Pencarian

Tuesday, January 1, 2019

MAKALAH RELEVANSI METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Alhamdulillah, Segala Puji Syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga  makalah ini dapat terselesaikan dengan segala kesalahan dan kekurangannya, guna memenuhi tugas mata kuliah “Sejarah Pendidikan Islam”. Sholawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, dan semoga kita semua termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafa’atnya kelak di hari qiamat. Āmīn.
Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan kami juga mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Meskipun kami sebagai penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari kesalahan dan kekurangan. Namun, tentunya kami menyadari bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan dan kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya lapoaran ini diwaktu mendatang. Semoga Allah SWT memberkahi makalah ini, sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Āmīn...
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.


Jepara, 21 September 2016

                                                                                                     Penyusun





DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakekat Metode PAI............................................................................... 3
B. Pemilihan dan Penentuan Metode............................................................ 4
C. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar.......................................... 6
D. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran...................................................... 7
E. Relevansi Metode PAI............................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................................. 12
B. Saran......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA














BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa nabi Muhammad saw. Diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan bati. Didalamnya terdaoat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidapan ini secara lebih bermakna dan dalam arti yang seluas-luasnya.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, al-Qur’an dan Hadits, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, besikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, kemitraan, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia, dan sikap-sikap positif lainnya.
Untuk mempelajari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Rosulullah saw. Yaitu agama islam, maka di dalam suatu lembaga baik formal maupun non formal terdapat ajaran-ajaran agama yang disampaikan kepada peserta didik yang sesuai dengan ajaran Islam. Terlebih lembaga yang mengandung unsur keislaman, seperti madrasah dan lain-lain.
Dalam menyampaikan berbagai bahan pelajaran, seoranga pendidik seharusnya memiliki berbagai cara atau metode yang cocok atau sesuai untuk digunakan. Untuk itu seorang pendidik yang profesional harus mengetahui ilmu tentang metode pembelajaran, khususnya pembelajaran mengenai Pendidikan Agama Islam. Dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan dapat menentukan tingkat keberhasilan suatu pembelajaran.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang maksud dengan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
2.      Bagaimana relevansi metode PAI dengan tujuan pembelajaran?
3.      Bagaimana relevansi metode PAI dengan bahan ajar?
4.      Bagaimana relevansi metode PAI dengan evaluasi?
5.      Bagaimana relevansi metode PAI dengan siswa dan situasi?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa yang maksud dengan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
2.      Untuk mengetahui bagaimana relevansi metode PAI dengan tujuan pembelajaran?
3.      Untuk mengetahui bagaimana relevansi metode PAI dengan bahan ajar?
4.      Untuk mengetahui bagaimana relevansi metode PAI dengan evaluasi?
5.      Untuk mengetahui bagaimana relevansi metode PAI dengan siswa dan situasi?
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Metode PAI
1.      Pengertian Metode Dalam Pendidikan Islam
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.[1]Dalam konsep pendidikan islam, metode pendidikan diartikan dengan beberapa istilah, yaitu. 1. Minhaj al-tarbiyah, 2. Kaifiyat al- tarbiyah, 3. Wasilah al-tarbiyah, 4. At-thariqotu at-tarbiyah, sedangkan yang paling populer digunakan adalah istilah at-thariqah, yang berjalan atau cara yang harus ditempuh. Menurut Zakiyah Darajat, metode ini dimaksudkan agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah efektif dan dapat dicerna oleh anak dengan baik. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.[2]
Metode, dalam bahasa arab, dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan , maka strategi tersebut haruslah  diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka pengembangan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima materi ajar dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik. Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk mencciptakan proses pembelajaran. Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang


dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat itu mempunyai fungsi ganda, yaitu bersifat polipragmatis dan monopragmatis.
Polipragmatisbilamana metode mengandung kegunaan yang serba ganda (multipurpose), misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi, kondisi tertentu dapat digunakan untuk membangun atau memperbaiki. Kegunaannya dapat bergantung kepada si pemakai atau pada corak, bentuk, dan kemampuan metode sebagai alat, sebaliknya, monopragmatis bilamana metode mengandung satu macam kegunaan untuk satu macam tujuan penggunaan mengandung implikasi bersifat konsisten, sistematis, dan kebermanaan menurut kondisi sesamanya mengingat sasaran metode adalah manusia, sehingga pendidik untuk berhati-hati dalam penerapannya.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian metode di atas, maka dapat dikatakan bahwa penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT. Disamping itu, pendidik pun perlu memahami metode-metode instruksional yang actual yang ditujukan dalam Al-Qur’an atau yang dideduksikan dari Al-Qur’an, dan dapat memberi motivasi dan disiplin dalam belajarnya.
B.     Pemilihan dan Penentuan Metode
Metode mengajar yang diguanakan guru dalam setiap kali pertemuan kelas bukan asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan instruksional khusus.
Pembicaraan tersebut membahas masalah pemilihan dan penentuan metode dalam kegiatan belajar mengajar, dengan uraian bertolak dari nilai strategi metode, efektifitas penggunaan metode, pentingnya pemilihan dan penentuan metode, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode.
1.      Nilai strategi metode
Di dalam kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik di kelas. Dalam penyampaian bahan pelajaran, guru harus menggunakan strategi yang tepat. Disinilah kehadiran metode menempati posisi yang penting dalam menyampaikan bahan pelajaran.
Kegagalan pengajaran salah satunya adalah disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat, kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Jadi dapat dipahami bahwa metode adalah salah satu cara yang memiliki nilai strategi dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strateginya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar.
2.      Efektifitas penggunaan metode
Penggunaan metode yang tidak sesua dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang percuma hanya karena penggunaan metode yang kurang tepat, yaitu hanya menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas serta situasi kelas. Misalnya guru yang selalu senang dengan metode ceramah padahal tujuan pengajarannya adalah agar anak didik bisa menjalankan ibadah sholat. Kegiatan belajar mengajar semacam ini adalah kurang kondusif, seharusnya penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukan tujuan yang menyesuaikan metode.
Oleh karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satpel sebagai persiapan tertulis
3.      Pentingnya pemilihan dan penentuan metode
Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien, antara guru dan anak didik harus beraktifitas. Anak didik harus memiliki kreatifitas yang tinggi dalam belajar, bukan hanya menunuggu perintah guru. Dan gurupun harus mengajar dengan giat dan semangat tidak boleh dengan kemalasan.
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satunya adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode tertentu yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Misalnya tujuan pengajaran agar anak-anak bisa menuliskan angka 1-50, maka metode yang sesuai adalah metode latihan, tidak tepat bila guru hanya menggunakan metode ceramah saja ataupun diskusi, demonstrasi dan lainnya. Jadi dalam proses belajar mengajar guru penting/harus melakukan pemilihan dan penentuan metode mengajar dengan mengenal karakteristik (kelebihan dan kekurangan) masing-masing pengajaran.
C.     Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar
1.      Metode sebagai alat Motivasi Ekstrinsik
Menurut Sardiman, A.M, motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, dikarenakan adanya pengaruh/ perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan minat belajar seseorang.
Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan hanya 1 metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kelebihan dan ada kekurangannya. Penggunaan satu macam metode cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik, jalan pengajaranpun tampak kaku. Anak didik kurang bergairah dalam belajar. Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar anak didik. Kondisi semacam ini sungguh tidak menguntungkan bagi para guru ataupun bagi anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam menyampaikan pesan-pesan keilmuan dan anak didik dirugikan. Ini berarti metode tidak dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.
Akhirnya dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan bervariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.
2.      Metode sebagai strategi pengajaran
Berangkat dari konsepsi dalam kegiatan belajar mengajar ternyata tidak semua anak didik memiliki daya serap yang optimal, maka perlu strategi belajar mengajar yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya. Untuk itu menurut DR.  Roestiyah, NK, dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi ini adalah harus menguasai tekhnik-tekhnik penyajian atau biasa disebut metode mengajar.  Dengan demikian, metode mengajar adalah sebagai strategi pengajaran dalam proses belajar mengajar.
3.      Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah salah satu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arahan kemana kegiatanbelajar mengajar akan dibawa.
Dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar, guru pasti berusaha mencapai tujuan semaksimal mungkin. Salah satu usaha tersebut adalah menggunakan metode (cara/tekhnik) mengajar. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan/sasaran. Jadi,  guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efisien untuk mencapai tujuan.[3]
D.    Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran
Agar penggunaan metode lebih efektif maka ada beberapa prinsip metode yang harus diperhatikan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
1.      Metode tersebut harus memanfaatkan teori kegiatan mandiri. Belajar merupakan akibat dari kegiatan peserta didik. Pada dasarnya belajar itu berwujud mengalami, memberi reaksi, melakukan dan menurut prinsip ini seseorang belajar melalui reaksi atau melalui kegiatan mandiri yang merupakan landasan dari semua pembelajaran. Pengajaran harus dilaksanakan melalui pembelajaran tangan pertama. Dengan kata lain peserta didik banyak memperoleh pengalaman belajar.
2.      Metode tersebut harus dimanfaatkan hukum pembelajaran. Kegiatan metode dalam pembelajaran berjalan dengan cara tertib dan efisien sesuai dengan hukum-hukum dasar yang mengatur pengoperasiannya. Hukum-hukum dasar menyangkut kesiapan, latihan dan akibat, harus dipertimbangkan dengan baik dalam segala jenis pembelajaran. Pengajaran yang baik memberi kesempatan terbentuknya motivasi, latihan, peninjauan kembali, penelitian dan evaluasi.
3.      Metode tersebut harus berawal dari apa yang sudah diketahui peserta didik. Memanfaatkan pengalaman lampau peserta didik yang mengandung unsur-unsur yang sama dengan unsur-unsur materi pembelajaran yang dipelajari akan melancarkan pembelajaran. Hal tersebut dapat dicapai dengan sangat baik baik melalui korelasi dan pembandingan. Pembelajaran akan dipermudah apabila yang memulainya dari apa yang sudah diketahui peserta didik.
4.      Metode tersebut harus didasarkan atas teori dan praktek yang terpadu dengan baik yang bertujuan menyatukan kegiatan pembelajaran. Ilmu tanpa amal (praktek) seperti kayu tanpa buah.
5.      Metode tersebut harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individual dan menggunakan prosedur-prosedur yang sesuai dengan ciri-ciri pribadi seperti kebutuhan, minat serta kematangan mental dan fisik.
6.      Metode harus merangsang kemampuan berfikir dan nalar para peserta didik. Prosedurnya harus memberikan peluang bagi kegiatan berfikir dan kegiatan pengorganisasian yang seksama. Prinsip kegiatan mandiri sangat penting dalam mengajar peserta didik untuk bernalar.
7.      Metode tersebut harus disesuaikan dengan kemajuan peserta didik dalam hal ketrampilan, kebiasaan, pengetahuan, gagasan, dan sikap peserta didik, karena semua ini merupakan dasar dalam psikologi perkembangan.
8.      Metode tersebut harus menyediakan bagi peserta didik pengalaman-pengalaman belajar melalui kegiatan belajar yang banyak dan bervariasi. Kegiatan-kegiatan yang banyak dan bervariasi tersebut diberikan untuk memastikan pemahaman.
9.      Metode tersebut harus menantang dan memotivasi peserta didik kearah kegiatan-kegiatan yang menyangkut proses deferensiasi dan integrasi. Proses penyatuan, pengalaman sangat membantu dalam terbentuknya tingkah laku terpadu. Ini paling baik dicapai melaui penggunaan metode pengajaran terpadu.
10.  Metode tersebut harus memberi peluang bagi peserta didik untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Dan memberi peluang pada guru untuk menemukan kekurangan-kekurangan agar dapat dilakukan perbaikan dan pengayaan (remedial dan anrichmeint).
11.  Kelebihan suatu metode dapat menyempurnakan kekurangan/ kelemahan metode lain. Metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode diskusi, dan metode proyek, kesemuanya dapat digunakan untuk mendukung mendukung metode ceramah, kenyataan yang diterima secara umum bahwa metode yang baik merupakan sintesa dari banyak metode atau prosedur. Hal ini didasarkan atas prinsip bahwa pembelajaran terbaik terjadi apabila semakin banyak indra yang dapat dirangsang.
12.  Satu metode dapat dipergunakan untuk berbagai jenis materi atau mata pelajaran satu materi atau mata pelajaran memerlukan banyak metode.
13.  Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis. Sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya monoton dengan satu macam metode saja. Seorang pendidik mampu memilih salah satu dari berbagai alternatif yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggapnya cocok dan pas dengan materi, multikondisi peserta didik, sarana dan prasarana, situasi dan kondisi lingkungan, serta suasana pada waktu itu.[4]
E.     Relevansi Metode PAI
1.      Relevansi dengan tujuan pembelajaran
Pada waktu akan mengajar seorang guru harus memahami betul tujuan pendidikan yang akan dicapai. Guru pada waktu melakukan proses belajar mengajar harus memperhatikan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan di capai oleh anak didik. Sebab TIK erat sekalihubungannya dengan TIU, tujuan kokurikuler dan pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional.[5]
Jika tujuannya pembinaan daerah kognitif maka metode driil kurang tepat digunakan akan tetapi metode yang tepat digunakan seperti metode tanya jawab, pemberian tugas, diskusi dll. Jika tujuan daerah afektif maka  metode yang tepat digunakan seperti; metode keteladanan, Qawlan (baligha, bashira, nazhira, al haq, layyinan, maisyura, ma’rufan). Jika tujuan daerah psikomotor maka metode yang cocok digunakan adalah seperti; metode alat peraga, simulasi.
