Pencarian

Monday, March 7, 2016

NASIONALISME MESIR, NASIONALISME SINGAPURA, NASIONALISME SRILANGKA



NASIONALISME MESIR

A.    Krisis Keuangan Mesir
Sejak dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869, negara-negara Barat terutama Inggris dan Prancis saling berlomba memperebutkan pengaruhnya di Mesir. Pengaruh kekuasaan Inggris makin kuat mulai tahun 1875, yakni saat Khedive Ismail (1863–1879) membutuhkan uang sehubungan dengan krisisnya keuangan Mesir. Khedive Ismail kemudian menjual sebagian besar saham Mersir pada Terusan Suez kepada Inggris.
Di samping itu, Mesir juga meminjam uang dari Inggris dan Prancis. Mesir karena tidak dapat membayar hutang-hutangnya maka Inggris dan Prancis masuk ke Mesir dan memberesi hutang-hutangnya. Dengan demikian, sejak tahun 1876, Inggris dan Prancis telah ikut campur dalam pemerintahan di Mesir.
Adanya campur tangan Inggris dan Prancis dalam pemerintahan, khususnya pada saham-saham Terusan Suez menimbulkan kekecewaan yang kemudian muncul perlawanan rakyat. Kebangkitan nasional Mesir ditandai dengan adanya pemberontakan Arabi Pasha (1881–1882). Mulamula gerakan ini antiorang asing (Inggris, Prancis dan Turki), tetapi akhirnya menjadi gerakan untuk menuntut perubahan sistem pemerintahan. Gerakan Arabi ini timbul karena pengaruh Jamaluddin al Afghani yang ketika itu mengajar di Mesir. Perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Arabi Pasha ini sangat membahayakan kedudukan Inggris dan Prancis di Mesir. Inggris akhirnya bertindak dan berhasil menumpas pemberontakan Arabi Pasha.

B.     Timbulnya Nasionalime Mesir
Mesir termasuk negara Arab sehingga bangkitnya nasionalisme Mesir merupakan hal yang sama dengan bangkitnya nasionalisme Arab. Adapun sebab-sebab timbulnya nasionalisme Mesir adalah sebagai berikut.
1.      Adanya gerakan Wahabi, semula merupakan gerakan agama yang kemudian memberontak pemerintahan Turki. Dengan demikian, secara politik membangkitkan tumbuhnya nasionalisme Mesir.
2.      Adanya pengaruh Revolusi Prancis. Ketika Napoleon Bonaparte mendarat di Mesir, ia juga membawa suara Revolusi Prancis yang kemudian menimbulkan paham liberal dan nasionalisme Mesir.
3.      Munculnya kaum intelektual yang berpaham modern.
4.      Adanya Gerakan Pan Arab, yang dirintis oleh Amir Chetib Arslan dengan yang menganjurkan persatuan semua bangsa Arab dengan tujuan untuk mencapai kemerdekaan bangsanya.

Sekalipun pemberontakan Arabi Pasha berhasil dipadamkan, namun cita-cita perjuangan Arabi Pasha merupakan sumber aspirasi semangat nasionalisme bangsa Mesir. Hal ini terbukti pada tanggal 7 Desember 1907 telah diadakan kongres nasional yang pertama di bawah pimpinan Mustafa Kamil. Tujuannya adalah pembangunan Mesir secara liberal untuk mencapai kemerdekaan penuh. Pemerintah Mesir yang dipengaruhi oleh Inggris berusaha untuk menindas gerakan ini, akan tetapi gerakan nasional ini tetap hidup dan makin kuat bahkan kemudian menjelma menjadi Partai Wafd (Utusan) di bawah pimpinan Saad Zaghlul Pasha.
Ketika Perang Dunia I selesai, Partai Wafd menuntut Mesir sebagai negara merdeka dan ikut serta dalam konferensi perdamaian di Prancis. Inggris menolak, bahkan mengasingkan Zaghlul Pasha ke Malta. Pada tahun 1919 di Mesir timbul pemberontakan dan Zaghlul Pasha dibebaskan kembali. Kaum nasionalise Mesir menuntut kemerdekaan penuh. Pemberontakan berkobar lagi, Zaghlul Pasha ditangkap lagi dan diasigkan ke Gibraltar. Inggris yang tidak dapat menekan nasionalisme Mesir, terpaksa mengeluarkan Pernyataan Unilateral (Unilateral Declaration) pada tanggal 28 Februari 1922. Tahukan Anda isi Uniteral Declaration?
1.      Inggris mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Mesir.
2.      Inggris berhak atas empat masalah pokok,seperti berikut:
·         mempertahakan Terusan Suez;
·         mempergunakan daerah militer untuk operasi militer;
·         mempertahankan Mesir terhadap agresi bangsa lain;
·         melindungi bangsa asing di Mesir dan kepentingannya.
Uniteral Declaration 1922 merupakan saat yang bersejarah bagi Mesir sebab sejak itu dunia internasional menganggap Mesir telah merdeka, meskipun belum penuh. Sebaliknya, di pihak kaum nasionalis Mesir tetap tetap menentangnya sebab Inggris tetap berhak atas empat masalah pokok tersebut di atas. Itulah sebabnya, kaum nasionalisme Mesir terus berjuang melawan Inggris untuk mencapai kemerdekaan penuh. Hal ini baru terwujud setelah Perang Dunia II berakhir (Oktober 1954).


