KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah membahasa tentang Memaksimalkan Laba.
Dalam
penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dan tak lupa, pada kesempatan kali
ini, penulis mengucapkan banyak tertima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya
penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Pangandaran, Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
A. Pengartian Laba atau Keuntungan....................................................... 2
B. Pengertian Memaksimalkan Laba......................................................... 3
C. Tujuan Perusahaan Dalam Memaksimalkan Keuntungan (Laba)......... 4
D. Cara Memaksimalkan Laba.................................................................. 5
BAB III PENUTUP........................................................................................... 11
A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti
masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang
tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Atau
dengan kata lain, problema dasar dari Ekonomi adalah bagaimana menggunakan
semua sumber daya yang terbatas, untuk selanjutnya dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat sebaik-baiknya. Permasalahan itu kemudian menyebabkan kelangkaan,
juga menyebabkan beberapa perilaku yang berasal dari produsen dan konsumen.
Salah satu bagian dari pembahasan
mikro ekonomi adalah mempermasalahkan kemampuan produsen, pada saat menggunakan
sumber daya (input) yang ada untuk menghasilkan atau menyediakan produk yang
bernilai maksimal bagi konsumennya.
Laba atau keuntungan adalah nilai
penerimaan total perusahaan dikurangi biaya total yang dikeluarkan perusahaan.
Jika laba dinotasikan , pendapatan total
sebagai TR, dan biaya total adalah TC, maka
= TR - TC
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian laba/keuntungan?
2.
Apa pengertian Memaksimalkan Laba ?
3.
Apa Tujuan Perusahaan Dalam Memaksimalkan
Keuntungan (Laba)?
4.
Bagaimana Cara Memaksimalkan Laba
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian pengertian
laba/keuntungan?
2.
Untuk mengetahui pengertian memaksimalkan laba ?
3.
Untuk mengetahui tujuan perusahaan dalam
memaksimalkan keuntungan (laba)?
4.
Untuk mengetahui cara memaksimalkan
laba
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengartian Laba atau Keuntungan
Makna laba secara umum adalah
kenaikan kemakmuaran dalam suatu periode yang dapat dinikmati (didistribusi
atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan. Pengertian
semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep ini membedakan
antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai sediaan (stock) potensi jasa
atau kemakmuran sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep
pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan
pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik.
Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga
berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva
bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang
terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain
yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari
pendapatan (revenue) atau investasi pemilik (Baridwan, 1992: 55).
Pengertian laba secara umum adalah
selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda)
tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak,
kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur
prediksi (Harnanto, 2003: 444). Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah
laba, akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan
pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan
laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam
akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang
terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada
periode tertentu (Harahap, 1997).
Laba atau rugi sering dimanfaatkan
sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran
penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi
bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan
unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba
yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan
laba bersih.
B. Pengertian Memaksimalkan Laba
Keuntungan (laba) merupakan tujuan
utama suatu pengusaha dalam menjalankan usahanya. Proses produksi dilaksanakan
seefisien mungkin dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Menurut Sunaryo
keuntungan (laba) adalah selisih antaratotal pendapatan dengan total biaya,
yang merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan produksi. Keuntungan
inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses
produksi tertentu.
Laba atau profit dalam ilmu ekonomi
murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seseorang investor sebagai
hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan
penanaman modal tersebut (termasuk didalamnya, biaya kesempatan). Keuntungan
total merupakan penerimaan total (TR) dikurangi dengan biaya total (TC),
Keuntungan total akan mencapai maksimum apabila selisih positif antara TR dengan TC mencapai angka terbesar. Secara
sistematis laba dapat dirumuskan π=TR-TC, perusahaan dapat dikatakan memperoleh
keuntungan apabila selisihnya bernilai positif (π>0) dimana TR harus lebih
besar dari pada TC (TR-TC).