Jadi kesimpulan penulis disini bahwa metode yang akan digunakan harus melihat dulu tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Beberapa metode diatas masih terfokus kepada satu tujuan, apabila tujuan yang akan dicapai meliputi ketiga aspek maka ini sesuai dengan kreatifitas guru dalam mengkolaborasikan metode-metode tersebut.
2.      Relevansi dengan bahan ajar
Bahan ajar pada dasarnya adalah semua bahan yang didesain secara spesifik untuk keperluan pembelajarn, bahan ajar berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Secara umum wujud bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu;
a.       Bahan cetak (printed), bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar
b.      Bahan ajar dengar (audio), bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media dengan (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio
c.       Bahan ajar lihat-dengar (audio visual) Bahan ajar audio visual adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media audio visual seperti video compact disk, film
d.      Bahan ajar interaktif. Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan perilaku alami dari suatu presentasi.[6]
Bahan pembelajaran yang baik harus mempermudah dan bukan sebaliknya mempersulit siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Oleh sebab itu, bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria berikut:
a.       Sesuai dengan topik yang dibahas
b.      Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang dibahas.
c.       Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat, padat, sederhana,  sistematis, sehingga mudah difahami.
d.      Jika ada perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik untuk lebih   mempermudah memahami isinya.
e.       Sebaiknya diberikan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran sehingga dapat dipelajari terlebih dahulu oleh siswa.
f.       Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa
Tiap-tiap bahan ajar mempunyai karakteristik atau ciri-ciri tersendiri baik obyek dan ruang lingkupnya. Sebagai contoh misalnya, bidang studi matematika tidak sama ruang lingkup dan obyeknya dengan bidang studi IPS, untuk itu pemilihan dan penentuan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran pun akan berbeda pula. Begitu pula tingkat kedalaman suatu mata pelajaran/ materi yang akan diajarkan mempengaruhi juga pemilihan dan penentuan metode belajar mengajar yang akan dicapai.
3.      Relevansi dengan  situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidaklah selamanya sama dari hari kehari. Pada suatu waktu boleh jadi guru boleh menciptakan situasi belajar mengajar yang berbeda, misalnya belajar mengajar di alam terbuka, yaitu diluar ruangan sekolah. Maka dalam hal ini, guru tentu memiloh metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan tersebut.
Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas, situasi lingkungan. Bila jumlah murid begitu besar, maka metode diskusi agak sulit digunakan apalagi bila ruangan yang tersedia kecil. Metode ceramah harus mempertimbangkan antara lain jangkauan suara guru. Kemudian apabila situasi lingkungan kelas dan sekolah sunyi senyap tampa banyak aktifitas disekelilingnya, maka metode yang tepat digunakan adalah metode seperti; diskusi, Tanya jawab, simulasi,  Qawlan (baligha, bashira, nazhira, al haq, layyinan, maisyura, ma’rufan) dan lain-lain. Dengan sesuainya metode yang digunakan guru dengan situasi sekolah ditempat ia mengajar maka tujuan dari materi yang akan disampaikan pun akan tercapai secara maksimal. Begitu  juga sebaliknya, apabila guru  tidak bisa melihat dan menyesuaikan metode yang akan digunakan dengan situasi kelas maupun sekolah, maka pembelajaran tidak akan  terlaksana dengan baik. Jadi sangat penting diperhatikan bagi seorang  guru tentang situasi tempat ia  mengajar.
4.      Relevansi dengan  siswa
Perbedaan individual siswa pada aspek biologis, psikologis dan intelektual akan mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang akan digunakan oleh guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam situasi dan kondisi yang relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional. Jadi kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pengajaran.
Disinilah peran guru untuk memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa. Apabila siswa memiliki kemampuan rata-rata yang sama maka guru bisa menggunakan metode seperti; diskusi, tanya jawab, dan simulasi. Kemudian apabila kemampuan siswa di suatu kelas tidak merata maka metode yang mungkin di gunakan seperti; metode pendekatan personal seperti qawlan layyinan dan qawlan maisyura. Ini  semua kembali kepada kreativitas guru dalam melihat kemampuan, kematangan dan latar belakang siswa
5.      Relevansi dengan evaluasi
Dalam pelaksanaan evaluasi perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai dasar pelaksanaan penilaian.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Evaluasi hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif (menyeluruh). Yaitu pengukuran yang meliputi aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik.
b.      Prinsip kesinambungan (kontinuitas); penilaian hendaknya dilakukan secara berkesinambungan.
c.       Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau
d.      Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar seobyektif mungkin.
e.       Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan objektifitas pendidik, tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang etnis, budaya, dan berbagai hal yang memberikan konstribusi pada pembelajaran. Sebab ketidakadilan dalam penilaian dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar peserta didik karena mereka merasa dianaktirikan.
f.       Prinsip sistematis, yakni penilaian harus dilakukan secara sistematis dan teratur.[7]

