Pencarian

Friday, January 11, 2019

SEJARAH ISLAM DI MALAYSIA


MAKALAH
SEJARAH ISLAM DI MALAYSIA

KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI  1 PANGANDARAN
Jl. Raya Cijulang No.234 Tlp. 639722 Sukaresik, Sidamulih
Kab. Pangandaran
2019
KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT,  yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul    Sejarah Islam di Malaysia  ”.
Dalam Penulisan ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,  mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.  Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Semoga isi dari makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis dan pembacanya, Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.



Pangandaran,  10 Januari 2019


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Islam sebagai suatu kekuatan yang diperhitungkan di masa pra kolonialisme dan dalam batas tertentu perjuangan kemerdekaan dalam abad dua puluh, kekuatan dan sumbangan Islam bagi perubahan sosial politik selama ini sering diabaikan, sehingga muncullah pergolakan-pergolakan di dunia Islam mengalami kebangkitan termasuk di Malaysia.
Pada awalnya, Malaysia adalah kerajaan federal di Asia Tenggara yang terletak di semananjung Malaka dan sebagian Kalimantan Timur yang penduduknya mayoritas Islam dan konstitusi sebagai agama resmi negara, sehingga syariat Islam ditegakan dengan baik dan benar. Munculnya Islam di Malaysia berkat jasa para pedagang  yang mempunyai semangat yang tinggi dalam menyiarkan dan mengembangkan Islam dari Arab melalui Malaka yang saat itu sebagai pusat perdagangan. Karena memang jalur perdagangan merupakan salah satu media yang efektif dalam mengembangkan dan menyiarkan ajaran Islam.

Malaysia dominan masyarakatnya muslim, tampak kelihatan sangat heterogen terutama bila dilihat dari segi etnis, suku dan ras mereka. Karena itu, di Malaysia dapat dijumpai sejumlah kelompok masyarakat muslim Indo-Melayu, bahkan suku Bugis dan Makassar, banyak di sana. Walaupun Malaysia sebagai salah satu negara yang masyarakatnya dominan muslim, namun tentu masih saja menimbulkan pertanyaan mengenai tempat asal datangnya Islam di sana dan bagaimana pola perkembangannya.
Perkembangan Islam di Malaysia ditandai dengan tumbuhnya institusi-institusi dengan baik hal ini peningkatan kesadaran beragama dalam sosial keagamaan, politik, ekonomi dan lain-lainnya, sebagai contoh sebuah oposisi Islam berkembang yaitu organisasi Kesatuan Nasional Melayu (UMNO) berusaha menyokong oposisi keagamaannya sendiri melalui perekrutan tokoh-tokoh agama dan berjanji memperjuangkan kepentingan Islam dan Pan-Melayu Islamic Party (P.M.I.P) yang menjadi juru bicara bagi permusuhan komunitas Muslim terhadap warga cina dan India. Orientasi keislaman P.M.I.P tidak hanya kepedulian ekonomi tetap juga kepedulian terhadap Perkembangan Islam Malaysia  dewasa ini semakin menunjukkan adanya pluralitas keberagamaan yang dapat memberi perlindungan bagi masyarakat non melayu yang pada umumnya menganut agama non Islam, sehingga mereka hidup berdampingan satu sama lain tanpa menimbulkan gejolak.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas oleh penulis adalah:
1.      Bagaimana sejarah masuknya Islam ke Malaysia ?
2.      Kebudayaan islam di Malaysia ?
3.      Apa saja peninggalam islam di Malaysia ?
4.      Siapa saja tokoh – tokoh islam di Malaysia ?
5.      Bagaimana pengaruh islam di Malaysia ?

C.    Tujuan penulisan
Agar  pembaca dapat mengetahui bagaimana sejarah masuknya Islam ke negara Malaysia Dan bagaimana perkembangan Islam di Malaysia.


