BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di tengah perkembangan zaman yang pesat, perkembangan teknologi yang semakin canggih, dan peradaban manusia yang semakin berkembang, ada satu hal yang tak dapat dipungkiri oleh semua umat manusia: semua hal yang ada di dalam dunia tak ada yang kekal, semuanya satu hari akan berubah, rusak, dan binasa. Namun demikian, kita sebagai umat Allah dianugerahi hal berharga yang kekal: iman di dalam Yesus Kristus. Iman tersebut merupakan pemberian dari Allah dan bukan hasil usaha manusia sendiri. Karena itu, umat Allah harus menjaga iman yang sudah Tuhan berikan, jangan sampai dirusak dan digoyahkan oleh apapun juga.
Ada banyak hal yang dapat merusak dan menggoyahkan iman umat Allah kepada Yesus Kristus, salah satunya adalah dari apa yang kita dengar dan kita lihat. Berbagai desas-desus dan isu mengenai Yesus Kristus sudah tersebar sejak zaman Yesus hidup sampai masa kini, dan tidak sedikit di antaranya yang merupakan kabar bohong belaka. Itulah sebabnya kita harus dengan lebih teliti memperhatikan apa yang kita dengar dan lihat, supaya kita tidak ikut terbawa arus yang salah.
Sesuatu yang salah hanya dapat diketahui jika pemahaman tentang yang benar itu ada. Maka, agar tidak disesatkan oleh berbagai kabar di dunia ini, umat Allah harus memahami kebenaran yang tertulis dalam firman Tuhan, terlebih kebenaran tentang Yesus Kristus. Hanya kebenaran firman Kristuslah yang menumbuhkan iman di hati umat Allah, karena memang firman Allah bukanlah sekumpulan huruf-huruf mati, melainkan perkataan Allah sendiri yang berkuasa untuk mengubahkan dan menyelamatkan hidup manusia.
Firman yang Tuhan wahyukan dan sampaikan lewat perantaraan para nabi dan para rasul zaman dahulu dapat dibaca dan diteliti secara tertulis dalam Alkitab di masa kini. Alkitab terdiri dari dua bagian yang tidak dapat dipisahkan, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kedatangan Yesus sebagai Mesias, Juruselamat umat manusia, sudah dinubuatkan sejak Perjanjian Lama dan digenapi dalam Perjanjian Baru.
Perjanjian Baru terdiri dari beberapa bagian, salah satunya adalah Kitab Injil yang berisi kisah kehidupan Yesus Kristus selama di bumi. Kitab Injil terdiri dari empat kitab, yakni Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Empat Kitab Injil tersebut mengisahkan kehidupan Yesus dengan sudut pandang dan cara yang berbeda-beda namun saling melengkapi. Itulah sebabnya mempelajari keempatnya adalah hal yang diperlukan umat Tuhan agar dapat mengerti seutuhnya.
Berdasarkan hal-hal yang sudah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk menulis makalah yang berjudul “Kitab Injil” ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang mendasari pembuatan makalah ini adalah:
1. Bagaimana sejarah lahirnya Kitab Injil?
2. Apa definisi, karakteristik, dan macam Kitab Injil?
3. Apa persamaan, perbedaan, dan ayat-ayat terkenal keempat Injil?
4. Bagaimana struktur isi keempat Injil?
5. Bagaimana pandangan Islam terhadap Kitab Injil?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahirnya Kitab Injil
Sebagian besar bahan yang terdapat dalam keempat Injil berada dalam keadaan lisan untuk waktu yang lama hingga memperoleh bentuk tertulis seperti yang kita kenal sekarang. Awal penulisan Injil bersamaan dengan akhir peranan generasi Kristen pertama. Setelah orang-orang yang dari semula adalah ‘saksi mata (dari apa yang Yesus lakukan selama berada di dunia) dan pelayan Firman’ (Lukas 1:2) sudah tidak ada lagi, kebutuhan akan adanya catatan tertulis yang permanen menjadi sangat terasa dibanding waktu-waktu sebelumnya. Abad kedua merupakan awal penulisan Kitab Injil dan keempat Injil kira-kira ditulis dalam kurun waktu tahun 60-100 Masehi.