C.     Nasionalisme Mesir dan Da’wah Fir’auniyah
Tepatnya pada tahun 1919 M pecahlah revolusi Mesir menentang penajajahan Inggris atas negeri itu. Revolusi yang dipimpin oleh ulama-ulama Azhar ini mampu membuat Inggris mundur. Melihat gelagat yang tidak menyenangkan tersebut, pemerintahan Inggris segera mengirim Lord Clinbe ke Mesir sebagai duta yang baru untuk melihat dari dekat revolusi ini. Setelah satu bulan meneliti keadaan , segera ia mengirim telegram yang ditujukan kepada Menlu Inggris di London
Telegram tersebut menyebutkan beberapa langkah yang harus diambil oleh pemerintahan Inggris untuk memadamkan api revolusi tersebut di antaranya adalah:
1.      Revolusi ini berpusat di Al-Azhar dan sangat membahayakan kedudukan Inggris, maka Pemerintahan Inggris diharapkan bisa segera mengambil kebijaksanaan baru.
2.      Meminta agar Sa’ad Zaglul dibebaskan dan dikirim ke Kairo
Sa’ad Zaglul inilah yang menjadi dalang terjadinya perubahan Revolusi Islam menjadi Revolusi Nasionalis yang perjuanganya sebatas pembebasan tanah air saja. Dia juga yang menyusupkan orang-orang Nasrani ke dalam barisan orang Islam ketika mengadakan konfrontasi dengan penjajah. “Agama hanya milik Allah, akan tetapi Tanah Air milik bersama” begitulah syiar yang dipakai penghianat ini untuk mengaburkan pemahaman jihad Islami. Nampaknya syiar ini sekarang masih berkembang di negara lembah Nil tersebut, terbukti masih terpampangnya tulisan-tulisan yang terlalu membanggakan Mesir sebagai kota leluhur, seperti syiar yang terpampang di depan Fakultas Kedokteran, Universitas Al-Azhar yang berbunyi: “ Misr qobla Kulli Sya’i” (Mesir dahulu sebelum segala sesuatu)
Usaha-usaha untuk menggali kebudayaan nenek moyang terus dilakukan oleh Barat, terutama di Negara- negara Islam. Usaha-usaha itu bertujuan untuk menggiring umat Islam agar selalu mengagung-agungkan warisan leluhurnya. Setelah ditemukan kuburan Tut An-Mun (Ratu pada dinasti Fir’aun) di sela-sela reruntuhan istana Fir’aun, mulailah digalakkan dengan apa yang dikenal dengan gerakan “Fir’aunisasi”
Istilah-istilah kebudayaan nenek moyang inilah sekarang yang mendominasi kehidupan bangsa Mesir, gambar istri-istri Fir’aun yang porno turut menghiasi jalan-jalan besar kota Kairo, menghiasi amplop-amplop dan kertas-kertas surat. Bahkan kalau kita membeli perangko di Mesir akan sulit kita dapatkan perangko yang tidak bergambar Fir’aun, istri-istrinya yang telanjang maupun gambar-gambar tempat persembahan mereka. Sering pula nama Fir’aun ini dipakai untuk nama-nama yayasan, toko-toko,dan hasil-hasil produksi mereka.
Gerakan Fir’aunisasi ini didalangi oleh Muhammad Husein Haikal, Abdullah Anan, Hasan Subkhi. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok ini adalah menyebarkan nilai-nilai ruhani Fir’aun dengan segala bentuk sesembahan-nya dan menanamkannya kepada umat Islam Mesir. Padahal kalau kita teliti lebih jauh, ternyata nilai-nilai mistik Fir’aun ini mempunyai hubungan erat dengan mistik Yunani.Salah satu penyair terkenal yang mendukung Fir’aunisasi adalah Hafid Ibrahim, ia pernah menulis: “Aku pemuda Mesir, jari jemariku dari keturunan anak-anak Pyramid yang abadi”
Dalam kesempatan lain ia juga menulis: “Semua manusia diam tertegun…. Bagaiman aku membangun kemuliaan sendiri…. Sedangkan para pembangun pyramid pada masa lalu cukuplah sebagai jawaban atas sebuah tantangan.” Begitu gencarnya propaganda Fir’aunisasi yang dilakukan musuh-musuh Islam di negeri Kinanah tersebut, sehingga umat Islam, khususnya yang tinggal di dalamnya mendapat getahnya. Paling tidak ada tiga kerugian yang dirasakan kaum muslimin di Mesir:
Semakin jauhnya generasi Islam dari kebudayaan para pendahulunya. Mereka menjadi asing dengan pahlawan-pahlawan Islam yang telah banyak berperang dalam penyebaran Islam di Mesir, sehingga nama-nama besar, seperti  : Amru bin Ash, Imam Syafi’i, Imam Laits, Shalahudin Al-Ayyubi, Ibnu Taimiyah mulai redup dan sedikit demi sedikit, pelan tapi pasti mulai hilang dari jiwa generasi muslim. Tergesernya tafakhur (rasa bangga) terhadap kebudayaan Islam, terganti dengan rasa bangga terhadap kebudayaan nenek moyang, tanpa melihat lagi nilai-nilai ke-Islaman-nya. Berapa banyak generasi Islam hari ini, yang bangga karena bisa mengirimkan surat dengan sampul yang bergambar Fir’aun dan kebudayaannya, walau dengan biaya yang lebih mahal. Dan sedikit sekali yang menggunakan sampul yang bergambar Al-Azhar atau masjid-masjid yang bersejarah lainnya.
Semakin banyaknya turis asing yang keluar masuk Mesir. Turis-turis tersebut sebagai mata-mata kaum kuffar, mereka juga menyebarkan kerusakan di dalamnya. (Walau mereka berdalih bahwa mereka datang hanya untuk mengadakan penelitian sejarah dan terdorong rasa kagumya yang sangat terhadap Mesir, yang kaya akan kebudayaan yang bernilai tinggi) Hal ini terlihat jelas sekali, ketika dengan bebas mereka membuka aurat di jalan-jalan kota Kairo, tanpa ada seorangpun yang berani melarangnya. Pemandangan seperti ini, selain merusak akhlaq para pemuda Mesir juga mendorong para pemuda Mesir untuk meniru gaya dan gerak-gerik mereka., Maka tak aneh, kalau sekarang para pemudi Mesir bergentayangan di jalan-hjalan kota Kairo dengan baju mini dan ketat melenggak-lenggok mengundang fitnah bagi siapa saja yang memandangnya. Akibatnya, karena jengkelnya dengan terhadap pemandangan seperti ini, sebagian aktivis muslim mencoba merubahnya dengan kekerasan. Sering terjadinya peledakan di dalam bis-bis yang mengangkut para turis dan tempat-tempat sejarah hanyalah luapan rasa marah umat Islam terhadap fenomena tersebut. Anehnya, ulama-ulama Azhar sendiri malah menuding dan memojokkan para aktivis tersebut. Tanpa mengritik sedikit pun atas kebijaksanaan pemerintah Mesir yang sebenarnya adalah rekayasa orang-orang sekuler untuk menghancurlkan Mesir. Seringkali ulama Azhar tersebut meng-identikan masuknya turis asing ke Mesir dengan masalah “Aqdul Al-Aman” salah satu bab yang ada dalam fikih Islam.
Analogi tersebut rasanya kurang tepat, karena aqdul aman (perjajanjian untuk memberikan keamanan kepada orang kafir yang masuk ke Negara Islam) yang dilakukan pemerintahan harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya adalah orang  kafir yang masuk ke negeri Muslim harus menjaga norma-norma Islam, tidak boleh membawa kerusakan apalagi menjadi  mata-mata untuk kepentingan musuh Islam. Hal-hal seperti ini telah diterangkan para ulama di dalam Ahkam Ahlu Dzimmah dan di dalam pembahasan Al-Wala’ wal Al-Bara’. Sementara itu di Negara Iraq, kita dapati sebagian masyarakat masih mengagung-agungkan keturunan Al-Asyuriun. Partai Baths yang beranggotakan Sadam Husein merupakan partai elit di Negara tersebut. Partai ini pertama kali didirikan pada tahun 1940 oleh Mishil Aflaq seorang Nasrani Lebanon yang mempunyai andil besar dalam merumuskan Ideologi Nasionalis Arab. Salah seorang penyair partai ini pernah menulis: “Jangan tanya tentang agamaku atau mazdabku. Aku adalah seorang Sosialisme Baths Arobi”[2] Partai ini hingga kini masih dominan di Syiria dan Iraq. Begitu juga yang terjadi di Lebanon dengan kebudayaan Firigiah-nya, atau yang berada di Sudan dengan kebudayaan Zanjiah-nya



