik biologisnya), jumlah burung, ketersediaan lahan dandana yang tersedia. Demikian pula dengan bahan atau material kandang/sangkar yang akandigunakan, sebaiknya dipilih dari jenis yang tahan lama (awet), mudah dan murah biayapemeliharaannya. Bentuk, ukuran dan penempatan kandang/sangkar disesuaikan berdasarkan peruntukannya.

3.4  Jenis Penyakit dan Pengendaliannya
Burung-burung Kasuari dalam penangkaran walaupun telah dirawat dengan sebaik- baiknya, kadang-kadang atau masih sering terserang penyakit. Pengenalan jenis- jenis penyakit sangat diperlukan untuk menentukan langkah-langkah pengendaliannya. Jenis-jenis penyakit yang pernah menyerang burung Kasuari dalam penangkaran adalah Tetelo atau Newcastle Disease (ND), Chronic Respiratory Disease (CRD), Coccidiosis (berak darah), Enteritis (radang usus), Proventriculitis (radang tembolok), Lice (kutu) dan Mycosis (jamur). Selain itu, pada beberapa tahun terakhir, dunia perunggasan (termasuk burung) di Indonesia terjangkit penyakit flu burung (Avian Influenza/AI) yang sangat berbahaya dan bersifat zoonosis (menular dari hewan ke manusia).
Beberapa pendapat, meng-khawatirkan kasus ini terjadi pula pada satwa burung, terutama yang sudah dipelihara manusia. Oleh sebab itu, pencegahan dan pengendalian penyakit menjadi hal yang penting dalam kegiatan penangkaran burung. Pengendalian terhadap penyakit yang menyerang burung di penangkaran dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi gejala-gejala klinis yang ditunjukan burung. Konsultasi dengan dokter hewan sebaiknya dilakukan sehingga dapat dilanjutkan dengan pengobatan atau pencegahan secara intensif.


BAB IV
PENUTUP


4.1  Kesimpulan
Dari hasil uraian diatas, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, antara lain :
a.       Casuarius adalah salah satu dari dua genus burung di dalam suku Casuariidae. Genus ini terdiri dari tiga spesies kasuari yang berukuran sangat besar dan tidak dapat terbang.
b.      Kegiatan penangkaran yang berhasil meningkatkan populasi suatu jenis burung akan sangat bermanfaat bagi kelestarian jenis tersebut dan juga jenis lainnya secara tidak langsung. Selain untuk re-stocking ke habitat alam, hasil penangkaran tersebut juga dapat dimanfaatkan sesuai peraturan yang berlaku. Dengan demikian, diharapkan kegiatan perburuan di habitat alam dapat dikurangi dan dihentikan. Sebagai gantinya, pemenuhan permintaan terhadap burung sebagai hewan pelihara (pet) yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan budaya masyarakat, akan dapat disuplay dari hasil penangkaran.
c.       Salah satu usaha pemerintah untuk mengatasi punahnya burung Kasuari adalah melakukan penangkaran fauna burung endemik Papua, termasuk kasuari di Taman Burung dan Taman Anggrek Biak. Penangkaran merupakan salah satu usaha untuk melindungi dan mengembangkan satwa diluar habitat alaminya. Didalam penangkaran dapat mengakibatkan satwa mengalami perubahan lingkungan dari alam bebas menjadi terbatas, termasuk perubahan dalam proses adaptasi dan tingkah laku makan dan kawin.
d.      Pemeliharaan burung Kasuari tidak hanya menitik-beratkan pada obyek burung saja, tetapi juga harus mempertimbangkan kesiapan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan biologi (habitat hidup burung) dan lingkungan fisik (seperti kandang).

4.2  Saran
a.       Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan lagi habitat burung burung yang ada di Indonesia, agar kepunahan dari burung – burung tersebut dapat dihindari.
b.      Keberadaan Kebun binatang, merupakan salah satu cara untuk menjaga, dan melestarikan Fauna, khususnya Burung Kasuari.
c.       Semoga apa yang ditulis ini, dapat memberikan kita manfaat, pengetahuan, dan dapat memotifasi diri kita, agar senantiasa melestarikan berbagai jenis burung yang ada di Indonesia.























DAFTAR PUSTAKA

























KARTU KONSULTASI

No.
Tanggal
Uraian
Siswa yang Mengajukan
Paraf
Pembimbing
































No comments:

Pencarian isi Blog