  

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Masuknya Islam ke Malaysia
Tidak adanya dokumen yang lengkap mengenai kedatangan Islam ke Malaysia, menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam pertama kali menyebar di negara ini. Wan Hussein Azmi, dalam kitabnya Islam di Malaysia Kedatangan  dan Perkembangan ( Abad 7-20 M), beragumen bahwa Islam datang pertama kali ke Malaysia sejak abad ke 7 M. Pendapat in berdasarkan pada sebuah argumen bahwa pada pertengahan abad tersebut pedagang Arab sudah sampai pada gugusan pulau-pulau Melayu, dimana Malaysia secara geografis tidak dapat dipisahkan darinya. Para pedagang Arab yang singgah dipelabuhan dagang Indonesia pada paruh ketiga abad tersebut, menurut Azmi tentu juga singgah di pelabuhan- pelabuhan dagang di Malaysia.
Sejalan dengan pendapat Wan Hussein Azmi, Hashim Abdullah dalam kitabnya Perspektif Islam di Malaysia, menegaskan : para pedagang Arab singgah di pelabuhan-pelabuhan sumatera untuk mendapatkan barang-barang keperluan dan sementara menanti perubahan angin mosun. Ada diantara mereka yang singgah di pelabuhan-pelabuhan tanah melayu seperti Kedah, Trengganu dan Malaka. Oleh yang demikian bolehlah dikatakan bahwa islam telah masuk di tanah Melayu pada abad ke 7 M. Namun pendapat / teori ini masih sangat meraguakan karena hipotesis tersebut terlalu umum dan masih dapat diperdebatkan.
Pendapat lain dikemukakan oleh S.Q Fatimi , dalam bukunya Islam Comes To Malaysia, menjelaskan bahwa Islam masuk ke Malaysia sekitar abad ke 8 H ( 14 M). Ia  berpegang pada penemuan batu bersurat di daerah Trengganu yang bertanggal 702 H ( 1303 M). Batu bersurat tersebut di tulis dengan aksara Arab. Pada sebuah sisinya memuat pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam dan ajaran Rasulullah Saw.Dan  pada  sisi lainnya memuat 10 aturan dan mereka yang melanggarnya akan mendapat hukuman.
Selain itu, Majul juga berpendapat bahwa Islam pertama kali tiba di Malaysia sekitar abad ke 15 dan 16 M. Namun pendapat Fatimi dan Majul, juga tidak dapat diterima, karena ada bukti yang lebih kuat yang menunjukkan bahwa Islam telah sampai ke Malaysia jauh sebelum itu yakni pada ke 3 H( abad 10 M). Pendapat terakhir ini berdasarkan pada penemuan batu nisan di Tanjung Ingris, Kedah pada tahun 1965. Pada batu  nisan tersebut tertulis nama Syekh Abdu Al Qadir Ibnu Husayn syah yang meninggal pada tahun 291 H (940 M). Menurut sejarawan, Syekh Abdu Al Qadir adalah seorang Da’i keturunan Persia. Penemuan ini merupakan suatu bukti bahwa Islam tlah datang ke Malaysia pada sekitar abad ke 3 H( 10 M).
Tanjung Ingris Kedah tempat ditemukannya batu nisan tersebut merupakan daerah yang tanahnya lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Lebih strategis dan layak dijadikan sebagai tempat  persinggahan pedagang- pedagang yang menggunakan sungai Kedah. Disekitar  makam tersebut juga terdapat banyak batu nisan dan ini memperlihatkan bahwa tempat tersebut merupakan sebuah perkampungan lama bagi orang Islam dan menjelaskan bahwa Tanjung Ingris Kedah adalah tempat persinggahan pedagang- pedagang Arab dan Persia.
Sejauh menyangkut penyebaran Islam di Malaysia, peranan Malaka sama sekali tidak dapat dikesampingkan. Karena koversi Melayu terjadi terutama selama periode kesultanan Malaka pada abad ke 15 M, dari sekitar tahun 1402 hingga 1511 M. Malaka dalam sejarah di nukilkan bahwasanya pembentukan dan pertumbuhannya disinyalir ada kaitannya dengan perang saudara dikerajaan Majapahit setelah kematian Hayam Wuruk ( 1360-1389 M). Pada tahun 1401 M meletus perang saudara untuk merebut tahta kerajaan antara Wira Bumi dengan raja Wikrama Wardhana. Dalam perang tersebut Parmewara ( Putra Raja Sriwijaya dari Dinasti Seilendra) turut terlibat karena ia menikahi salah seorang putri Majapahit. Oleh karena pihak yang ia bantu mengalami kekalahan maka parmewara dan pengikutnya melarikan diri kedaerah Tumasik (singapura) yang berada di bawah kekuasaan empair Siam pada saat itu.
Temasek pada masa itu lebih merupakan sebuah perkampungan kaum nelayan, diperintah oleh seorang wakil raja Siam yag bernama Tamagi. Oleh karena inginkan kekuasaan akhirnya Parmewara membunuh Tamagi dan berhasil menjadi penguasa di Temasek. Peristiwa terbunuhnya Tamagi diketahui oleh raja Siam. Kemudian memutuskan untuk menuntut balas atas kematian Tamagi. Parmewara dan para pengikutnya mengundurkan diri ke Muar dan akhirnya sampai ke Malaka. Malaka ketika itu merupakan sebuah kampung kecil yang didiami oleh sebagian kecil kaum- kaum nelayan yang kerja mereka sebagian perampok kapal-kapal dagang yang datang dari Barat ke Timur. Sesampainya di Malaka, parmewara dilantik menjadi penguasa oleh pengikut-pengikutnya dan penduduk asli disana, dan kemudian mendirikan kerajaan Malaka pada tahun 1402 M.  
