Pencarian

Tuesday, December 25, 2018

Agama dan Manusia


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui serangkaian kegiatan ibadah yang sesuai dengan ajaran agama itu.
Sudah menjadi kodrat manusia sebagai ciptaan Tuhan. Sejatinya, manusia adalah makhluk yang lemah, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya perlindungan dari Tuhannya. Dengan agama yang dimiliki, manusia akan memperoleh perlindungan dengan menjalin hubungan dengan Tuhannya.
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik, makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna, seperti yang dinyatakan Allah di dalam Al Qur’an Surat At Tiin (95); ayat 4 :
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang  dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Dapat disimpulkan bahwa agama sangat perlu bagi manusia, terutama bagi orang yang berilmu.

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian di atas penyusun dapat merumuskan masalah, sebagai berikut :
1.      Bagaimana hubungan manusia dengan alam semsesta ?
2.      Bagaimana manusia menurut agama Islam ?
3.      Bagaimana agama dalam arti dan ruang lingkupnya ?
4.      Bagaimana hubungan manusia dengan agama ?
  
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui hubungan manusia dengan alam semesta.
2.      Untuk mengetahui manusia menurut agama Islam.
3.      Untuk mengetahui agama  dalam arti dan ruang lingkupnya.
4.      Untuk mengetahui hubungan manusia dengan agama.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Manusia dan Alam Semesta
Sesungguhnya dilihat dari sudut pandang manusia, yang ada adalah Allah dan Alam Semesta. Allah pencipta, sedang alam yang diciptakan. Alam adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindera, perasaan, dan pikiran, kendatipun samar-samar. Mulai dari partikel atau zarrah yakni bagian dari benda yang sangat kecil dan berdimensi samapi kepada jasad (tubuh) yang besar-besar, dari yang inorganik sampai pada yang organik, dari yang paling sederhana susunan tubuhnya sampai kepada yang kompleks (rumit, saling berhubungan) seperti tubuh manusia. Ruang dan waktu (space and time) adalah alam. Juga manusia termasuk alam atau bagian alam semesta (Osman Raliby).
Sebelum Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama, alam semesta telah diciptakan-Nya dengan tatanan kerja yang teratur, rapi dan serasi. Keteraturan, kerapian, dan keserasian alam semsta dapat dilihat pada dua kenyataan. Pertama, berupa keteraturan, kerapian, dan keserasian dalam hubungan alamiah antara bagian-bagian di dalamnya dengan pola saling melengkapi dan mendukung. Perhatikan misalnya apa yang diberikan matahari untuk kehidupan alam semesta. Selain berfungsi sebagai penerang di waktu siang, matahari juga berfungsi sebagai salah satu sumber energi dan kehidupan. Dari pancaran dan gerak edarannya yang bekerja menurut ketentuan Allah, manusia dapat menikmati pertukaran musim, perbedaan suhu antara satu wilayah denga wilayah lain. Semua keteraturan dan ketentuan yang dikerjakan sistim keeja matahari itu, pada perkembangannya kemudian membentuk sistim keteraturan dan ketentuan lain yang telah ditetapkan oleh Allah. Ingatlah, misalnya iklim suatu daerah yang berpengaruh pada keanekaan potensi alam, jenis flora dan fauna yang tumbuh dan ada di daerah itu. Kedua, keteraturan yang ditugaskan kepada malaikat untuk menjaga dan melaksanakannya (Basofi Soediman, 1995:1).
Kedua hal itulah yang kemudian membuat keserasian, kerapian, dan keteraturan yang kita yakini sebagai sunnatullah yakni ketentuan dan hukum yang ditetapka Allah. Melalui sunnatullah inilah, bumi dan alam semesta dapat bekerja secara sistematik (menurut suatu cara yang teratur rapi) dn berkesinambungan, tidak berubah-ubah, tetap saling berhubungan, berketergantungan dan sekaligus secara dinamis saling melengapi. Perhatikanlah, misalnya bagaimana matahari bekerja menurut ketentuan Allah. Sejak diciptakannya sampai akhir zaman, Insya Allah, matahari tetap berada pada titik pusat tata surya yang berputar mengelilingi sumbunya. Dalam proses itu, menurut para ahli, gerak matahari selalu ketinggalan 3 menit 56 derik dari bintang-bintang yang ada di tata surya. Karena keterlambatan itu, dalam waktu 365 hari (jumlah hari dalam satu tahun) matahari sudah melintasi sebuah lingkaran besra penuh di langit.