Namun demikian, bukan berarti sebelum tahun 60 M Injil hanya disebarkan secara lisan, sebagaimana tertulis dalam Lukas 1:1, setidaknya beberapa di antara ‘banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi’, dan mungkin mereka telah melakukannya sebelum tahun 60 M; tetapi dokumen-dokumen yang menunjukkan hal itu sudah tidak ada lagi, kecuali yang telah dimasukkan ke dalam keempat Injil yang tertulis sekarang ini.
Di dalam Alkitab, Matius ditempatkan sebagai Injil yang pertama. Namun, bukan berarti Matius adalah Injil yang tertua. Pada masa kini, hampir semua ahli Perjanjian Baru berpendapat bahwa Markus adalah Injil tertua. Tidak diketahui dengan pasti alasan mengapa Matius ditempatkan lebih dahulu dari Markus, mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa Matius adalah Injil yang penyajian bahannya paling teratur.
1. Kitab Markus
Markus, sebagai Injil tertua, juga merupakan Injil terpendek dan lebih sederhana dibandingkan Kitab Injil lainnya, ditulis oleh Yohanes Markus. Ia dibesarkan di Yerusalem dan termasuk angkatan pertama orang Kristen (Kisah Para Rasul 12:12). Markus mendapat kesempatan unik karena ia memiliki hubungan dengan pelayanan tiga orang rasul Perjanjian Baru: Paulus (Kisah Para Rasul 13:1-13, Kolose 4:10, Filemon 24); Barnabas (Kisah Para Rasul 15:39), dan Petrus (1 Petrus 5:13). Menurut Papias (seorang uskup Hierapolis di Frigia pada pertengahan pertama abad 2 M) dan beberapa bapak gereja abad kedua, Markus memperoleh isi Injilnya dari Petrus. Ia menulisnya di Roma untuk orang Romawi yang percaya sekitar tahun 55-65 M.
Pada tahun 60-an M, orang percaya diperlakukan secara kejam oleh masyarakat dan banyak di antaranya disiksa, bahkan dibunuh di bawah pemerintahan Kaisar Nero. Menurut tradisi, di antara para syahid Kristen di Roma itu terdapat Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Selaku salah seorang pimpinan gereja di Roma, Markus digerakkan oleh Roh Kudus untuk menulis Injil ini sebagai suatu nubuat atau tanggapan penggembalaan terhadap masa penganiayaan ini. Tujuannya ialah memperkuat dasar iman orang percaya di Roma, dan mendorong mereka untuk setia menderita demi Injil, dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan, penderitaan, kematian, serta kebangkitan Yesus Kristus, Tuhan mereka.
2. Kitab Matius
Kitab Matius ditempatkan pertama sebagai pengantar Perjanjian Baru. Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam Alkitab, kesaksian semua bapak gereja mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa kitab ini ditulis sekitar sekitar tahun 60 M oleh Matius atau Lewi (Matius 9:9, Markus 2:14, Lukas 5:27); seorang pemungut cukai yang menjadi murid Yesus. Meskipun tanggal dan tempat kitab ini berasal tidak dapat dipastikan, ada anggapan kuat bahwa Matius menulisnya sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokhia di Siria.
Jikalau Kitab Markus ditulis untuk orang Romawi, maka Kitab Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar belakang Yahudi dalam Injil ini tampak dalam banyak hal, misalnya penggunaan istilah khas Yahudi seperti “Kerajaan Sorga” (yang sama artinya dengan “Kerajaan Allah”) sebagai ungkapan hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung. Selain itu, dalam kitab ini terdapat berbagai tulisan tentang kebiasaan Yahudi tanpa diberi penjelasan apa pun.
Matius menulis kitab ini untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang dinubuatkan oleh nabi Perjanjian Lama. Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan, Yesuslah Mesias yang selama ini dinantikan bangsa Yahudi.
3. Kitab Lukas
Kitab Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1). Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab tersebut.
Lukas adalah seorang petobat Yunani, satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah kitab dalam Alkitab. Roh Kudus mendorongnya untuk menulis kepada Teofilus (artinya “seorang yang mengasihi Allah”) untuk memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan. Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab ini, misalnya ia merunut silsilah Yesus sebagai manusia sampai kepada Adam (Lukas 3:23-28) dan tidak hanya sampai Abraham seperti yang dilakukan oleh Matius (Matius 1:1-17); yang menunjukkan bahwa Yesus adalah Juruselamat yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.