Menurut ahli sejarah, ada beberapa faktor yang meyebabkan Parmeswara memilih Malaka sebagai kediamannya, antara lain:
1.      Malaka mempunyai lahan datar yang luas, sesuai dijadikan tempat tinggal dan kawasan cocok tanam.
2.      Bukit-bukit yang berada berdampingan tanah datar dapat digunakan sebagai benteng keselamatan dan pertahanan.
3.      Letaknya bertentangan dengan Sumatera yang kaya dengan keperluan perdagangan seperti beras, lada hitam, kapur, emas dan lain-lain.
4.      Faktor yang terpenting sekali, karena kedudukan Malaka di tengah-tengah perjalanan laut antara Asia Barat Farsi, India dan Cina. Sangat strategis dijadikan sebagai pelabuhan perantara atau pelabuhan internasional.
Berdasarkan faktor-faktor yang ada Malaka tumbuh dengan pesat terutama dalam bidang perdagangan. Dengan berkembangnya Malaka sebagai daerah pelabuhan yang bertaraf internasional, secara tidak langsung telah mengundang orang-orang Arab dan khususnya para pedagang dari bangsa tersebut untuk masuk ke daerah tersebut dan melakukan transaksi perdagangan. Dan puncaknya Islam mendapatkan tempat di Malaka tak kala seorang ulama dari Jeddah yang Syeikh Abdul Aziz berhasil mengislamkan Parmewara pada tahun 1414 M ( abad ke 15 ).
Setelah Parmewara masuk islam, ia mengganti namanya dengan Sultan Megat Iskandar Shah. Kitab sejarah Melayu menceritakan bahwa Raja Malaka Megat Iskandar Shah adalah orang pertama kali di kerajaan tersebut yang memeluk agama Islam. Selanjutnya ia memerintahkan segenap warganya menjadi muslim. Dalam proses Islamisasi berikutnya, para Sultan memberi dukungan yang besar dengan turut meningkatkan pemahaman tentang Islam dan berpartisipasi dalam pengembangan wacana, kajian dan pengamalan Islam.
Dalam sejarah di nukilkan bahwasanya para sultan Malaka mulai dari sultan pertama dan sultan yang berkuasa belakangan sangat berminat terhadap ajaran Islam. Banyak di antara mereka yang berguru kepada ulama-ulama yang terkenal. Sebagai contoh sultan Muhammad Shah berguru kepada Maulana Abdul Aziz, Sultan Mansur Syah berguru kepada Kadi Yusuf dan Maulana Abu Bakar. Dengan adanya para Sultan tersebut belajar Islam dengan para ulama-ulama yang ada saat itu dan telah memiliki pengetahuan agama yang luas maka para sultan tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh A.C Milner dalam bukunya Islam and The Muslim State menjelaskan , bahwasanya Sultan Malaka sebagai orang yang telah mengajarkan pengetahuan Agama Islam kepada para raja di negeri-negeri melayu lainnya.
Respon sultan dan rakyat Malaka yang antusias terhadap kedatangan Islam, pada gilirannya turut pula mengangkat posisi Malaka sebagai pusat kegiatan berdakwah. Selain rakyat Malaka menyebarkan dakwah keluar negeri, banyak pula orang luar yang datang ke Malaka untuk menuntut ilmu. Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga, dua ulama terkenal di pulau Jawa menamatkan pengajiannya di Malaka. Peran Malaka yang begitu penting dalam upaya Islamisasi makin berkembang setelah sultan Muzzafar Shah yang berkuasa sekitar tahun 1450 menyatakan Islam sebagai agama resmi kerajaan Malaka, sultan Muzzafar shah juga telah menyusun perundang-undangan di negerinya yang sebagian isinya di warnai oleh ajaran Islam, yang mana undang-undang tersebut dikenal dengan nama Hukum kanun Malaka. Hukum kanun Malaka tersebut menjadi kitab sumber hukum dalam menangani beberapa pekara hukum di kesultanan Malaka. Dengan demikian , Malaka dapat dianggap sebagai kerajaan Melayu pertama yang menyusun perundangan yang mempunyai unsur-unsur syari’ah Islam.
Hukum kanun Malaka pada fase berikutnya banyak memberikan pengaruh pada Undang-undang negara-negara Melayu lainnya. Karena Undang-undang ini kemudian menjadi acuan dalam penulisan sejumlah kitab hukum di negeri-negeri Melayu lainnya, seperti kitab Hukum Pahang, UU Sembilan Puluh Sembilan Perak, Buku Hukum Kedah dari 1650-1784 dan buku Hukum Kedah 1789. Sehingga dapat dibayangkan bahwa undang-undang Melayu lainnya juga sarat dengan unsur syari’ah Islam.