Setiap waktu, secara teratur dan tetap matahari menyiramkan energinya kepada alam semesta tanpa bergeser daro prosisi yang ditetapkan Allah baginya. Bumi, sebagai bagian alam semesta, menyerap sinar matahari yang turun secara tetap, tidak berubah-ubah. Menurut para ahli, sebesa seperdua milyar bagian dari seluruh pancaran matahari yang meluncur ke bumi.
Dari satu bagian tata surya yang sama, dapat dilihat kenyataan, bagainama luar biasanya keteraturan, karapian, keserasian dan keseimbangan yang ada pada ciptaan Allah. Tanpa ketepatan (presisi) yang sangat cermat (akurat), mustahil bumi, sebagai bagian tata surya dapat mendukung kehidupan dengan keseimbangan yang serasi. Sistem alam seperti inilah secara faktual membuat para ahli ilmu falak dapat meramalkan berbagai peristiwa alam seperti gerhana matahari dan bulan, pergantian musim, prakiraan cuaca dan sebagainya yang sangat bertautan dengan ketentuan-ketentuan yang telah menjadi hukum dalam sistem alam semesta (Basofi Soedimen, 1995:2-3).
Dalam lingkup yang lain, bisa pula dilihat bagaimana Sunnatullah (ketetapan atau ketentuan-ketentuan Allah) berlaku pada benda atau makhluk lain yang sepintas lalu dianggap tidak berguna, namun ternyata bermanfaat dan memengaruhi benda atau makhluk lain. Lihatlah, bagaimana tumbuh-tumbuhan yang membusuk atau kotoran hewan yang memiliki Sunnatullah pada dirinya berguna sebagai pupuk yang menumbuhkan tanaman.
Demikian kekuasaan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya yang menyebabkan masing-masing bagian alam ini berada dalam ketentuan yang teratur rapi, hidup dalam suatu sistem hubungan sebab akibat. Sampai ke benda yang sekecil apa pun, ketentuan Allah ada dan berlaku, baik secara mikrokosmetik (berlaku terbatas pada benda kecil itu) maupun skala makrokosmetik (sistem yang menyeluruh) suatu benda atau zat membentuk Sunnatullah baru melalui jalinan hubungan yang dibentuknya (Basofi Soediman, 1995:4).
Sunnatullah atau hukum Allah yang menyebabkan alam semesta selaras, serasi, dan seimbang dipatuhi sepenuhnya oleh partikel atau zarrah yang menjadi unsur dalam semesta itu. Ada tiga sifat utama Sunnatullah yang di singgung dalam al-Quran yang dapat ditemukan oleh ahli ilmu pengetahuan dalam penelitian. Ketiga sifat itu adalah (1) pasti, (2) tetap, dan (3) objektif (Imaduddin Abdulrahim, 1966:30).
Sifat Sunnatullah pertama adalah pasti atau tentu disebut pada ujung ayat 2 al-Quran. Surat 25 (al-Furqan) :
Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
Di penghujung ayat 3 surat 65 (at-Talaq) Allah berfirman :
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Sifat Sunnatullah yang pasti, tentu itu menjamin da memberi kemudahan kepada manusia membuat rencana. Seseorang yang memanfaatkan. Sunnatullah dalam merencanakan satu pekerjaan besar, tidak perlu ragu akan ketetapan perhitungannya.karena kalau dia bekerja menurut Sunnatullah, Allah menjamin ketentuan-letentuan yang sudah pasti itu, bisa melihat hasil pekerjaan yang dilakukannya. Karena itu pula, keberhasilan suatu pekerjaan (usaha atau amal) dapat diperkirakan terlebih dahulu. Jika dalam pelaksanaan suatu rencana atau pekerjaan ternyata orang itu kurang atau tidak berhasil, dapat dipastikan perhitungannyalah yang salah bukan kepastian atau ketentuan yang terdapat dalam Sunnatullah. Manusia yang slah membuat suatu perhitungan atau perencanaan dengan mudah dapat menelusuri kesalahan perhitungan dalan perencanaannya.
Pernyataan tersebut di atas didukung oleh sifat Sunnatullah kedua yaitu tetap, tidak berubah-ubah. Sifat ini terdapat dalam bagian ayat 115 surat AlAnam(6):
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quraan) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat- kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.
Dalam bagian ayat 77 surat Al-Isra (17) :

(Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu [864] dan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu.

Sifat Sunnatullah yang ketiga adalah objektif. Sifat ini tergambar pada firman Tuhan dalam bagian ayat 105 surat Al-Anbiya (21) :
Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.
Sunnatullah adalah kebenaran objektif, berlaku bagi siapa saja dan di mana saja. Apa atau siapa saja yang tidak mengikuti Sunnatullah bahkan melanggar akan mendapat hukuman, apa pun alasan pelanggaran itu, termasuk kebodohan dan kealpaan di dalamnya (Imaduddin Abdulrahim, 1966:26-35).
Alam semesta yang mengandung dan patuh kepada hukum, ketetapan dan ketentuan yang disebut Sunnatullah itu, berasal dari suatu masa yang kemudian berdiferensi menjadi benda-benda langit. Benda-benda langit itu membentuk gugus bimasakti. Jumlah gugus itu tidak terhitung banyaknya. Benda-benda langit, baik berkelompok atau sendiri-sendiri bergerak secara teratur, arahnya tetap, kecepatannya cepat pun tetap pula seperti yang tertera pada firman Allah yakni surat Yasin (36):40 :

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
dan suran Luqman (31) ayat 20 :
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni'mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
Demikianlah alam semesta diciptakan Allah dengan hukum-hukum yang berlaku baginya yang (kemudian) diserahkan-Nya kepada manusia untuk dikelola dan dimanfaatkan. Manurut agama Islam, manusia selain sebagai abdi diberi kedudukan sebagai khalifah yang mengelola dan memanfaatkan alam semesta terutama “mengurus” bumi ini. Agar dapat menjalankan kedudukannya, manusia diberi bekal berupa potensi berupa akal yang melahirkan berbagai ilmu. Ketika Adam sebagai manusia diangkat menjadi khalifah di bumi, Allah megajarkan kepadanya ilmu pengetahuan tentang “nama-nama (benda). “Dalam bagian pertama ayat 31 surat Al-Baqarah (2) :
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Pengetahuan yang diajarka Allah kepada Adam ini merupakan keunggulan komperatif manusia dari makhluk-makhluk lainnya. Dan, untuk pelaksanaan kedudukannya sebagai khalifah itu, manusia akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Manusia akan ditanya apakah dalam menjalankan “amanat” yang dipercayakan kepadanya itu, ia mengikuti dan mematuhi pola dan garis-garis besra kebijaksanaan yang diberika kepadanya melalui para nabi dan rosul yang termuat dalam ajaran agama.



B.     Manusia Menurut Agama Islam
Manusia adalah makhluk yang sanagat menarik. Oleh karena itu ia telah menjadi sasaran studi sejak dahulu , kini dan kemudian hari. Para ahli telah mengkaji manusia menurut bidang studinay masing – masing , tetapi sampai sekarang para ahli masih belum mencapai kata sepakat tentang manusia . Terbukti dari banyaknya penamaan manusia , misalnya homo sapien ( manusia berakal ), homo economicus ( manusia ekonomi ) yang kadang kala disebut economic animal ( binatang ekonomi ), dan sebagainya, Al- Qur’an  tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok binatang selama manusia mempergunakan  akalnya dan karunia Tuhan lainnya.
Di dalam Al-Qur’an manusia disebut antara lain dengan:
1.      bani Adam (QS. Al Isra (17) : 7 )
 إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
Artinya : Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. 