Berkaitan dengan metode dalam pendidikan agama Islam maka ada beberapa jenis evaluasi yang dapat diterapkan :
a.       Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan satuan program pembelajaran (kompetensi dasar) pada mata pelajaran tertentu.
b.      Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dan akhir tahun untuk menentukan jenjang berikutnya.
c.       Evaluasi penempatan (placement), yaitu evaluasi tentang peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi atau kemampuan yang dimiliki peserta didik.
d.      Evaluasi Diagnostik,  adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan latar belakang (psikologi, fisik, lingkungan) dari murid/ siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesuliatan –kesuliatan tersebut. Evaluasi jenis ini erat hubungannya dengan kegiatan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.[8]
Apabila metode yang  digunakan guru adalah metode tanya jawab dalam proses pembelajaran  maka evaluasi yang cocok untuk diterapkan adalah tes lisan. Karena pada awalnya siswa sudah dibimbing oleh guru  untuk menuturkan dan menjelaskan materi pelajaran secara lisan. Ini akan memudahkan guru untuk menguji seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang sudah diberikan.





























BAB III
PENUTUP




[1]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,  Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hal. 53
[2]H. Ramayulis, Profrsi & Etika Keguruan (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hal. 191
[3]Anissatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Teras. 2009) hal. 78
[4]H. Ramayulis, op.cit hal. 198
[5]Anissatul Mufarrokah, op.cit. hal. 83
[6]Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal.  182
[7]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 226
[8]Ibid., hlm.  227-228

No comments:

Pencarian isi Blog