Tanpa diperoleh laba, perusahaan
tidak dapat memenuhi tujuan lainnya yaitu pertumbuhan yang terus-menerus (going
concern) dan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility). Untuk
menjamin agar perusahaan mampu menghasilkan laba, maka manajemen perusahaan
harus merencanakan dan mengendalikan 2 faktor penentu laba yaitu (1) pendapatan
(2) biaya. ( Ellys Delfrina Sipangkar,2008)
Sementara itu laba dalam akuntansi
sendiri, didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya
produksi. Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena
angka laba diharapkan cukup kaya untuk mempresentasi kinerja perusahaan secara
keseluruhan. Akan tetapi teori akuntansi sampai saat ini belum mencapai
kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba. Laba merupakan selisih antara
penerimaan total dan biaya total. Penerimaan total= jumlah yang diterima dari
penjualan produk ( q x P ).
Untuk memaksimalkan laba yang
diperoleh setiap perusahaan bisa dicapai melalui bermacam-macam cara antara
lain ialah melalui efisiensi di semua bidang, seperti produksi, sumber daya
manusia, maupun keuangan. Dalam teori ekonomi mikro, tujuan perusahaan adalah
mencari keuntungan secara teoritis laba
adalah kompensasi atau resiko yang di tanggung oleh perusahaan, semakin besar
resiko semakin pula laba yang di peroleh.
Untuk bagian laba terdapat dua jenis
laba yaitu laba bisnis ( pendapatan penjualan -biaya exsfilisit dalam
menjalankan bisnis), dan laba ekonomi (laba bisnis – biaya modal yang implisit
dan masukan lain yang disediakan pemilik dan pergunakan perusahaan). Eksplisit
cost merupakan biaya yang pengeluarannya ada bukti jelas contoh gaji, listrik,bbm,
dan lain-lain sedangkan implisit cost merupakn biaya yang tak terlihat jelas
tetapi tetap harus diakomodir sebagai
biaya.
Laba bisnis (Jj) = Total revenue
(TR) – total cost eksplisit (TC eks)
Laba ekonomi = Total revenue ( TR) –
Total cost eksplisit ( TCeks) – Total
cost implisit (TCimp)
C. Tujuan Perusahaan Dalam
Memaksimalkan Keuntungan (Laba)
Dalam teori ekonomi, pemisalan
terpenting dalam menganalisis kegiatan perusahan adalah “mereka akan melakukan
kegiatan memproduksi sampai kepada tingkat dimana keuntungan mereka
mencapai jumlah yang maksimum”.
Berdasarkan kepada pemisalan ini dapat ditunjukkan pada tingkat kapasitas
memproduksi yang bagaimana perusahaan akan menjalankan kegiatan usahanya. Dalam
praktek, pemaksimuman keuntungan bukanlah satu-satunya tujuan perusahaan. Ada
perusahaan yang menekan kepada volume penjualan dan ada pula yang memasukkan
pertimbangan politik dalam menentukan tingkat produksi yang akan di capai. Ada
pula perusahaan yang lebih menekankan kepada usaha untuk mengabdi kepentingan
masyarakat dan kurang mementingkan tujuan untuk
mencari keuntungan yang maksimum. Memang beberapa tujuan yang di temui
dalam praktek tersebut memberikan dalam menganalisis kegiatan perusahaan.
Tetapi, di samping menyadari
kenyataan tersebut, juga di ingat bahwa pada sebagian besar perusahaan, Intinya
tujuan terpenting adalah memaksimumkan keuntungan telah terbukti bahwa yang
telah diberikan kepada masyarakat telah memperoleh kesimpulan yang sesuai
dengan kenyataan yang sebenarnya yaitu untuk memaksimalkan laba. Efisiensi di
bidang keuangan memberikan pengaruh pada operasi perusahaan, sehingga akan
meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi investasi yang pada akhirnya
akan dapat meningkatkan laba perusahaan.
Dengan menghasilkan laba, perusahaan
dapat mempertahankan pertumbuhan perusahaannya sehingga dapat bersaing dengan
perusahaan lain kerena laba tersebut dapat ditanam kembali dan digunakan untuk
mempertahankan atau meningkatkan pertumbuhannya. Seperti halnya industri lain,
tiap industri juga bertujuan untuk memperoleh laba guna mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Laba yang dihasilkan tidak terlepas dari beberapa faktor
antara lain jumlah hasil produksinya, modal, dan total upah tenaga kerja.