Dari surat Paulus, dapat diketahui bahwa Lukas adalah seorang dokter (Kolose 4:14) dan seorang teman sekerja Paulus yang setia (2 Timotius 4:11, Filemon 24). Dari tulisan Lukas, dapat diketahui bahwa ia seorang yang berpendidikan tinggi, penulis yang terampil, sejarahwan yang teliti, dan teolog yang diilhami. Ketika ia menulis kitabnya, agaknya gereja bukan Yahudi belum memiliki Injil yang lengkap atau yang tersebar luas mengenai Yesus. Matius menulis Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi, sedangkan Markus menulis Injilnya yang singkat bagi orang Roma. Orang percaya bukan Yahudi yang berbahasa Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus yang diceritakan oleh para saksi mata, juga intisari tertulis yang pendek, tetapi bukan suatu Injil yang lengkap dan sistematis (Lukas 1:1-4). Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama dari asal mulanya (Lukas 1:3). Barangkali ia mengerjakan penelitiannya di Palestina sementara Paulus berada di penjara Kaisarea (Kisah Para Rasul 21:17, 23:23 – 26:32), dan menyelesaikan Injilnya menjelang akhir masa itu atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan Paulus (Kisah Para Rasul 28:16). Diperkirakan kitab ini ditulis tahun 60-63 M.
4. Kitab Yohanes
Kitab Yohanes adalah kitab yang unik bila dibandingkan dengan Kitab Injil lainnya. Kitab ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil lainnya, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai “murid yang dikasihi-Nya” (Yohanes 13:23, 19:26, 20:2, 21:7). Kesaksian tradisi kekeristenan serta bukti yang terkandung dalam kitab ini menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Yesus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis “Injil yang rohani” ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat (yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus) mengenai sifat, kepribadian, dan keilahian Yesus. Kitab Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang “kebenaran” yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus. Diperkirakan kitab ini ditulis tahun 80-95 M.
B. Definisi dan Karakteristik Kitab Injil
Injil berasal dari bahasa Yunani, euangelion,yang berarti kabar baik. Dalam kesusastraan klasik kata ini mengacu kepada pahala yang diberikan untuk berita-berita yang baik. Kata ini juga mengacu kepada apa yang dikabarkan, mula-mula kemenangan, kemudian berita kesukaan lain. Kata ini terdapat lebih dari 75 kali dalam Perjanjian Baru, yang jelas menekankan adanya suatu pengertian Kristen. Injil adalah kabar baik bahwa Allah di dalam Yesus Kristus telah memenuhi janji-janji-Nya kepada Israel, dan bahwa suatu jalan keselamatan telah dibuka bagi semua orang. Injil jangan dianggap bertentangan dengan Perjanjian Lama, seolah-olah Allah telah mengubah cara-Nya dalam menghadapi manusia, melainkan Injil adalah adalah pemenuhan atau penggenapan dari Perjanjian Lama.
Bentuk jamak ‘Injil-injil’ (Yunani: euangelia) tidak dapat dimengerti pada zaman para rasul dan juga tidak dimengerti pada dua generasi berikutnya. Para penulis terdahulu memakai bentuk tunggal (euangelion) saat menyatakan satu Injil atau satu kumpulan tulisan seperti itu. Pada pertengahan abad 2 M barulah bentuk jamak digunakan untuk menyebutkan keempat Kitab Injil. Judul-judul tradisional dari keempat kitab tersebut menunjukkan bahwa di dalamnya terdapat Injil atau kabar baik tentang Kristus menurut keempat Penginjil tersebut.
C. Macam Kitab Injil
1. Kitab Injil Sinoptik
Kitab Injil Sinoptik adalah Kitab Matius, Markus, dan Lukas. Tiga kitab ini saling berhubungan sehingga memberikan bahan ‘sinoptik’ (artinya berpandangan sama). Jadi, jika isi ketiga kitab tersebut diletakkan dalam tiga jalur sejajar, persamaan dan perbedaan yang terdapat di dalamnya dapat dengan mudah diteliti. Atas dasar inilah ketiga kitab itu disebut ‘Kitab Injil Sinoptik’ – sebutan yang pertama kali diberikan J. J. Griesbach pada tahun 1774.