NASIONALISME JEPANG

A.    Masa Keshogunan
Sejak pemerintahan Shogun Tokugawa (pada abad ke-17), Jepang melakukan politik isolasi (artinya menarik diri dari pengaruh asing–Barat). Politik isolasi ini mulai dijalankan oleh Iyeyashu Tokugawa (1639) dan diteruskan oleh para penggantinya. Tujuan politik isolasi untuk menjamin tetap tegaknya pemerintahan Shogun dan mencegah masuknya pengaruh asing (Barat). Selama Jepang menutup diri, dunia Barat terus melaju pesat dengan industri dan teknologinya. Untuk itu bangsa-bangsa Barat membutuhkan daerah pasaran hasil industri. Amerika Serikat, merupakan salah satu bangsa Barat yang ingin masuk ke Jepang untuk membuka hubungan dagang.
Pada tahun 1846, Amerika Serikat mengirimkan utusannya ke Jepang di bawah pimpinan Laksamana Biddle, tetapi ditolak oleh Shogun. Pada tahun 1853, mengirimkan lagi utusannya lengkap dengan kapal perangnya di bawah pimpinan Matthew Commodore Perry. Perry menghadap Shogun dan meminta agar Jepang mau membuka kota-kota pelabuhannya untuk perdagangan internasional. Pemerintah Jepang minta waktu untuk memikirkan permintaan Amerika Serikat. Perry beserta rombongan kembali ke Amerika.
Pada tahun 1854, rombongan Perry lengkap dengan tujuh kapal perangnya mendarat lagi di Yedo, dan berhasil memaksa Shogun Iyesada (1853–1858) untuk menandatangani Perjanjian Kanagawa (31 Maret 1854) yang isinya kota pelabuhan Shimoda dan Hokodate dibuka untuk perdagangan asing. Dengan demikian, runtuhlah politik isolasi Jepang sehingga negara tersebut terbuka untuk bangsa asing. Sejak saat itu, Jepang menyadari akan ketinggalannya dengan bangsabangsa Barat. Yang menjadi sasaran kemarahan rakyat Jepang ialah pemerintahan Shogun. Yoshinobu dipaksa turun takhta dan menyerahkan kekuasaannya kepada Kaisar Mutsuhito (Kaisar Meiji) pada tanggal 8 September 1867. Secara resmi Kaisar Meiji memerintah Jepang dari tanggal 25 Januari 1868 sampai dengan 30 Juli 1912.

B.     Nasionalisme Jepang
Terbukanya Jepang bagi bangsa asing yang disusul dengan runtuhnya kekuasan Shogun dan tampilnya Kaisar Meiji (Meiji Tenno), menandai bangkitnya nasionalisme Jepang. Pada tanggal 6 April 1868, Meiji Tenno memproklamasikan Charter Outh (Sumpah Setia) menuju Jepang baru yang terdiri atas lima pasal, seperti berikut.
·         Akan dibentuk parlemen.
·         Seluruh bangsa harus bersatu untuk mencapai kesejahateraan.
·         Adat istiadat yang kolot dan yang menghalangi kemajuan Jepang harus dihapuskan.
·         Semua jabatan terbuka untuk siapa saja.
·         Mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin untuk pembangunan
·         bangsa dan negara.