2.      Basyar QS. Al Khafi (18) :110)

 قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً ﴿١١٠

Artinya : Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya“.


3.      Al-Insan ( QS.  Al Insan (76):1 )

Artinya : Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
4.     An-nas (QS.An-Nas (14):1)
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
Artinya: Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. 
Bertolak dari rumusan singkat  itu , menurut ajaran Islam , manusia , dibandingkan dengan makhluk lain , mempunyai berbagai ciri, antara lain ciri utamanya adalah :
1.      Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik , ciptaan Tuhan yang paling sempurna, (QS. At –Tiin (95):4) :
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Manusia , sebagai makhluk , karena itu seyogyanya menyadari kelemahannya . Kelemahan manusia berupa sifat yang melekat pada dirinya disebutkan Alloh dalam Al-Qur’an , diantaranya adalah melampaui batas (QS.Yunus (10):11) :
Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka.
Zalim (bengis, kejam, tidak menaruh belas kasihan , tidak adil, aniaya ) dan mengingkari karunia Alloh (QS.Al -Ibrahim (14):34) :

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni'mat Allah).

Tergesa-gesa (QS.Al- Isra  (17):11) :

Dan manusia mendo'a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo'a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.

Suka membantah (QS.Al-Kahfi (18):54) :

Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran

Berkeluh kesah dan kikir (QS.Al-Ma’arij (70):19-20) :

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.

Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.
Ingkar dan tidak terima kasih (QS. Al-Adiyat (100):6) :

Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya.

2.      Manusia memiliki potensi ( daya atau kemempuan yang mungkin dikembangkan ) beriman kepada Alloh.
3.      Manusia diciptakan Alloh untuk mengabdi kepada-Nya . Tugas manusia untuk mengabdi kepada Alloh dengan tegas dinyatakan-Nya  dalam Al-Qur’an surat Az-Zariyat (51):56 :

 

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

4.      Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadikan Khalifah-Nya di bumi. Hal ini dinyatakan Alloh dalam firman-Nya didalam surat Al-Baqoroh (2):30 :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Manusia mempunyai kedudukan sebagai khalifah (pemegang kekuasaan Alloh) di bumi itu bertugas memakmurkan bumi dan segala isinya. Memakmurkan artinya mensejahterakan kehidupan di dunia ini. Untuk itu manusia wajib bekerja, beramal saleh serta menjaga keseimbangan alam dan bumi yang didiaminya , sesuai dengan tuntunan Alloh.
5.      Di samping akal , manusia dilengkapi dengan perasaan  dan kemauan atau kehendak . Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh kepada Alloh, menjadi muslim,tetapi dengan akla dan kehendaknya juga manusia dapat tidak percaya , tidak tunduk dan tidak patuh kepada kehendak Alloh, bahkan mengingkari-Nya .
6.      Secara individual manusia bertanggungjawab atas segala perbuatannya. Ini dinyatakan Tuhan dalam firman-Nya yang kini dapat dibaca dalam Al-Qur’an surat At Thur (52) ujung ayat 21 :

Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.

7.      Berakhlak. Berakhlak adalah ciri utama manusia  dibandingkan dengan makhlik lain. Artinya , manusia adalah makhluk yang diberi Alloh kemempuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk.
Setelah menguraikan rumusan tentang manusia di atas kini kita catat pula asal-usulnya.Di dalam Al-Qur’an Alloh menyebutkan dari apa manusia diciptakan , dari bahan apa manusia berasal. Di dalam Surat Al An’am (6):2 :

Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).

Di tempat lain Alloh menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari lumpur (tanah) hitam yang diberi bentuk (QS.Al Hijr (15):26) :

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.

Dalam surat Ar Rahman (55) ayat 14 :

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.