Suatu studi perbandingan atas Matius, Markus, dan Lukas menunjukkan bahwa dalam ketiga Injil ini (atau dalam dua di antaranya) terdapat kumpulan bahan yang sama. Ketiga Injil Sinoptik ini menceritakan kisah kehidupan Yesus dan menggambarkan sosok Yesus selama di bumi. Namun demikian, setiap Injil Sinoptik adalah suatu keseluruhan yang berdiri sendiri, bukan selalu merupakan gabungan dari dari beberapa bagian tulisan yang lain; masing-masing mempunyai pandangan sendiri tentang Yesus dan pekerjaan-Nya, dan masing-masing mempunyai sumbangan khusus dalam penggambaran Yesus seutuhnya, yang diberikan Perjanjian Baru kepada kita.
2. Kitab Injil Keempat
Kitab Injil keempat adalah Kitab Yohanes. Dalam kitab ini, Yohanes menyajikan suatu tradisi yang berdiri sendiri dan dipertahankan di luar jalur tradisi Sinoptik, yakni tradisi yang berasal dari Yahudi Palestina. Namun demikian, mengenai kerangka pemberitaan Injil, Injil keempat ini tidak kurang jelasnya daripada Markus. Sebagai penulis Injil yang terakhir, Yohanes, yang melihat bahwa realitas hidup Yesus sudah dijelaskan dalam Injil Sinoptik, menulis suatu Injil yang rohani yang diilhami oleh Roh Kudus. Meskipun Kitab Yohanes tidak termasuk Injil Sinoptik, tapi keberadaan Injil keempat ini pun sangat penting untuk melengkapi Injil Sinoptik.
Ajaran Yesus yang disajikan dalam Yohanes menonjol perbedaannya dengan Injil Sinoptik dalam hal isi dan gaya bahasanya. Tidak ada perumpamaan dalam Yohanes, dan Yesus sering berbicara dalam dialog yang panjang lebar, yang tidak dapat dibandingkan dengan Injil Sinoptik. Tetapi, Injil Yohanes sama sekali tidak bertentangan dengan Injil Sinoptik. Apabila Injil Sinoptik menyajikan gambar sosok pribadi Yesus, maka Injil Yohanes menyajikan lukisan citra kepribadian Yesus.
D. Persamaan dan Perbedaan Kitab Injil
1. Berdasarkan Tema
Mengenai persamaan kisah inti keempat Kitab Injil, keempatnya menceritakan kisah tentang Yesus Kristus. Namun demikian, sudut pandang yang digunakan oleh penulis keempat kitab ini berbeda dan dapat dilihat dari tema keempat Kitab Injil tersebut, yaitu
a. Matius : Yesus sebagai Anak Raja
b. Markus : Yesus sebagai Hamba
c. Lukas : Yesus sebagai Anak Manusia
d. Yohanes : Yesus sebagai Anak Allah
2. Berdasarkan Ciri Khas
Perbedaan ciri khas keempat Kitab Injil dapat dilihat dalam tabel berikut:
Ciri Khas | Matius | Markus | Lukas | Yohanes |
Tradisi | Yahudi | Romawi | Non-Yahudi | Yahudi |
Inti ajaran dan perbuatan Yesus | Penyembuhan, pelepasan | Mukjizat | Keselamatan bagi semua orang | Pertemuan pribadi dengan Yesus |
Kehidupan Yesus | Sebagai penggenapan Perjanjian Lama | Digambarkan dengan ringkas, tepat, dan jelas | Lengkap, sejak menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya | Menyatakan kemuliaan Yesus lewat 7 tanda dan 7 ajaran |
Hal yang ditekankan | Standar kebenaran Kerajaan Allah | Perbuatan Yesus | Kehidupan doa Yesus | Kehidupan kekal |
3. Berdasarkan Isi
Jumlah ayat dalam Markus adalah 661, Matius 1.068, dan Lukas 1,149. Isi pokok 606 ayat dalam Markus muncul dalam bentuk yang disingkatkan dalam 500 ayat di Matius, 380 ayat dalam Markus muncul dalam 380 ayat di Lukas. Matius dan Lukas masing-masing mempunyai 250 ayat yang mengandung materi yang sama tetapi tidak mempunyai persamaan dengan Markus; kadang-kadang materi yang sama ini muncul dalam Matius dan Lukas dalam bahasa yang benar-benar sama, tapi kadang-kadang dengan banyak perbedaan kata. Hanya 31 ayat dalam Markus yang tidak mempunyai persamaan dalam Injil Sinoptik lainnya, sekitar 300 ayat dalam Matius dan 520 ayat dalam Lukas juga tidak mempunyai persamaan dalam Injil Sinoptik lainnya.