Untuk mencapai cita-cita tersebut maka Meiji Tenno melaksanakan pembaharuan (restorasi). Itulah sebabnya Kaisar Meiji kemudian dikenal dengan Meiji Restorasi. Restorasi yang dilakukan meliputi segala bidang, yakni politik, ekonomi, pendidikan dan militer.
1.      Bidang Politik. Langkah pertama yang diambil oleh Meiji Tenno ialah memindahkan ibu kota dari Kyoto ke Yedo yang kemudian diganti menjadi Tokyo (yang berarti ibu kota timur). Selanjutnya, diciptakan bendera kebangsaan Jepang Hinomoru dan dan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo. Shintoisme dikukuhkan sebagai agama nasional. Jabatan shogun dan daimyo dihapuskan (1868) dan samurai dibubarkan. Para daimyo kemudian diangkat menjadi pegawai negeri, sedangkan para samurai dijadikan tentara nasional. Di bawah pimpinan Ito Hirobumi (kemudian dikenal Bapak Konstitusi Jepang) pada tahun 1889 berhasil disusun konstitusi Jepang.
2.      Bidang Ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi, meliputi bidang pertanian, perindustrian, dan perdagangan, namun yang paling berhasil di bidang perindustrian dan perdagangan. Perdagangan Jepang maju pesat berkat dumping policy. Di bidang industri muncul golongan baru yang disebut Zaibatsu yang terdiri atas keluarga Mitsui, Mitsubishi, Sumitomo, dan Jassuda.
3.      Bidang pendidikan. Sistem pendidikan di Jepang meniru sistem pendidikan Barat. Dasar moral yang diajarkan di semua sekolah ialah Shintoisme dan Budhisme. Pada tahun 1871, dibentuklah Departemen Pendidikan. Selanjutnya pada tahun 1872 dikeluarkan Undang-Undang Pendidikan yang mewajibkan belajar untuk anak-anak umur 6–14 dan bebas uang sekolah. Sistem pendidikannya semimiliter.
4.      Bidang Militer. Dalam pembaharuan angkatan perang yang mempunyai peranan besar ialah keluarga Choshu dan Satsuma. Keluarga Choshu menangani pembaharuan Angkatan Darat dengan mencontoh Prusia (Jerman), sedangan keluarga Satsuma menangani pembaharaun Angkatan Laut dengan mencontoh Inggris. Bersamaan dengan modernisasi angkatan perang ini dihidupkan kembali ajaran bushido sebagai jiwa kemiliteran.

C.    Jepang Muncul sebagai Negara Imperialis
Restorasi telah berhasil mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara Jepang. Jepang menjadi negara maju, modern, dan sejajar dengan negara-negara Barat. Hal ini kemudian menimbulkan ambisi untuk melakukan imperialisme seperi negara-negara Barat. Tahukah Anda faktor-faktor yang mendorongnya?
·         Adanya pertambahan penduduk yang cepat.
·         Adanya perkembangan industri yang begitu pesat, butuh daerah pasaran dan bahan mentah.
·         Adanya pembatasan migran Jepang yang dilakukan oleh negara-negara Barat.
·         Pengaruh ajaran Shinto tentang Hakko I Chi-u (dunia sebagai keluarga), di mana Jepang terpanggil untuk memimpin bangsa-bangsa di dunia (Asia-Pasifik).

Ambisi imperialisme Jepang menyebabkan Jepang terlibat dalam peperangan. Untungnya, dalam setiap peperangan Jepang selalu mendapatkan kemenenangan. Perang Cina–Jepang I (1894–1895) dimenangkan oleh Jepang dan diakhiri dengan Perjanjian Shimonoseki (1895). Hasilnya, Jepang memperoleh Kepulauan Pescadores dan Taiwan. Perang Rusia–Jepang (1904–1905) dimenangkan oleh pihak Jepang dan diakhiri dengan Perjanjian Portsmouth (1905). Hasilnya Jepang mendapatkan Shakalin Selatan dan menggantikan posisi Rusia di Manchuria. Kemenangan Jepang ini memberikan pengaruh yang besar bagi tumbuhnya nasionalisme di negara-negara Asia dan Afrika.
Dalam Perang Dunia I, Jepang juga ikut terlibat perang dan memihak kepada Sekutu. Jepang berhasil menyapu pasukan-pasukan Jerman di Cina ataupun di Pasifik. Itulah sebabnya setelah perang berakhir dengan kekalahan di pihak Jerman, Jepang memperoleh daerah bekas jajahan Jerman, seperti Shantung (di Cina), Kepulauan Marshal, Mariana, dan Caroline (di Pasifik). Dengan demikian, sampai dengan berakhirnya Perang Dunia I, Jepang telah berhasil menguasai banyak daerah. Jepang telah muncul menjadi negara besar (the great powers).(net)



NASIONALISME SINGAPURA

Kalau mau mengenali jati diri bangsa Singapura, saksikan Parade Chingay yang diadakan di kawasan Pantai Marina, Singapura. ”Nasionalisme”—tanpa tanda seru—mengambil maknanya sendiri lewat parade yang diikuti empat etnik yang membentuk bangsa Singapura, yakni China, Melayu, India, Eropa, dan lainnya. Dengan mayoritas etnik China (77,3 persen), tak heran kalau kultur China lebih dominan dalam pencitraan Singapura. Parade Chingay tak syak merupakan dedikasi akan tradisi agraris, yaitu merayakan Tahun Baru Imlek, yang dibawa dari tanah leluhur China. Di
Singapura, lebih dari sepekan banyak kantor dan usaha pertokoan tutup. ”Chingay”, menurut Ketua Panitia Parade Chingay, Nah Juay Hng, lebih kurang berarti ”orang berkostum (karnaval)” menyambut Imlek. Saat Parade Chingay yang diadakan pada 19 dan 20 Februari 2010, diperkirakan 70.000 warga Singapura tumplek blek (tumpah ruah) di lokasi parade yang bersebelahan dengan Singapore Flyer, sejenis komidi putar setinggi 165 meter. Parade Chingay yang semula diadakan di jalanan umum, sejak 50 tahun silam, pada tiga tahun terakhir diselenggarakan di Pit Building, yakni arena balap mobil Formula 1 di Pantai Marina, semacam Ancol-nya Singapura. Penonton menyaksikan dari tempat duduk yang disediakan di kedua sisi sepanjang 600 meter. Mereka rela membayar tiket senilai Rp 300.000 hingga Rp 500.000 per orang.
Di balik itu, terpantul antusiasme dan apresiasi mereka pada kreativitas budaya—dengan kesadaran sebagai bangsa ”baru”, tetapi sekaligus tecermin etos bisnis Kota Singa ini: bagaimana merekayasa sesuatu secara profesional agar bisa ”dijual”. Parade Chingay tak syak menjadi obyek wisata (jualan) baru mereka. Nah Juay Hng menjelaskan, dalam penyelenggaraan kegiatan ini, prinsipnya panitia tidak menggalang anggaran yang besar. Dukungan pemerintah lebih pada legalitas. Selain dukungan dana dari swasta, masing-masing kelompok penampil mengusahakan sendiri seluruh pembiayaannya. Panitia hanya sekitar 25 orang, tetapi didukung sebanyak 7.000 tenaga sukarela, kebanyakan kalangan pelajar dan mahasiswa.