Selain dari tanah , Al-Qur’an juga mengatakan dalam beberapa ayat-Nya  menyebutkan bahwa air (yang menjadi asal manusia ) itu adalah air hina (mani) yang terpencar dari tulang sulbi (pinggang) dn tulang dada (QS. At Tariq (86):6-7) :
Dia diciptakan dari air yang dipancarkan.

Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.

Dari uraian diatas dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa manusia berasa dari tanah dan air. Yang dimaksud adalah air mani yang berasal dari saripati makanan yang timbul di atas tanah .Selain dari air yang berasal dari saripati tanah , komponen pembentukan manusia adalah ruh (ciptaan) Alloh.
Dari uraian singkat mengenai asal manusia itu dapat diketahui bahwa manusia , menurut agama islam ,terdiri dari dua unsure yaitu unsure material  dan unsure immaterial . Unsur material adalah  tubuh yang berasal dari tanah dan air. Unsur immaterial adalah ruh yang yang berasal dari alam ghaib. Proses  kejadian manusia itu secara jelas  disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun (23) ayat 12-14 :

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.

Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

dan surat Al-Sajdah (32) ayat 7,8,9 :
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur
Dari proses kejadian dan asal manusia m,enurut Al-Qur’an , Ali Syari’ati sejarawan dan ahli sosiologi islam , mengenukakan pendapatnya berupa interpretasi tenetang hakikat penciptaan manusia . Menurut beliau ada simbolisme dalam penciptaan manusia dari tanah dan dari ruh (ciptaan) Alloh. Makna simbolisnya adalh manusia memounyai dua dimensi : dimensi ketuhanan,dan dimensi dimensi kerendahan atau kehinaan. Ali Syari’ati lalu memberikan rumusan tentang filsafat manusia sebagai berikut : pertama,manusia tiadak saja sama, tetapi bersaudara .
Perbedaan antara persamaan dan persaudaraan adalah jelas . Persamaan menunjuk pada esensi yang identik dalam diri seliruh umat manusia terlepas dari  latarbelakang ras, jenis kelamin, dan warna kulit. Kedua,terdapat persamaan antara pria dan wanita , karena mereka berasal dari sumber asal yang sama yakni dari Tuhan, kendatipun dalam beberapa aspek terdapat perbedaan-perbedaan (karena kodratnya atau bawaan sejak lahir).Ketiga,manusia mempunyai drajat lebih tinggi dibandingkan dengan malaikat karena pengetahuan yang di milikinya.Yang di maksud adalah pengetahuannya tentang nama-nama.Allah telah mengajarkan nama-nama pada manusia,dan dengan demikian manusia member nama pada (benda) di dunianya,
Menyebutkan segala sesuatu dengan tepat.Keempat,manusia mempunyai fenomena dualistis: terdiri dari tanah dan roh (ciptaan) Tuhan.Karena fenomena dualistis itu,manusia bebas untuk memilih.Dengan kebebasanya,manusia bias kemana saja dapat memilih apa saja,tetapi harus mempertanggung jawabkan pilihannya itu.
Manusia kalau diamati perjalanan hidupnya,tanpa kecuali,melalui beberapa tahap. Tahap pertama manusia hidup dan berada dialam ghaib dimana alam ghaib berada tidak ada manusia yang mengetahuinya dengan pasti.Manusia seperti telah di kemukakan diatas berasal dari saripati tanah dan ruh (ciptaan) Tuhan.Tahap kedua kehidupan manusia sudah dapat di ketahui dengan pasti yakni dalam kandungan manusia seorang wanita.Lamanya pun hidup didalam rahim di perkirakan sekitar 9 bulan. Tahap ketiga lahirlah janin kea lam dunia.Yang menarik adalah setiap bayi normal dan sehat akan menangis setelah keluar dari nkandungan ibunya,sedangkan keluarga yang menanti kehadiranya tertawa.
Makna simbolistangis itu adalah manusia yang baru lahir ke alam dunia “merasakan tantangan” yang akan dihadapinya berupa suka duka silih berganti dalam kehidupan di tahap ketiga itu nanti.Dan setelah sampai waktunya ruh (ciptaan) Allah yang merupakan hakikat manusia itu dipisahkan malaikat izrail dari tubuh manusia.Terjadilah kematian yang pada hakikatnya adalah perpisahan ruh dengan jasad yang bersatu pada diri manusia selama waktu tertentu.Masuklah kehidupan manusia ke tahap keempat.
Di alam ini ruh menunggu sanpai dunia kiamat (berakhir). Setelah itu semua yang pernah hidup di dunia dibangkitkan untuk diperiksa , dihitung segala perbuatannya selama kehidupan tahap ketiga , di suatu yempat yang disebut Padang Mahsyar (tempat dikumpulkan seperti manusia berkumpul disuatu tempat waktu melakukan ibadah haji di padang Arafah).Orang yang beriman dan bertakwa , mengikuti pedoman yang diberikan Alloh dan melaksanakannya , dimasukkan ke dalam janah atau surge. Sebaliknya, jika manusia tidak beriman dan tidak bertakwa serta tidak melakukan amal saleh selama hidupnya di dunia dimasukkan ke dalam nar atau neraka.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Alloh yang terdiri dari jiwa dan raga , berwujud fisik dan ruh (ciptaan) Alloh (QS. Al-Hijr (15):29) :
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Sebagai makhluk ilahi hidup dan kehidupannya berjalan melalui lima tahap, masing-masing tahap disebut “alam” yaitu : (1) di alam ghaib,(2) di alam rahim,(3) di alam dunia ,(4) di alam  barzah dan (5) di alam  akhirat yakni alam tahap terakhir hidup dan kehidupan manusia.