B.     Sosial dan Budaya
Dalam bidang sosial, pengaruh modernisme yang terpenting ialah masuknya unsur liberalisme dan feminisme, yang menyentuh emansipasi wanita seperti masalah profesi, busana, pergaulan, dan kepemimpinan.
Pertumbuhan pemikiran liberalisme dan emansipasi wanita di Malaysia dimulai pada awal abad ke-20 melalui majalah al-Iman di Singapura. Dengan tujuan membangkitkan kesadaran kaum wanita, al-Iman membandingkan peranan wanita barat yang berusaha sendiri mencari nafkah, termasuk bekerja berat yang memerlukan kekuatan jasmani. Elemen lembaga Melayu secara keseluruhan sebenarnya tidak menolak kemajuan atau modernitas. Modernitas juga turut meruntuhkan nilai-nilai tradisi Melayu yang sangat menjadi perdebatan di kalangan para ulama’ Malaysia adalah tentang busana dan peranan wanita.
Sepatutnya kita berterima kasih kepada modernitas, tetapi sebaliknya, karena modernitas pulalah beberapa ulama’ terpaksa menggaruk kepala yang tak gatal, karena modernitas telah melampui batas yang ditetapkan oleh Islam.


 C.    Peninggalan Islam di Malaysia
Sebagai upaya untuk menunjukkan keseriusannya dalam merespon penegasan kembali islam, pemerintah menyediakan sejumlah infrastruktur yang diberikan guna membantu umat Islam dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban agama mereka. Realisasi paling umum dari keseriusan ini adalah pembangunan sejumlah mesjid untuk memenuhi kebutuhan komunitas muslim akan tempat ibadah . selain itu, manifestasi penting lainnya dari kesungguhan pemerintah terlihat dari penyediaan infrastruktur bagi kebijakan pro Islamnya diberbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, dakwah dan syariah, pendidikan dan aspek-aspek lainnya dalam meningkatkan keberagaman masyarakat muslim. Di bidang pendidikan, pemerintah telah membangun Sekolah Guru Islam (Islamic Teacher College), yang menghabiskan biaya senilai 22 juta Ringgit. Pada tahun 1982, pemerintah mengadakan tempat yang permanen untuk kamp training  islam internasional.