Heroisme khayali
Parade yang penuh glamour, ingar-bingar, dan serba extravaganza ini merupakan tontonan yang memesona pandangan mata dan membuncahkan semangat riang-ria. Memang berbeda dengan parade atau karnaval di Tanah Air yang selalu gratisan. Parade yang diikuti 40 kelompok—di antaranya mewakli beragam bangsa—dengan ratusan orang setiap kelompoknya sambung-menyambung sepanjang 1,5 jam tanpa jeda. Parade dibuka pasukan berseragam ”Star War” serba putih lengkap dengan senjata otomatis di tangan dan iringan yang mengingatkan kita pada musik perkusi Michael Jackson. Seolah merepresentasikan pandangan akan nilai heroisme yang khayali. Heroisme khayali itu juga diwujudkan lewat pasukan egrang dengan kostum prajurit modern dengan sayap di punggung yang menyemburkan kembang api. Lalu disusul kelompok petani dari Guangxi, China, dengan rentetan ribuan mercon yang disulut sejauh 700 meter, menandai tradisi khas China yang memekakkan telinga. Ikon tradisi China itu disusul barisan 100 barongsai dan 100 liong berwarna-warni, diikuti ratusan remaja berbusana model cheongsam warna merah tua.
Selanjutnya meluncur mobil hias besar dengan patung kuda terbang serta ikon-ikon yang mewakili Singapura masa kini. Pada malam kedua, Presiden SR Nathan dan PM Lee Hsien Loong berpidato di atas mobil hias itu. Presiden berbicara dalam bahasa Inggris, sedangkan PM Lee dalam bahasa Mandarin. Muncul kesan tak ketatnya sistem protokoler, tetapi sebaliknya kesederhanaan dan kedekatan hubungan antara pemimpin pemerintahan dan rakyatnya.

Multikultural
Lewat Parade Chingay ini rakyat Singapura merefleksikan budaya mereka yang multikultural. Parade ini menjadi semacam pesta raya bagi masing-masing kelompok etnik di masyarakat; China, Melayu, India, dan Eropa, juga kelompok pendatang lain. Di parade itu, masing-masing kelompok etnik tersebut menumpahkan segala kreativitas mereka dalam merancang desain, baik kostum, koreografi, maupun mobil hiasnya. Kelompok Lunar New Year Joy, misalnya, menampilkan legenda Sampek Engtay dengan kupu-kupu yang beterbangan, baik yang diwujudkan lewat para penari berkostum kupu-kupu maupun puluhan ”kupu-kupu” berukuran setengah meter yang terbang dengan remote control, melayang mengikuti rombongan.
Kemeriahan pesta rakyat ini bertambah semarak oleh permainan kembang api di langit, bolabola gas besar melayang di sana-sini, dipuncaki semburan potongan kertas warna-warni, dan ditingkah musik yang berdentum-dentum, serta sorak-sorai ratusan pemandu sorak yang disambut spontan oleh penonton. Beberapa saat terdengar lagu ”Let Us Celebrate”, ”We are One” berselang-seling dengan ”Majulah Singapura”. Banyak kelompok penampil; selain menggunakan mobil hias panjang yang didesain indah dan bercahaya warna warni, para peraga umumnya mengenakan kostum yang berkesan megah dan serba gemerlap. China, India, Malaysia, Thailand, Jepang, Taiwan, Brasil, mengirimkan delegasinya, di samping tambahan personel dari Singapura.
Hanya delegasi Indonesia yang sepenuhnya mengandalkan 150 personel ”asli”. Indonesia diwakili kelompok Solo Batik Carnival (SBC) dari Kota Solo, Jawa Tengah. Tanpa mobil hias, SBC tampil dengan desain bertema ”Sekar Jagad” (bukan ”Sapu Jagad”, Kompas, 22/2) yang diilhami oleh lingkungan hidup, seperti tanaman, bunga, dan burung merak, yang didasarkan pada pola batik tradisional Indonesia. Parade ini juga menampilkan realitas apa saja dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan beragam kelompok yang ada di Singapura. Mereka yang berprofesi sebagai babby sitter, penata laksana rumah tangga alias PRT, bayi dalam kereta, anak-anak, hingga kalangan lansia dengan beragam gaya hidup sehari-hari pun ikut unjuk gigi.
Termasuk mereka yang hidup di apartemen-apartemen.  Harap diketahui, sebagian besar penduduk Singapura yang berjumlah 4.483.900 jiwa tinggal di apartemen. Di atas sebuah mobil hias, para penghuni apartemen itu digambarkan hidup dalam kesumpekan. Di luar Singapura yang digambarkan serba gemerlap, hal itu mungkin bisa membuka mata kita. Kehidupan di Tanah Air ternyata jauh lebih menyenangkan.
Di tahun 1832, Singapura menjadi pusat pemerintahan untuk sekelompok wilayah kekuasaan atau Negeri-Negeri selat, yang terdiri dari Penang, Malaka, dan Singapura. Dengan dibukanya Terusan Suez di tahun 1869, dan penemuan telegraf serta kapal uap, peran Singapura sebagai pusat perdagangan yang menggabungkan antara dunia Timur dan Barat meningkat sangat pesat antara tahun 1873-1913. Kemudian di tahun 1860, negeri yang sedang berkembang ini kemudian memiliki populasi yang telah tumbuh pesat dari hanya 150 penduduk pada tahun 1819, menjadi 80.792 penduduk, di mana, sebagian besar terdiri dari etnis Tionghoa, India, dan Melayu.
Namun, perdamaian dan kemakmuran negeri ini menderita pukulan berat selama Perang Dunia II, ketika diserang oleh pesawat udara Jepang pada tanggal 8 Desember 1941. Walau dahulu dianggap sebagai benteng yang tak terkalahkan, Singapura pun jatuh dalam penyerbuan Jepang pada tanggal 15 Februari 1942. Negeri ini kemudian menjadi jajahan Jepang selama tiga setengah tahun ke depan, .
Ketika Jepang menyerah di tahun 1945, negara ini kemudian diambil alih oleh Pemerintahan Militer Inggris, dan tetap dalam kekuasaan Inggris hingga kemudian Negeri-Negeri Selat yang terdiri dari Penang, Melaka, dan Singapura dibubarkan. Pada bulan Maret 1946, Singapura menjadi negara Koloni Kerajaan Inggris.