C.    Agama : Arti Dan Ruang Lingkupnya
Agama berasal dari bahasa Sansekerta yang erat hubungannya dengan agama Hindu dan Budha.  Ada bermacam teori mengenai kata agama. Pada mulanya akar kata agama adalah gam yang mendapat awalan a sehingga menjadi a-gam-a. Akar tersebut dapat pula mendapat awalan i dengan akhiran yang sama, sehingga menjadi i-gam-a. Dan mendapat awalan u dengan akhiran yang sama, sehingga menjadi u-gam-a. Dalam bahasa bali, ketiga bahasa tersebut mempunyai makna sebagai berikut;
1.      Agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja.
2.      Igama artinya peraturan, tata cara, upacara dalam berhubungan dengan dewa-dewa,
3.      Ugama artinya peraturan, tata cara dalam berhubungan dengan sesama manusia.
Dalam bahasa Belanda terdapat kata ga,gaan dan dalam bahasa Inggris kata go yang artinya sama dengan gam yaitu pergi. Namun setelah mendapat awalan a pengertian tersebut berubah menjadi jalan.  Kata jalan sebagai perubahan arti pergi juga terdapat dalam agama Shinto (Jepang), Budha menyebut undang-undang pokonya :jalan. Dalam agama islam terdapat kata syari’at dan tariatknya artinya jalan.
Selain arti yang disebutkan di atas, menurut teori, ada beberapa arti lain yang terkandung dalam kata agama yaitu tradisi. Yang dimaksud adalah tradisi atau kebiasaan dalam agama Hindu dan Budha.  Setelah agama islam datang ke Indonesia, masyarakat yang berbahasa melayu mempergunakan kata ag          ama untuk menunjukkan sistem ajaran yang dibawa oleh islam. Sistem dan ruang lingkup ajaran agama islam berbeda dengan sistem ajaran agama Hindu dan Budha. Ajaran agama Islam tidak berasal dari tradisi, tetapi dari Alloh melalui wahyu-Nya yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat, dan dengan lingkungan hidupnya.
Dalam bahasa aslinya agama islam disebut din, tetapi mulai timbul kerancuan pengertian karena lambing yang biasa dipakai dalam agama Hindu dan Budha dipergunakan untuk din al Islam yang memiliki sistem ajaran dan ruang lingkup yang sangat berbeda dengan agama yang mendahuluinya.
Kedatangan agama islam ke Indonesia kemudian disusul oleh agama Nasrani dan timbul istilah baru yang menunjukkan sistem dan ruang lingkup agama Nasrani. Istilah tersebut adalah religion yang berasal dari bahasa Latin relegere mempunyai arti berpegang pada norma-norma. Istilah religion kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi religi.
Bagi orang Eropa, religion hanya mengatur hubungan tetap atau vertikal antara manusia dengan Tuhan saja, tetapi menurut ajaran Islam, istilah dini yang tercantum dalam Q.S. al-Maidah(5): 3 ُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالأزْلامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لإثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٣)
Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas nama Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh (dari tempat tinggi), yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal) dan hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat, termasuk dirinya sendiri dad lingkungan hidupnya (horizontal). Kedua tata hubungan ini hablum minallah wa hablum minannas (Q.S. al-Imran (3): 112)
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
Artinya : Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. 
Merupakan komponen yang berjalan dan terjalin di dalam sistem ajaran islam.
Kita harus menghormati pemeluk agama yang sistem dan ruang lingkupnya berbeda, namun perlu ditegaskan bahwa persamaan istilah dalam agama tidak dijadikan alasan untuk mengatakan semua agama adalah sama.
Menurut Paul Tillich, setiap orang yang beragama selalu berbeda dalam keadaan involved (terlibat) dengan agama yang dianutnya. Menurut prof. Rasjidi, manusia yang beragama itu “aneh”, ia melibatkan diri dengan agama yang dipeluknya dan mengikatkan dirinya kepada Tuhan. Tetapi bersamaan dengan itu ia merasa bebas, karena bebas menjalankan sesuatu menurut keyakinannya. Ia tunduk kepada Yang Maha Kuasa, tetapi ia merasa dirinya terangkat karena mendapat kesleamatan. Keselamatanlah yang menjadi tujuan akhir kehidupan manusia dan keselamatan  itu akan diperoleh melalui pelaksanaan keyakinan agama yang ia anut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, menyembah dan permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut ajaran agama tersebut.