D. Cara Memaksimalkan Laba
1. Pendekatan Totalitas
Pendekatan totalitas membandingkan
pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Pendapatan total adalah sarna
dengan jumlah unit output yang terjual (Q) dikalikan harga output per unit.
Jika harga jual per unit output adalah P, maka TR = P.Q. Pad a saat membahas
teori biaya, kita telah mengetahui bahwa biaya total (TC) adalah sama dengan
biaya tetap (FC) ditambah biaya variabel (VC), atau TC = FC + Vc. Dalam
pendekatan totalitas, biaya variabel per unit output dianggap konstan, sehingga
biaya variabel adalah jumlah unit output (Q) dikalikan biaya variabel per unit.
Jika biaya variabel per unit adalah v, maka VC = v.Q. [1][2]
Dengan demikian,
π= PQ - (FC + vQ) ….. (7.2)
Persamaan (7.2 ) dapat
dipresentasikan dalam bentuk Diagram 7.1. Dalam diagram tersebut kita melihat
bahwa pad a awalnya perusahaan mengalami kerugian, terlihat dari kurva TR yang
masih di bawah kurva TC Tetapi jika output ditambah, kerugian makin kecil,
terlihat dari makin mengecilnya jarak kurva TR dengan kurva TC Pada saat jumlah
output mencapai Q*, kurva TR berpotongan dengan kurva TC yang artinya
pendapatan total sama dengan biaya total. Titik perpotongan ini disebut titik
impas (break event point, disingkat BEP). Setelah titik BEP, perusahaan terus
mengalami laba yang makin membesar, dilihat dari posisi kurva TR yang di atas
kurva TC.
Implikasi dari pendekatan totalitas
adalah perusahaan menempuh strategi penjualan maksimum (maximum selling). Sebab
makin besar penjualan makin besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum
mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output harus
diproduksi (Q*) untuk meneapai titik impas. Kemudian besarnya Q* dibandingkan
dengan potensi permintaan efektif. Jika persentasenya 80%, maka untuk meneapai
BEP perusahaan harus menjangkau 80% potensi perrnintaan efektif. Makin kecil Q*
dan atau makin kecil persentase Q* terhadap potensi permintaan efektif dianggap
makin baik, sebab risiko yang ditanggung perusahaan makin kecil.
Kurva TR dan Te (Pendekatan
Totalitas)
Cara menghitung Q* dapat diturunkan
dari Persamaan (7.2).
π = P.Q* - ( FC
+ v.Q*) …. (7.3)
Titik impas
tercapai pada saat π sama dengan nol.
0 = P.Q*- FC -
v.Q*
= P.Q* - v.Q* - FC
= (P-v).Q* - FC
Q* = FC/(P-V) ….. (7.4)
Contoh Kasus:
Emilia adalah seorang dosen di kata Jambi. Sebagai seorang ibu rumah tangga
yang kreatH, dia merencanakan menambah penghasilan keluarga dengan menjual
jajanan anak-anak berupa permen coklat hasil olahannya sendiri. Produknya
dipasarkan ke beberapa sekolah dasar yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Jumlah permintaan potensial (dilihat dari jumlah murid yang diberi uang jajan)
adalah 1.000 orang per hari. Untuk mewujudkan rencananya, dia hams membeli
alat-alat produksi dan mesin cetak sederhana seharga Rp5 juta. Biaya produksi
per biji permen coklat Rp250,00. Harga jual per biji Rp500,00.
Apakah rencana di atas layak dilaksanakan? Untuk menjawabnya, kita dapat
menggunakan rumus dalam Persamaan (7.4).
Biaya pembelian alat produksi dan mesin cetak sederhana adalah biaya tetap
(FC), karena besarnya tidak tergantung jumlah produksi. Biaya variabel per unit
(v) adalah Rp250,00 sedangkan harga jual per unit (P) adalah Rp500,00 Untuk
mencapai titik impas, jumlah output (permen coklat) yang harus terjual (Q*)
adalah:
Q* = 5.000.000 / (500-250) = 20.000 biji permen.