Sejalan dengan tumbuhnya rasa nasionalisme, tahun 1959, berdirilah pemerintah independen Singapura dengan dilakukannya pemilihan umum pertama di negeri ini. People’s Action Party (PAP) memenangkan mayoritas 43 kursi dan Lee Kuan Yew menjadi perdana menteri pertama Singapura. Di tahun 1961, Malaysia mengajukan usulan untuk bergabung menjadi satu antara Singapura, Negera Federasi Malaya, Sarawak, Borneo Utara dan Brunei . Pada sebuah referendum yang dilakukan di Singapura pada tahun 1962 menghasilkan mayoritas dukungan suara bergabung dengan Malaysia. Selanjutnya Malaysia terbentuk di tahun 1963 yang terdiri dari Negara Federasi Malaya, Sarawak, Singapura dan Borneo Utara (sekarang disebut Sabah). Namun, persatuan ini terbukti tidak berhasil, dan kurang dari dua tahun kemudian tepatnya pada tanggal 9 Agustus 1965, Singapura berpisah dengan Malaysia untuk menjadi negara demokratis yang merdeka dan berdaulat.
Saat ini, Anda dapat mempelajari warisan sejarah Singapura yang kaya, dengan mengunjungi banyak monumen nasional, museum, dan monumen peringatan yang berada di seluruh kota ini. Dalam perjalanan wisata Anda ke Singapura, jangan lupa untuk berjalan-jalan di salah satu jejak sejarah yang begitu banyak, dan kunjungilah bangunan-bangunan yang terkenal saat berwisata ke Singapura .


















NASIONALISME SRI LANGKA

A.    Sri Lanka Sebelum Kemerdekaan
Tahun 237 SM sesudah perang kalinga, Ashokawardhana dibimbing biksu Bana akhirnya menganut agama Buddha, dan diberlakukannya dharmawijaya. Sebagai konsekuensinya ia aktif dalam menyiarkan agama Buddha, anatara lain membangun  stam-bhadharmacakra, larangan membunuh(ahimsa), memimpin prosesi keagamaan dan mengirimkan para misionaris buddha keberbagai daerah, salah satunya Srilanka. Peyiaran Buddha itu sukses terbukti banyak orang berziarah kekota suci di India utara seperti di Kapilawastu, Bodhgaya, Benares dan Kusinaya. Kerajaan Sinhala punya pengaruh yang luas dengan adanya perguruan tingggi Buddha Mahevihare banyak mahasiswa yang datang dari Birma, Thailand, Indochina, China dan Nusantara.
Bangsa Dravida yang berbahasa Tamil sebagian masuk Srilanka tahun 1771 M dan tetap mempertahan tradisi dan budaya hindu. Orang Tamil berkembang dan sukses mendesak orang Sinhala. Maka mulailah migrasi masal orang Tamil ke Srilanka bagian utara hingga menguasai Anuradhapura. Tahun 769 M menjadi tonggak bangsa Tamil untuk mengembangkan politik, agama hindu, budaya dan peradaban Tamil, meski tetap mempertahan tradisi lama dan menjalin hubungan dagang dengan Tamil di India.
Ramainya perdagangan mengundang bangsa arab yang beragama islam untuk masuk ke Srilanka yang di kenal dengan sebutan bangsa Moor. Mereka berdagang sambil menyebarkan agama islam. Bangsa Sinhala yang terdesak ke selatan akhirnya mendirikan kerajaan di Polomaruwa maka mulai terjadi persaingan antara bangsa Tamil dan bangsa Sinhala.
Orang Sinhala mulai menghimpun kekuatan untuk merebut kekuasaan dari bangsa Tamil dan baru berhasil tahun 1164 M untuk mengembalikan kejayaan peradaban Budhis di bangun pagoda dan istana di bawah pimpinan Parakramabahu(1153-1186) yang berhasil menguasai seluruh Srilanka dan syiar buddha sampai jazirah India selatan, serta mencegah hubungan Tamil Nadu dan Tamil Srilanka di madras. Orang Tamil tidak tinggal diam menerima kekalahan, berbenah diri untuk balas dendam. Setelah Parakrambhahu wafat mereka menyerbu pusat pemerintah Sinhala untuk mengambil alih kekuasaan dan mendesak orang Sinhala ke daerah perbuktan Srilanka tengah. Di daerah ini mereka membangun pusat pemerintahan yang baru di Kandy.
Bangsa Inggris yang mengalahkan Perancis dalam perang Pessay, kemudian menekan dinasti moghul dan secara bertahap menguasai India. Dan melalui konvensi London yang di tandatangi tahun 1814, Inggris mendapatkan Srilanka dari pemerintah Inggris di India ikut menyumbang pertakaian etnis dengan memasukkan Tamil India selatan ke Srilanka untuk bekerja diperkebunan teh, kopi dan karet. Menurutnya Tamil India lebih tangguh untuk bekerja di perkebunan tropis serta gajinya murah.