D.    Hubungan Manusia Dengan Agama
Dalam masyarakat sederhana banyak peristiwa yang terjadi dan berlangsung di sekitar manusia dan di dalam diri manusia, tetapi tidak dipahami oleh mereka. Yang tidak dipahami itu dimasukkan ke dalam kategori gaib. Karena banyak hal atau peristiwa gaib ini menurut pendapat mereka, meraka merasakan hidup dan kehidupan penuh dengan kegaiban. Menghadapi peristiwa gaib ini mereka merasa lemah tidak berdaya. Untuk mengautkan diri, merela mencari perlindungan pada kekuatan yang menurut anggapan mereka menguasai alam gaib yaitu dewa atau Tuhan.
Karena itu hubungan mereka dengan para dewa atau Tuhan menjadi akrab. Keakraban hubungan dengan dewa-dewa atau Tuhan itu terjalin dalam berbagai segi kehidupan : social, ekonomi, kesenian,dan sebagainya. Kepercayaan dan system hubungan manusia dengan para dewa atau Tuhan itu membentuk agama. Manusia, karena itu, dalam masyarakat sederhana mempunyai hubungan erat dengan agama. Gambaran ini berlaku di seluruh dunia.
Dalam masyarakat modern yaitu masyarakat yang telah maju, masayarakat yang telah memahami peristiwa-peristiwa alam dan dirinya melalui ilmu pengetahuan, ketergantungan kepada kekuatan yang dianggap menguasai alam gaib dalam masyarakat sederhana menjadi berkurang bahkan di beberapa bagian dunia menjadi hilang. Perkembangan pemikiran manusia terhadap diri dan alam sekitarnya menjadi berubah. Timbullah berbagai teori mengenai hubungan manusia dengan diri dan alam sekitarnya.
Salah satu teori yang banyak mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan social, adalah teori August Comte yang terdapat dalam bukunya yang mashur : Course de la Philosophie (1842). Ia menyebut tiga tahap perkembangan manusia, yaitu :
a.       Tahap Teologik, yaitu tahap pemikiran manusia yang percaya kepada Tuhan, percaya kepada ajaran agama. Dalam pemikiran teologik ini manusia belum tahu tentang musabab kejadian di alam ini, tidak tahu mengenai hal atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
b.      Tahap Metafisik, yaitu tahap pemikiran manusia yang percaya pada ketakutan atau hal-hal non fisik, yang tidak terlihat. Untuk keselamatan dirinya, dalam tahap ini manusia berusaha menjinakkan kekuatan-kekuatan non fisik itu dengan sajian-sajian. Dan apabila pengalaman serta pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang lebih lanjut, tahap pemikirannya pun meningkat ke tingkat yang lebih tinggi. Pada tingkat atau tahapan nin sepei jaman modern sekarang, manusia telah mempunyai pengetahuan yang cukup tentang alam dan dirinya sendiri.
c.       Tahap Positif, yaitu tahap pemikiran manusia yang masih tetap percaya pada Tuhan dan metafisika. Di Eropa dan Amerika cenderung kembali pada Tuhan atau ajaran agama di penghujung abad XX dan dalam abad XXI yang akan datang. Sekuralisme yang berasal dari Inggris, menyeberang ke Eropa dan Amerika serta menjalar ke seluruh dunia, menopang teori August Comte.
Sejarah umat manusia di barat menunjukkan kepada kita bahwa dengan mengenyampingkan agama dan menempatkan ilmu dan akal manusia semata-mata sebagai satu-satunya ukuran untuk menilai segala-galanya (anthropocentrisme yaitu paham yang mejadikan manusia menjadi pusat), telah menyebabkan berbagai krisis dan malapetaka. Dan karena pengalaman itu, kini perhatian manusia di bagian dunia itu dan di selururh dunia kembali kepada agama. Ini disebabkan karena beberapa hal, di antaranya adalah :
1.      Para ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali berpaling pada agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya.
2.      Karena harapan manusia kepada otak manusia untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya pada abad-abad lalu, ternyata tidak terwujud.
Memang, sains dan teknologi telah memudahkan dan menyenangkan kehidupan manusia, namun bersamaan dengan itu teknologi itu sendiri telah mengancam kehidupan manusia yang membuatnya. Dengan panduan agama, terutama agama yang berasal dari Alloh SWT, teknologi dapat dikembangkan dan diarahkan untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan, membawa keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.
Agama sangat perlu bagi manusia terutama bagi orang yang berilmu, apa pun disiplim ilmunya. Sebabnya, karena dengan agama ilmunya akan lebih bermakna.Bagi kita umat Islam, agama yang dimaksud adalah agama yang kita peluk yaitu agama Islam.


  
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Dengan akal dan ilmu yang dikuasainya manusia akan mampu menjalankan kedudukannya sebagai khalifah mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta mengurus bumi ini untuk kepentingan hidup dan kehidupan manusia serta makhluk lain di lingkungannya.
2.      Al Qur’an tidak memandang manusia sebagai makhluk yang tercipta secara kebetulan, atau tercipta dari kumpulan atom, tapi diciptakan setelah sebelumnya direncanakan untuk mengemban tugas mengabdi dan menjadi khalifah di bumi.
3.      Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui ibadah dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.
4.      Agama sangat perlu bagi manusia, terutama bagi yang berilmu. Karena dengan agama ilmunya akan lebiih bermakna. Bagi kita umat Islam, agama yang dimaksud adalah agama yang kita peluk yaitu agama Islam.

B.     Saran
Selain menjadi doktrin bagi masyarakat agama juga menjadi salah satu hal yang mempengaruhi psikologis manusia karna di dalamnya diajarkan norma -- norma yang baik yang itu dapat menjadi pedoman bagi manusia untuk bersikap terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain, selain mempengaruhi psikologis manusia agama juga menjadi salah satu timbulnya budaya yang ada di dalam masyarakat yang di karnakan adanya aturan atau hal hal yang harus di patuhi oleh masyarakat yang beragama.

 DAFTAR PUSTAKA




No comments:

Pencarian isi Blog