Untuk mencapai titik impas, permen coklat yang harus terjual 20.000 biji.
Apakah target ini terlalu berat? Sangat tergantung dari optimisme Ibu Emilia.
Jika dia bersikap pesimis, misalnya dengan mengatakan hanya sekitar 10% dari
permintaan potensial yang terjangkau, berarti setiap hari hanya dapat menjual
100 permen. Sehingga 20.000 biji permen akan terjual dalam waktu 200 hari.
Tetapi bila dia yakin minimal 50% potensi pasar terjangkau atau 500 biji permen
coklat per hari, 20.000 biji permen akan terjual hanya dalam waktu 40 hari.
Setelah 20.000 biji permen, penjualan selanjutnya memberi keuntungan Rp250,00
per biji, karena itu makin banyak permen yang dapat dijual, makin besar laba
yang diperoleh.
Pendekatan totalitas sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena
memang mudah dan sederhana. Namun cara ini memiliki beberapa kelemahan:
a)
Dalam praktik sulit membedakan
antara biaya tetap dengan biaya variabel. Misalnya listrik yang digunakan
perusahaan ada yang untuk pabrik (dapat menjadi biaya variabel); ada yang untuk
kantor (dapat menjadi biaya tetap). Atau seorang pegawai dalam perusahaan,
terutama perusahaan keluarga, sering bekerja rangkap untuk kegiatan
administratif (biaya tetap) dan produksi (biaya variabel).
b)
Pendekatan ini mengabaikan gejala
penurunan pertambahan hasil (LDR), yang menyebabkan baik kurva biaya maupun
kurva pendapatan tidak berbentuk garis lurus (lihat kembali Bab 5 dan Bab 6.
Karena itu pendekatan totalitas hanya dapat dipakai bila usaha yang dianalisis
relatif sederhana, dengan skala produksi tidak besar (massal).
2. Pendekatan Rata-rata
Dalam pendekatan ini, perhitungan
laba per unit dilakukan dengan membandingkan antara biaya produksi rata-rata
(AC) dengan harga jual output (P). Laba total adalah laba per unit dikalikan
dengan jumlah output yang terjual.
π= (P - AC).Q ….. (7.5)
Dari persamaan ini perusahaan akan
mencapai laba bila harga jual per unit output (P) lebih tinggi dari biaya
rata-rata (AC). Perusahaan hanya mencapai angka impas bila P sarna dengan AC.
Keputusan untuk memproduksi atau
tidak didasarkan perbandingan besamya P dengan AC. Bila P lebih kedl atau sarna
dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi pendekatan rata-rata
adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual sebanyak-banyaknya (maximum
selling) agar laba (1t) makin besar.
Contoh Kasus:
PT Tani Makmur ingin menanam
singkong di Lampung. Produk singkong akan dibeli di lahan oleh produsen tapioka
seharga Rp150,00 per kilogram. Setiap hektar diperkirakan menghasilkan singkong
minimal 25 ton. Berdasarkan studi pendahuluan, biaya produksi seperti di bawah
ini:
Ø Biaya persiapan
lahan: Rp500.000,00 per hektar.
Ø Biaya penanaman
dan perawatan (termasuk pupuk dan obat-obatan) serta tenaga kerja:
Rp1.000.000,00 per hektar.
Ø Biaya panen
(pencabutan, pemotongan): Rp.10,00 per kg.
Jika perusahaan menargetkan
keuntungan sebesar Rp 1.000.000.000,00 pada musim tanam mendatang, berapa
hektar singkong yang harus ditanam? Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menghitung biaya rata-rata per kilogram singkong, sampai siap dijual di lahan.
Karena yang sudah ketahui hanya biaya panen per kg, kita harus menghitung biaya
rata-rata : kilogram persiapan lahan dan penanaman. Dari data-data di atas
diketahui bahwa biaya persiapan lahan, penanaman dan perawatan adalah Rp.