B.     Gerakan Nasionalis Srilanka
Gerakan menurut kemudian Srilanka hampir bersamaan dengan India gerakan nasionalisme di mulai dari the Ceylon league(Liga Ceylon) tahun 1865 dengan tuturan kemerdekaan dari Inggris dan terpisah dari India usaha  berhasil dengan penilaian otonomi untuk daerah Colombo, Kandy dan Golle. Tahun 1918 terjadi kerusuhan antara penganut Buddha dan islam hampir di seluruh di seluruh Srilanka. Inggris menduga kerusuhan itu terjadi akibat kemenangan Jerman atas Triple Entente (Inggris, Perancis, dan Rusia) dalam Perang Dunia I. Inggris menuduh rakyat Srilanka memanfaatkan nasionalisme orang Arya untuk membangkitkan bangsa yang di jajah oleh Inggris. Inggris ketakutan dan menindas kerusuhan dengan kekejaman dengan dasar hukum Rowlat Act. Banyak tokoh Srilanka di jatuhi hukuman mati. Akibatnya timbul rasa kebangaan Srilanka dengan berdirinya “Ceylon National Congress” tahun 1918 yang menurut otonomi. Konggres National Ceylon, mempengaruhi Inggris dengan di bentuknya panitia untuk menyelidiki persiapan kemerdekaan rakyat Srilanka yang di pimpin oleh Donoughmore, yang bekerja keras untuk menghasilkan undang-undang bagi rakyat Srilanka.
Kontitusi 1913 yang telah di siapkan panitia Donoughmore kurang memenuhi harapan rakyat karena gubernur jenderal memonopoli kekuasaan. Dalam Susana memanas akibat belum pulihnya ekonomi akibat malaise tuntutan otonomi belum dapat di penuhi oleh Inggris sampai terjadinya Perang Asia Timur Raya.
Jepang yang sukses dalam restorasi meiji menjadi Negara industri dan imperialism. Dan di semangati oleh persaingan superioritas angkatan darat Jepang dengan angkatan laut Jepang terjadi serangan kilat ke pangkalan laut Amerika Serikat di Pearl Harbour. Jepang sukses menguasai Singapura dan Birma. Sehingga Inggris merasa terancam kedudukannya di India dan Srilanka. Sehingga panglima Lord Louis Mountbatten ingin memindahkan ibukota dari Calcutta ke Colombo. Dari Srilanka tentara Inggris dukungan Gurkha untuk menyerang Singapura dan Indonesia. Saat perang masih berlangsung Inggris menyiapkan konstitusi yang di sebut Soyulbury Corestution 1944 yang mengatur pemberian pemerintahan sendiri, tetapi di tolak rakyat Srilanka dan tetap menuntut status dominion.
Tanggal 14 agustus Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Dan Inggris memenuhi  janjinya untuk menyiapkan kontitusi dengan status dominion. Tanggal 4 februari 1984 Srilanka di beri kemerdekaan dengan status dominion dalam lingkungan British Commonwealyh Of Nations. Presiden pertama Jayewadene dari United National Party.

C.    Gerakan Separatis Tamil Paska Kemerdekaan
Tahun 1918 Sir Ponnambalan Arubchalam menyarankan pihak Srilanka dan Tamil untuk bersatu menuntut kemerdekaan Srilanka kepada Inggris. Saran itu di terima mereka berjuang sampai mendapat kemerdekaan walau sedikit terlambat di banding status dominion Pakistan dan India. Sampai Inggris meninggalkan Srilanka, kesatuan, kehidupan bernegara dan kesepakatan Tamil dan Sinhala untuk hidup rukun dalam semangat nasional terbina dengan baik.
Dua tahun kemudian pecah perselisihan Tamil dan Sinhala akibat isu yang mengadu domba di bidang politik. Perdana Mentri Don Stephen Senanayako(1947-1952) memprioritaskan kepentingan Tamil dengan menetapkan peraturan kenegaraan 1948 dan Sistem perwakilan dalam badan legislatif.
Tahun 1950 terjadi bentrokan rasial akibat PP tahun 1948. Kaum Sinhala memburu, memprotes dan menghancurkan pemukiman Tamil di Srilanka selatan. Kerusuhan itu berakar dari masalah keagamaan, puncaknya tahun 1956 dan 1958 terjadi pemberontakan. Dalam pemilu tahun 1952, Sinhala memenangkan 73 kursi dari 95 kursi yang diperebutkan. Tamil Srilanka mendapat 11 kursi, islam 8 kursi dan dan Tamil India 3 kursi, dan Solomon West Ridgeway Dias (SWRD) Bandaranaike menjadi perdana menteri. Sejak Inggris mengosongkan basis militernya, pemerintah Srilanka mulai terlibat diplomasi internasional, khususnya perjanjian pertahanan antara lain:
·         Pemerintah Inggris dan Srilanka saling membantu keamanan  wilayah baik dari agresi luar maupun dalam negeri.
·         Pemerintah Srilanka di bantu pemerintah Inggris dalam kebutuhan fasilitas point 1 sejauh di setujui. Fasilitas angkatan darat, laut dan udara  dan komunikasi.
Kekalahan Tamil memunculkan ide Negara Tamil Ceylon yang mengarah ke gerakan separatis kemerdekaan Tamil. Di tambah pernyataan perdana menteri SWRD Bandaranaike untuk menstrukturisai pemerintah, membentuk kabinet dan menetapkan agama Buddha sebagai agama resmi dan bahasa Sinhala menjadi satu – satunya bahasa resmi di Srilanka.
Pernyataan itu mengguncang keamanan dan keamanan Srilanka. Tamil merasa di hina, di rendahkan dan menolak memakai bahasa Sinhala dan melakukan protes di depan gedung parleman di Colombo. Pengunjuk rasa di serbu oleh pasukan Sinhala, yang merasa mendapat perlindungan dari pemerintah Srilanka.
Tahun 1959 PM SWRD Bandaranaike di bunuh oleh seorang bikshu yang sangat panatik di kebun halaman rumahnya, karena menurut kebijakan mendukung gagasan jayewadene tidak dapat ditoleransi. Setelah itu istrinya yaitu Sirimavo Ratwatte Dias Bandaranaike diangkat menjadi PM wanita pertama di dunia. Tapi iapun mengikuti jejak suaminya. Dengan memberlakukan bahasa Sinhala sebagai bahasa nasional dan menasionalisasi beberapa perusahaan minyak asing.
Tetapi orang Tamil yang terbesar di seluruh pelosok Srilanka mendirikan organisasi-organisasi yang menurut otonomi terpisah dari pemerintah dukungan Sinhala. Di Jaffna lahir gerakan separatis dengan nama front persatuan pembahasan tami/Tamil united liberation front tulf. Organisasi itu di pimpin Samuel James Velupillai Chelvanayakan. Tahun 1976 dengan di bantu Appapillai Amirthalingam selaku sekertaris jendral perjuangan di lanjutkan oleh murugesu Sivasiyhampam, gerakan terorganisai dalam parlemen Srilanka melalui 26 wakilnya dan melatih 3300 gerilyawan 1977.
Tahun 1972 berdiri Liberation Tigers of Tamil Eelam(LTTE) di pimpin elupillai parabhakaran yang semula melatih 30 orang. Berkeahlian taktik kemiliteran sebelum tahun 1970. Telah berdiri Eelam People’s Revolutionary Liberation Front yang beranggotakan mahasiswa Tamil, tetapi di proklamasikan oleh KS Palmanabath tahun 1981. Organisasi yang cukup kuat dan seimbang dengan LTTE yaitu PLOTE (People Liberation Organitation of Tamil Eelam) yang di pimpin oleh 5 maheswaran penulis aktif dari Srilanka utara.
Pada masa pemerintah PM Sirimavo Bandaranaike (1970-1977) banyak terjadi kekacauan akibat di berlakukannya undang-undang tahun 1972 dan pembalasan untuk masuk perguruan tinggi, banyak pemuda Tamil yang tidak puas. Meraka melakukan serangkaian teror, perampasan dan pembunuhan. Selain itu pemerintah juga sedang menghadapi posisi dari beberapa partai dan juga kekurangan bahan. Makanan  tingkat nasioanal akibat kurangnya pengetahuan dari mereka yang bertanggung jawab atas produksi dan import bahan makanan.
Untuk mengatasi masalah itu tanggal 22 februari 1974 majelis nasional bersidang dan menyetujui rancangan undang-undang untuk membatasi pers termasuk larangan bagi surat kabar untuk menyiarkan berita kekurangan pangan dan hal-hal lain yang di rahasiakan oleh Negara. Pada tanggal 3 oktober 1974 golongan oposisi parlemen yang terdiri dari partai petsatuan nasional, partai Negara Tamil, dan golongan-golongan merdeka mengajukan mosi tidak percaya pada pemerintah pimpinan PM Ny sirimavo bandarnaike dan mendesak pemerintah untuk menyerahkan kekuasaan. Sebagian akibat kegagalan pemerintah mengatasi berbagai tekanan tindak kekerasan dan rakyat menderita akibat kekurangan pangan. Untuk mengatasi krisis pangan lima universitas di tutup, karena tidak tersedia bahan makanan bagi mahasiswa, dan rakyat di anjurkan untuk makan ubi. Menurut A.Jayeratman Wilson(1988) took pimpinan Tulf Chelvanayakan meninggal tahun 1977, maka hilanglah tokoh penggerak organisasi yang potensial dan Srilanka tampaknya tidak pernah memperhatikan tuntutan kaum sparatis Tamil untuk memberikan kemerdekaan di semenanjung Jaffa.
Pada tahun 1977  di Srilanka mendirikan pemilu baik tingkat nasional maupun tingkah daerah. Dalam pemilu ini terjadi perubahan besar, pemungutan suara di Srilanka bagian utara yang di huni mayoritas orang Tamil tetap gigih menuntut Negara terpisah, akan tetapi tetap di tolak. Akhirnya mereka mengancam akan menyerang penduduk sipil maupun tentara sehubungan undang-undang yang meresmikan bahasa Srilanka sebagai bahasa nasional. Pemilu 1982 meskipun di bawah ancaman gerilyawan Tamil, namun tetap menghasilkan mayoritas Sinhala mendukung pemerintah, presiden JR Jayewerda menyatakan bahwa pemerintah Srilanka akan menindak tegas pelku-pelaku terorisme kaum sparatis Tamil. Usaha tersebut akhirnya menimbulkan bentrokan dengan kapal-kapal nelayan India, bahkan melibatkan angkatan laut kedua Negara. 5 juli 1985 terjadi peristiwa berdarah di mana Tamil telah menerima serangan senapan dan di hancurkannya kuil Hindu dan sekolah, hal ini membangkitkan kaum sparatis Tamil untuk balas menyerang perkampungan Sinhala yaitu dengan menyerang dan menghancurkan dua masjid yang di penuhi jemaah sembayang jumatan, yang membantai banyak rakyat sipil.

No comments:

Pencarian isi Blog