E. Struktur Isi Keempat Injil
1. Kitab Matius
I. Memperkenalkan Mesias (1:1 – 4:11)
II. Pelayanan Yesus di dan Sekitar Galilea (4:12 – 18:35)
III. Puncak Pelayanan Yesus di Yudea dan Yerusalem (19:1 – 26:46)
IV. Yesus Ditangkap, Diadili, dan Disalibkan (26:47 – 27:66)
V. Yesus Bangkit (28:1-20)
2. Kitab Markus
I. Persiapan untuk Pelayanan Yesus (1:1-13)
II. Pelayanan yang Mula-Mula di Galilea (1:14 – 3:6)
III. Pelayanan yang Kemudian di Galilea (3:7 – 7:23)
IV. Pelayanan di Luar Galilea (7:24 – 9:29)
V. Menuju ke Yerusalem (9:30 – 10:52)
VI. Minggu Penderitaan (11:1 – 15:47)
VII. Kebangkitan (16:1-20)
3. Kitab Lukas
I. Pendahuluan Injil Lukas (1:1-4)
II. Kedatangan Juruselamat (1:5 – 2:52)
III. Persiapan bagi Pelayanan Juruselamat (3:1 – 4:13)
IV. Pelayanan di Galilea (4:14 – 9:50)
V. Pelayanan Selama Perjalanan Terakhir ke Yerusalem (9:51 – 19:28)
VI. Minggu Penderitaan (19:29 – 23:56)
VII. Kebangkitan Sampai Kenaikan (24:1-53)
4. Kitab Yohanes
Prolog tentang Logos (1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel (1:19-51)
II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
III. Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru (13:1 – 20:29)
F. Pandangan Islam terhadap Kitab Injil
Ada empat kitab yang diakui oleh umat Islam, yaitu
1. Taurat : zaman Nabi Musa
2. Zabur : zaman Nabi Daud
3. Injil : zaman Nabi Isa Almasih (Tuhan Yesus Kristus)
4. Al-Qur’an : zaman Nabi Muhammad
Kitab Taurat, Zabur, dan Injil adalah kitab-kitab sebelum Al-Qur’an dan Al-Qur’an dianggap sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya, maka Al-Qur’an-lah yang dipakai sebagai patokan dan pedoman hidup umat Islam masa kini, bukan lagi Injil atau Zabur atau Taurat. Meskipun demikian, tiga kitab selain Al-Qur’an wajib diimani oleh umat Islam karena keempat kitab tersebut tidak ada yang bertentangan satu sama lain.
Kitab Al-Qur’an terdiri dari 30 juz dan 114 surat. Kisah tentang Injil (yaitu kisah tentang kehidupan Yesus yang diakui sebagai Nabi Isa) terdapat pula di dalam Al-Qur’an, yakni di surat ke-3: Surat Aali ‘Imraan (Keluarga Imran, ayah Maria ibu Yesus) dan surat ke-19: Surat Maryam (Maria ibu Yesus). Selain itu, keberadaan Alkitab juga dituliskan dalam berbagai ayat dalam Al-Qur’an; seperti dalam surat ke-2: Surat Al-Baqarah dan surat ke-5: Surat Al Maa-Idah.
Dalam kepercayaan Islam, setiap nabi diutus Allah untuk kaumnya masing-masing. Demikian juga Nabi Isa Almasih, yang dipercayai sebagai utusan Allah untuk kaum/bani Israil saja. Dalam bahasa Arab, Almasih berasal dari akar kata “saaha yasiihu” yang berarti mengembara. Jadi, Almasih berarti pengembara.