1.500.000,00 per hektar. Jika per hektar lahan menghasilkan 25 ton singkong,
maka biaya rata-rata persiapan, penanaman dan perawatan adalah Rp.60,00 per
kilogram. Sehingga biaya rata-rata per kilogram (AC) adalah Rp.60,00 + Rpl0,00
sama dengan Rp70,00.
Karena harga jual singkong (P)
adalah Rp150,00 per kilogram, maka
π =
(P - AC ).Q (7.6)
1.000.000.000 = (150 - 70).Q
Q =
(1.000.000.000: 80) kg
= 12.500.000 kg
= 12.500 ton
Jumlah singkong yang harus dihasilkan untuk mencapai laba Rpl miliar adalah
12.500 ton. Karena per hektar menghasilkan 25 ton, maka jumlah yang harus
ditanam adalah 500 hektar. Sama halnya dengan pendekatan totalitas, pendekatan
rata-rata juga banyak dipakai karena sederhana. Namun pendekatan ini pun
mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR). Contoh di atas,
menunjukkan bahwa perhitungan AC berdasarkan skala produksi satu hektar.
Padahal banyak perbedaan mendasar antara memproduksi satu hektar dengan 500
hektar. Pada skala produksi satu hektar atau barangkali sampai sepuluh hektar,
perusahaan tidak mengalami masalah-masalah berarti dikaitkan dengan kebutuhan
SDM, teknologi produksi maupun manajemen. Dalam arti kualitas SDM yang
dibutuhkan tidak perlu tinggi, lahan bisa dikelola dengan eknologi sederhana dan
pengelolaan usaha cukup dengan manajemen keluarga.
Tetapi jika skala produksi ditingkatkan sampai 500 hektar, pengolahan tanah
hams menggunakan peralatan modem, perusahaan membutuhkan insinyur dan tenaga
keuangan yang mampu mengelola usaha bernilai ratusan juta atau miliaran rupiah.
Jika perusahaan harus menggunakan kredit sebagai sumber pendanaan, maka
organisasi perusahaan harus bersifat formal. Dengan kata lain jenis dan
kompleksitas kegiatan maupun pembiayaan makin banyak dan meningkat, jika skala
produksi ditambah. Karena itu perhitungan AC yang akurat seharusnya dalam skala
produksi 500 hektar. Angka biaya rata-rata (AC) pada skala produksi 500 hektar
bisa lebih besar atau lebih kecil dari AC pada skala produksi satu hektar. Jika
perusahaan menikmati skala produksi ekonomis (economies of scale), maka biaya
rata-rata ( AC ) akan lebih kedl dari Rp70,00 per kg (AC pada skala produksi
satu hektar). Begitu juga sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laba adalah kenaikan modal (aktiva
bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang
terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain
yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari
pendapatan (revenue) atau investasi pemilik.
Pendekatan totalitas membandingkan
pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Jika harga jual per unit output (P)
dan jumlah unit output yang terjual (Q), maka TR = P.Q. Biaya total adalah
jumlah biaya tetap (FC) ditambah biaya variable per unit(v) dikali biaya
variable per unit, sehingga:
π = P.Q – (FC + v.Q)
π = P.Q – (FC + v.Q)
Implikasi dari pendekatan totalitas
adalah perusahaan menempuh strategi penjualan maksimum (maximum selling). Sebab
semakin besar penjualan makin besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum
mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output yang harus
diproduksi untuk mencapai titik impas. Kemudian besarnya output tadi
dibandingkan dengan potensi permintaan efektif.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas,
Penulis menyarankan setiap Mahasiswa/i dapat memahami makalah Memaksimumkan
Laba dan Pasar Persaingan Sempurna
DAFTAR PUSTAKA
1.
http://adenovitpunya.blogspot.co.id/2013/05/makalah-memaksimalkan
keuntungan.html
2.
http://chimon-chimon.blogspot.co.id/2011/11/memaksimumkan-laba.html
3.
http://riyandari.blogspot.com/2010/05/memaksimumkan-laba-pendapatan-maksimum.html
4.
http//id.wikepedia.org/wiki/strategi
No comments:
Post a Comment