D.    Tokoh-tokoh Islam di Malaysia
Banyak tokoh - tokoh dari luar negeri datang ke malaka seperti dari Afghanistan, Melebar, Hindustan dan terutama dari tanah arab untuk menyebarkan ilmu pengetahuan islam, melanjutkan insitusi-institusi tersebut. Antara mereka seperti Sayyid Abd a-Azis, Maulana Abu Bakar , Maulana Yusuf, Qadi Menus,Qadi Menawar Syah, Maulana Sadar Johan dan lain-lain. Beberapa ulama 'menjadi guru di Masjid Al-Haram. Pada saat ini satu ulama 'dari Kedah, Muhammad bin Abdul Kadir, dan dua orang guru dari Petani di sana. Muhammad ayah juga seorang guru di Masjid Al-Haram.
1.      Sidi Abdul Aziz, beliau berasal dari Jeddah. Beliau adalah salah satu ulama yang mengislamkan pejabat pemerintah Malaka.
2.      Sultan Permaisura, beliau merupakan raja pertama yang memimpin kerajaan islam malaka.
3.      Sultan Iskandar Syah, beliau merupakan pengganti dari raja islam malaka.
4.      Sultan Mansyur Syah ( 1414 - 1477 M ). Beliau merupakan penggganti dari Sultan Iskadar Syah, dimasa pemimpinannya penyiaran Islam bertambah maju.
5.      Sultan Muzaffar Shah I, dari Kedah memeluk Islam dan menjadi raja Melayu pertama yang diketahui untuk berbuat demikian. Pemelukan Islam oleh Sultan Megat Iskandar Shah, sebelum itu dikenali sebagai Parameswara, yang merupakan peristiwa penting dalam pemelukan Islam oleh orang- orang Melayu di Malaysia. Baginda telah memeluk Islam selepas perkawinannya dengan seorang puteri dari Pasai.
6.      Sultan Alaudin Syah I, sebagai pengganti Muhammad Syah. Kemudian pusat pemerintahannya dari Kampar ke Johor ( Semenanjung Malaka ). Sultan Alaudin Syah I dikenal sebagai Sultan Johor yang pertama.

E.     Pengaruh Islam di Malaysia
1.      Islam dan Pemerintahan Malaysia
Kesultanan Malaka merupakan permulaan suatu tradisi yang menjadi dasar pembentukan budaya politik melayu. Kesultanan-kesultanan yang terwujud  di Malaysia sekarang mengakui adanya hubungan secara langsung maupun tidak langsung ddengan Kesultanan Malaka.
Kerajaan Malaka didirikan pada tahun 1400 oleh seorang Raja bernama Parameswara. Dia merupakan seorang pangeran Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang berhasil melarikan diri setelah kalah dalam menghadapi serangan Kerajaan Majapahit pada tahun 1365. Penyerangan kerajaan Majapahit terhadap Kerajaan Sriwijaya dikarenakan Kerajaan Sriwijaya berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
Melihat Nusanatara yang dahulunya merupakan wilayah kekuasaan Hindu-Budha jelasnya yang terlihat adalah perubahan sistem atau nama dari pemerintahan yang mana dahulunya sistem kerajaan digantikan dengan sistem Kesultanan, walau demikian sistem keislaman terlihat dari Corak Keislaman.
Tidak berkutat pada permasalahan masalalu, pemakalah mencoba melihat pada persoalan malaysia karena menyesuaikan dengan judul yang pemakalah sampaikan, Malaysia  merupakan negara yang merdeka sejak tahun 1957, namun demikian Malaysia masih mempertahankan pola pemerintahan kerajaan, seperti halnya masa-masa sebelum kedatangan kolonialis,  berbeda halnya dengan Indonesia yang memilih negara Republik dengan sistem demokrasi sebagai dasar Negara.
Malaysia menerapakan Islam sebagai Identitas negara, dengan demikian pengaruh melayu terhadap kehidupan negara malaysia amatlah akrab dengan kehidupan di Malaysia hal ini yang menyebabkan pemerintah dalam menjalankan kebijakan senanatiasa mengaitkan islam sebagai dasar negara.
2.      Reaneisans Muslim Malaysia
Islam dan Negara di Malaysia adalah subyek menarik bagi siapa saja yang tertarik perkembangan di Malaysia.  Tapi bukan hanya itu, subjek yang sama merupakan kepentingan semua orang di seluruh dunia. Dikatakan bahwa ada bukti yang sangat jelas tentang apa yang dikenal sebagai kebangkitan Islam di masyarakat dunia.Di masa lalu pada awal Perang Dunia Kedua, Islam dianggap sebagai agama inferior, sebuah agama yang   tidak benar-benar cocok untuk modernisasi, hal itu dipandang rendah oleh negara-negara Barat.
Saat ini, situasi telah berubah. Ada meningkatnya minat dalam studi Islam,sejarah Islam dan upaya serius telah dibuat untuk menghargai apa Islam semua, tentang dan bagaimana Islam mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita melalui proses politik dan,  khususnya, melalui hubungan internasional. Kebangkitan internasional Islam tidak berarti bahwa masyarakat duniamenjadi tertarik dalam Islam sebagai agama, yang mereka telah dianggap sebagai inferior  dan diberhentikan sebagai sesuatu yang tidak cocok untuk modernisasi. Sebaliknya, itu lebih karena negara-negara Islam, berhasil memiliki kekuatan ekonomi  melalui komoditas yang sangat penting - minyak. Ini telah membuat umat Islam sadar mereka  kekuatan sendiri dan dalam proses tersebut, beberapa negara Muslim termotivasi untuk menegaskan mereka memiliki kekuatan politik dalam komunitas internasional.
Malaysia agak berbeda dari jenis normal pembangunan negara-negara Islam lain.  Hal ini karena di Malaysia, Melayu didefinisikan sebagai dari Muslim iman.  legalitas muslim di malaysia di perkuat dengan pelaturan hukum yang menguatkan seperti : orang Melayu tidak akan menjadi Melayu kecuali dia adalah Muslim.
Perjalanan panjang masyarakat muslim Malaysia memasuki babak baru disaat diberikanya kemerdekaan dari penjajah Inggris. Identitas muslim yang melekat pada diri bangsa melayu Malaysia mendorong terciptanya gerakan politik islam yang lahir bersamaan dengan lahirya dua partai Islam UMNO dan PAS.
Identitas melayu adalah Islam dan Islam adalah melayu menjadikan Malaysia negeri yang dalam perpolitikannya diisi gerakan demi kemajuan bangsa melayu.  Kaum Melayu menyedari bahwa mereka memerlukan sebuah partai politik sebagai jentera untuk mengatasi sengsara mereka dan dengan lahirnya UMNO pada 11 Mei 1946.
3.      Pendidikan Islam Di Malaysia
Selain itu Islam bersama bangsa Melayu-nya memiliki sejarah yang panjang di negara ini. Jauh sebelum negara Malaysia terbentuk pada tahun 1963 M, negara-negara bagian yang kini tergabung dalam negara federasi Malaysia dulunya adalah kerajaan-kerajaan Islam atau kesultanan, seperti Kesultanan Johor, Kelantan, Trengganu dan Kedah. Yang paling terkenal adalah Kesultanan Malaka (abad 15-16).  
Malaysia saat ini banyak mengalami kemajuan dan merupakan salah satu Negara termaju di Asia Tenggara bersama Singapura. Hal ini tidak lepas dari perhatian pemerintah terhadap bidang pendidikan dI Malysia, karena  tingkat kemajuan sebuah Negara ekuivalen dengan kemajuan pendidikan di Negara terebut. Seperti yang sdah dituliskan pada paragraf diatas, Negara-negara bagian yang kini tergabung dengan Malaysia pada tahun 1963 adalah kerajaan Islam yang sudah memiliki lembaga pendidikan seperti madrasah dan pondok pesantren. Kelantan contohnya, pernah menjadi pusat pendidikan di masa itu. Sekitar awal abad ke-20 banyak berdiri lembaga-lembaga pendidikan yng lebih modern, salah satu yang pertama kali berdiri adalah madrasah Al-Masriyyah di seberai Perai.
Madrasah Al-Masriyyah didirikan oleh seorang ulama bernama Tuan Haji Saleh Masri pada tanggal 5 Sya’ban 1325 H, bertepatan dengan 17 Maret 1906, di wilayah Bukit Mertajam, seberang Perai, diatas sebidang tanah wakaf dari ayah mertuanya, Tuan Haji Abbas bin Haji Othman. Nama Al-Masriyyah oleh Haji Saleh dinisbahkan kepada Negara mesir yang merupakan tempat asal dari sistem pengajaran yang diaplikasikan di madrasah tersebut. Sesuai namanya, tujuan dari pendirian adalah semata-mata untuk menyampaikan pelajaran dan pengetahuan agama dengan mencontoh sistem dan mata pelajaran yang dijalankan di timur tengah.
Pada saat diresmikan, jumlah murid perdana berjumlah 30 orang. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1912 Al-Masriyyah mengadakan perluasan bangunan. Untuk melaksanakan pembangunan ini, dibentuk sebuah Jawatankuasa baru (komite pengurus yayasan) yang beranggotakan para tokoh penting dibalik pendirian Al-Masriyyah, seperti Tuan Haji Saleh Masri, Tuan Haji Abbas Bin Haji Othman sebagai penyandang dana, Tuan haji Din sebagai ketua kampung dan Tuan Imam Ahmad yang merupakan guru Tuan Haji Saleh Masri ketika kecil.
Satu hal yang menarik untuk diberikan catatan dalam upaya perluasan madrasah adalah metode pengumpulan dana bagi pembangunan madrasah. Untuk hal ini, pihak Jawatankuasa memutuskan untuk membuat ketetapan bagi seluruh keluarga di wilayah Bukit Mertajam untuk berinfaq, atau menurut bahasa lokalnya menyumbangkan derma sebanyak jumlah yang terlebih dahulu ditentukan oleh pihak Jawatankuasa dengan tempo yang diberikan berkisar paling lama tiga bulan. Kebanyakan penduduk ketika itu berinfaq sebanyak dua sampai lima ringgit, namun bagi keluarga yang memang benar-benar tidak mampu tidak mendapatkan paksaan untuk berinfaq.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masuknya Islam di Malaysia, adalah bagian dari penyebaran Islam di Asia Tenggara. Sebab itu, ia memiliki kesamaan dengan masuknya Islam di Indonesia. Islam masuk ke Malaysia (Malaya) semenjak abad pertama atau abad kedua hijriyah. Jalur penyebarannya berasal dari Islam di kerajaan samudra pasai. Islam masuk ke Malaysia dengan damai dibawa para pedagang Arab, Persia dan Gujarat.
Kebangitan Islam di Malaysia dibagi dua fase; fase Islam tradisional hingga masa kolonialisme dan fase Malaysia modern setelah kemerdekaan, atau bisa disebut fase Malaya. Fase pertama, merupakan awal kebangkitan Islam dengan hadirnya gerakan pemurnian Islam dari pengaruh sistem kepercayaan pra-Islam, gerakan transformasi Islam tradisional serta perlawanan terhadap penjajah untuk membebaskan umat Islam dari cengkeramannya. Fase kedua, adalah fase kebangkitan Islam Malaysia modern (setelah merdeka dengan nama Malaysia). Kebangkitan Islam pada fase ini ditandai dengan hadirnya Islam sebagai solusi, Islam terartikulasikan sebagai jalan hidup yang sempurna dalam segala tatanan kehidupan masyarakat Malaysia.
Kebangkitan Islam di Malaysia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Bentuk-bentuk kebangkitan Islam; kebangkitan pada aspek politik, ekonomi, sosial dan kekuasaan. Kebangkitan Islam memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan masyarakat Malaysia.

B.     Saran
Bahwa untuk mewujudkan perbaikan dari segala keterpurukan dan kebobrokan yang melanda negeri ini, Islam harus dihadirkan sebagai solusinya. Islam harus ditampilkan tidak hanya sebagai simbol dan ritual simbolik belaka, tetapi Islam wajib menjadi jalan hidup yang terartikulasi dalam segala dimensi kehidupan manusia Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA


1.      http://mahasiswategalkuliah.blogspot.com/2009/06/sejarah-islam-di
malaysia.html
3.      http://sirmaulana08.blogspot.com/2013/08/islam-di-malaysia.html


No comments:

Pencarian isi Blog