Kisah kehidupan Nabi Isa tidak banyak tertulis dalam Al-Qur’an. Kisah yang tercatat mengenai kehidupan Nabi Isa dimulai dari keluarga Imran. Imran mempunyai seorang anak perempuan yang melebihi perempuan lain pada masanya dalam hal kesucian dan ketaatan beragama, yaitu Maryam. Suatu waktu malaikat Jibril (Gabriel) mendatangi Maryam dan mengatakan bahwa Maryam akan mengandung seorang anak lelaki dari yang akan diberi nama Isa, seorang yang terkemuka di dunia dan di akhirat. Maryam mengandung dari Ruh, karena memang saat itu Maryam tidak bersuami dan belum pernah disentuh laki-laki.
Semasa hidup, Nabi Isa menjadi rasul bagi bani Israil dan melakukan tanda-tanda mujizat. Nabi Isa diyakini mengajar tentang ketauhidan seperti juga Nabi Muhammad. Nabi Isa mempunyai pengikut-pengikut, yang dinamakan “hawariyin”, yang berarti sahabat-sahabat setia. Suatu hari, Nabi Isa dipanggil dengan dalih untuk menjelaskan tentang agama yang dibawanya, padahal Ia mau ditangkap dan disalib. Namun, maksud jahat tersebut tidak berhasil, karena Allah mengangkat Nabi Isa ke Sorga. Nabi Isa adalah salah satu nabi yang ditangguhkan kematian-Nya. Saat akhir zaman, dipercayai bahwa Nabi Isa akan datang untuk yang kedua kali dan akan mengalahkan Dajjal. Kemudian sesudah itu, Nabi Isa akan wafat.
Kitab Injil tidak termuat dalam Al-Qur’an, namun penggalan-penggalan kisah Injil ada dalam surat-surat Al-Qur’an. Dalam pandangan Islam, Kitab Taurat dan Kitab Injil yang dipakai oleh umat Kristiani saat ini berbeda dengan kitab yang sesungguhnya pada zaman Musa dan zaman Nabi Isa.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kitab Injil lahir pada masa akhir generasi umat Kristen pertama, yakni pada abad kedua. Sejarah lahirnya keempat Kitab Injil, Matius – Markus – Lukas – Yohanes, berbeda-beda berdasarkan penulis, tujuan penulisan, sudut pandang penulis, latar belakang kebangsaan/tradisi, dan kondisi sosial pada waktu penulisan masing-masing kitab. Kitab Injil berisi kabar baik bahwa Allah di dalam Yesus Kristus telah memenuhi janji-Nya kepada Israel dan bahwa melalui Yesus Kristus, suatu jalan keselamatan telah dibuka bagi semua orang.
Tiga Kitab Injil yang pertama, Matius – Markus – Lukas, disebut Kitab Injil Sinoptik, karena ketiganya saling memberikan bahan yang ‘sinoptik’, artinya jika isi ketiga kitab tersebut diletakkan sejajar, persamaan dan perbedaan yang terdapat di dalamnya mudah diteliti. Yohanes merupakan Kitab Injil Keempat yang berbeda dengan ketiga Injil Sinoptik lainnya, namun demikian keberadaan kitab ini sangat penting untuk melengkapi Injil Sinoptik.
Persamaan dan perbedaan keempat Kitab Injil dapat diteliti berdasarkan tema, ciri khas, dan isi dari kitab-kitab tersebut. Pada dasarnya, persamaan di antara keempatnya menguatkan bahwa firman Tuhan yang tertulis di dalamnya sungguh-sungguh nyata, sedangkan perbedaannya menambah kekayaan kebenaran yang saling melengkapi satu sama lain. Keberagaman yang saling melengkapi tersebut dapat dilihat juga dalam ayat-ayat terkenal dan struktur isi keempat Kitab Injil.
Umat Islam pun mengakui keberadaan Kitab Injil, walaupun yang saat ini menjadi pedoman dan acuan hidup mereka adalah Kitab Al-Qur’an. Kisah Yesus Kristus, yang diakui sebagai Nabi Isa Almasih pun tertulis di dalam Al-Qur’an, meskipun tidak terlalu banyak. Umat Islam mengimani bahwa Nabi Isa diangkat ke Sorga dan satu hari akan kembali pada saat akhir zaman untuk mengalahkan Dajjal.
B. Saran
Pengetahuan dan pemahaman akan Kitab Injil dapat menguatkan iman kita kepada Allah dan akan membuat kita tidak mudah digoyahkan oleh apapun yang kita dengar atau lihat karena kita tahu kebenaran yang sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment