BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada
kenyataanya bumi ini di huni oleh berjuta-juta species makhluk hidup. Dari
mulai manusia, tumbuhan dan hewan. Semua itu hidup berdampingan saling
melengkapi satu sama lain, sehingga menciptakan hubungan simbiosis baik antara
manusia dengan hewan, manusia dengan tumbuhan maupun hewan dengan tumbuhan.
Namun
saat ini, hubungan itu mulai kian memburuk. Tidak sedikit manusia yang
mengambil manfaat dari hewan dan tumbuhan secara berlebihan tanpa memikirkan
akibatnya. Sehingga species dari hewan dan tumbuhan trsebut kian menipis tiap
harinya.
Ini
merupakan salah satu hal yang menyebabkan hewan-hewan semakin punah dan menjadi
satwa langka. Seperti hanya dengan hewan jenis Harimau. Harimau memang salah
satu hewan buas yang ditakuti oleh manusia karena membahayakan nyawa manusia.
Sehingga
sering kali harimau – harimau ini dibunuh oleh manusia karena merasa takut pada
hewan ini yang membahayakan nyawa manusia .
Harimau sumatera yang merupakan salah satu jenis harimau yang juga satwa
liar yang dilindungi oleh undang – undang karena merupakan salah satu hewan
ciri khas dari Indonesia dan species harimau ini hanya dapat ditemukan di pulau
sumatera, Indonesia kini kian punah .
Meski
satwa ini dilindungi oeh undang – undang, namun masih sering terjadi perburuan
liar untuk mendapatkan raga harimau-Nya yang memang memiliki cirri khas
tersendiri, daging, sampai organ – organ dalam harimau yang menurut mitos dapat
menyembuhkan berbagai penyakit .
Apabila
keadaan ini terus berlanjut tanpa dilakukan pengawasan dan pengendalian yang
tepat maka satwa ini khusus-Nya harimau sumatera terancam punah. Keadaan ini
akan lebih dipercepat lagi dengan adanya pembukaan hutan untuk pemukiman
transmigrasi, perkebunan maupun industri yang mengakibatkan perusakan habitat .
Salah
satu upaya pemerintah untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan pengawetan
harimau yang di kebun Binatang Gembir Loka Yogyakarta.
1.2
Tujuan
Tujuan dari
pembuatan karya tulis ini adalah :
1.
Menambah wawasan
tentang Harimau.
2.
Dapat mendiskripsikan
tentang cara pengawetan harimau.
3.
Sebagai syarat untuk
mengikuti ujian sekolah.
1.3 Alasan Pemilihan Judul
Dalam pemilihan judul karya tulis ini penulis memilih judul
“ pengawetan harimau ”. Adapun
alasannya sebagai berikut
:
a.
Karena harimau merupakan salah satu hewan langka
yang wajib untuk
dilindungi,
b.
Harimau merupakan
hewan yang menarik dari segi bentuk tubuh, kecerdasan, dan kekerabatan dalam
kelompok.
1.4 Rumusan Masalah
Agar penyusunan
karya tulis ini sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh
penulis, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai
berikut :
a.
Apa
yang dimaksud dengan
harimau ?
b.
Bagaimana kondisi habitat dan persebaran
harimau?
c.
Bagaimana proses dalam
pengawetan harimau ?
d.
Apa saja manfaat dari
pengawetan harimau ?
1.5 Metode Penelitian
1.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk penyelesaian tugas penyusunan karya tulis ini penulis mengambil
data-data yang penulis lakukan
dengan cara
:
a.
Observasi
Observasi yaitu
pengumpulan
data dimana peneliti langsung
mengadakan pengamatan terhadap
hewan Bekantan yang
penyusun teliti.
b.
Literatur
Literatur yaitu
pengumpulan
data dengan cara mencari
sumber data di
perpustakaan dan
panduan-panduan
lain yang berhubungan dengan
permasalahan,
kemudian buku-buku itu
penulis kaji,
telaah dan penulis tuangkan kedalam Karya Tulis
ini.
2.
Pendekatan
Penelitian
Pendekatan yang
kami gunakan adalah
pendekatan kuantitatif,
yaitu mendeskripsikan
tentang
hewan Bekantan. Analisis Buku dalam karya
tulis ini penulis menganalisis buku-buku
yang berhubungan dengan
materi yang
akan dibahas.
2.6
Sistematika
Penulisan
LEMBAR
PENGESAHAN
MOTTO
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
DAFTAR
GAMBAR
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Alasan Pemilihan Judul
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Metode Penelitian
1.6 Sistematika Penulisan
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Harimau
2.2 Klasifikasi Harimau
2.3 Habitat Harimau
2.4 Keragaman Sub-Spesies Harimau
2.5 Ciri-Ciri Fizikal Harimau
2.6 Biologi Dan Tabiat Harimau
2.6.1 Kewilayahan
2.6.2 Pemburuan Dan Pemakanan
2.6.3 Pembiakan
BAB
III PEMBAHASAN MATERI
3.1 Teknologi Pengawetan Dan Pengolahan Harimau
3.2 Teknologi
Penyamakan Raga harimau
3.3 Hasil-hasil Olahan Raga harimau untuk Pangan
dan Non Pangan
3.3.1 Hasil Olahan Raga Harimau Untuk Pangan
3.3.2 Hasil Olahan Raga Harimau Untuk Non Pangan
BAB
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
KARTU
KONSULTASI
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Deskripsi
Harimau
Harimau
(Panthera tigris) merupakan spesies binatang terbesar di kalangan empat jenis
"kucing besar" dalam genus Panthera, dan anggota famili Felidae. Harimau yang berasal dari Asia timur dan
selatan ini ialah sejenis haiwan pemangsa dan maging. Subspesies harimau yang
lebih besar boleh mencecah panjang 3.3 meter (11 kaki) dan berat 300 kilogram
(660 paun). Selain kebesaran dan kegagahannya, ciri-ciri terpenting yang
dimiliki harimau ialah corak belang menegak berwarna gelap yang melapisi
bulunya yang berwarna keputihan atau merah kejinggaan.
Harimau
yang mempunyai ciri amat mudah menyesuaikan diri dengan persekitaran baru,
terdapat dari kawasan taiga Siberia, ke padang rumput terbuka, ke paya bakau
tropika, antara lainnya. Harimau ialah haiwan yang biasanya gemar bersendiri
dan berkelakuan kewilayahan, dan sering memerlukan kawasan habitat yang amat
luas untuk menampung keperluan memburu mangsanya. Dan kerana mudah didapati di
sebilangan kawasan di dunia yang paling padat kependudukan manusianya,
menyebabkan sering terjadinya konflik antara harimau dan manusia.
Gambar 2.1 Harimau
(Panthera tigris)
Tiga
daripada sembilan subspesies harimau moden sudah diisytiharkan pupus dan enam
yang selebihnya digolongkan sebagai terancam. Punca-punca utama harimau
terancam ialah kemusnahan dan fragmentasi habitat, dan juga kegiatan memburu.
Harimau yang pernah menduduki kawasan-kawasan seluas Mesopotamia dan Caucasus
hingga Asia Selatan dan Timur, kini semakin berkurangan bilangannya. Walaupun
semua spesies yang masih ada diberi perlindungan undang-undang, namun
pemburuan, kemusnahan habitat dan kemurungan pembiakbakaan dalam tetap menjadi
ancaman.
Walau
apapun, harimau tetap menjadi salah sejenis megafauna berkarisma yang paling
terkenal di dunia. Harimau banyak memainkan peranan penting dalam mitos dan
budaya rakyat, di samping masih mendapat tempat dalam bidang perfileman dan kesusasteraan
moden. Lukisan harimau sering dijumpai pada bendera dan jata negara, sebagai
maskot sukan, dan haiwan kebangsaan sebilangan negara Asia, termasuk Malaysia.
Harimau
dikenal sebagai kucing terbesar, harimau pada dasarnya mirip dengan singa ukurannya,
walaupun sedikit lebih berat. Beda subspesies harimau memiliki karakteristik
yang berbeda juga, pada umumnya harimau jantan memiliki berat antara 180 dan
320 kg dan betina berbobot antara 120 dan 180 kg. Panjang jantan antara 2,6 dan
3,3 meter, sedangkan betina antara 2,3 dan 2,75 meter. Di antara subspesies
yang masih hidup, Harimau Sumatera adalah yang paling terkecil dan Harimau
Siberia yang paling terbesar.
Loreng
pada kebanyakan harimau bervariasi dari coklat ke hitam. Bentuk dan kepadatan
lorengnya berbeda-beda subspesies satu dengan yang lain, tapi hampir semua
harimau memiliki lebih dari 100 loreng. Harimau Jawa yang sekarang sudah punah
kemungkinan memiliki loreng yang lebih banyak lagi. Pola loreng unik setiap
harimau, dan dapat digunakan untuk membedakan satu sama lain, mirip dengan
fungsi sidik jari.
Karakter
dari harimau adalah warna dasar kuning hingga kecoklatan; belang berwarna
hitam; warna putih di abdominal; wajah memiliki kumis; tungkai tipe
digitigrade. Karakter pembeda untuk sub-spesies adalah sela-sela jari
berselaput; jantan memiliki janggut dan surai; tingkat warna tubuh; tebal
tipisnya belang; pola lebar warna hitam pada belang. Adapun perilaku dari
harimau adalah mengaum (walau tidak sebanyak singa); tidak tahan panas terik; suka
berendam; pandai berenang; jarang memanjat pohon; menjilati tubuhnya;
mondar-mandir ketika lapar; soliter kecuali musim kawin; masa bunting 95-112
hari; beranak 2-6; anak ikut induk sampai umur 2 tahun.
2.2
Klasifikasi Harimau
Harimau adalah kelompok mammalia yang memiliki kuku
yang tajam dan runcing untuk menangkap dan memakan mangsanya. Kelompok ini
disebut juga pemakan daging. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Kingdom : Animalia
2. Phylum : Chordata
3. Sub-phylum : Vertebrata
4. Classis : Mammalia
5. Infra-classis : Eutheria
6. Order : Carnivora
7. Sub-order : Fissipedia
8. Super-family : Felloidea
9. Family : Felidae
10. Sub-family : Pantherina
11. Genus : Panthera
12. Species : Panthera tigris
2.3
Habitat
Harimau
Kawasan
harimau biasanya mempunyai tiga ciri utama: Ia akan memiliki perlindungan
bagus, terletak berhampiran air dan terdapat banyak mangsa. Harimau Benggala
tinggal di semua jenis hutan, termasuk hutan basah, malar hijau, separa-malar
hijau Assam dan timur Benggala; hutan bakau Delta Ganges; hutan daun luruh
Nepal dan hutan duri Barat Ghats. Berbanding singa, harimau lebh menyukai
tumbuh-tumbuhan tebal, kerana penyamarannya lebih sesuai, dan di mana pemangsa
tunggal tidak kekurangan kelebihan berbanding kawanan.
Antara
kucing besar, cuma harimau dan jaguar yang pandai berenang; harimau sering
ditemui mandi dalam kolam, tasik dan sungai. Berbeza dengan kucing lain, yang
cenderung mengelak air, harimau mencarinya secara aktif. Semasa waktu panas
hari, harimau sering dijumpai menyejukkan diri di dalam air. Harimau merupakan
perenang baik dan dapat berenang sehingga 4 batu. Harimau juga sering didapati
membawa mangsa yang dibunuhnya merentasi tasik.
Didunia ada
sembilan sub-spesies harimau dalam genus Panthera. Enam di antaranya masih
hidup sampai sekarang. Tiga sub-spesies harimau selebihnya telah dianggap punah
secara resmi. Dareah penyebarannya harimau meliputi Asia hingga Rusia
Gambar 2.3 Persebaran harimau di seluruh dunia
Harimau
ditemukan di daerah hutan hujan tropis dan di daerah subtropis. Berdasarkan
daerah penyebarannya, tipe pertama harimau banyak ditemukan di daerah tropis
dan subtropis dengan hutan berdaun lebar serta lembab (700,991 km², atau 60%
dari penyebaran harimau). Tipe kedua adalah campuran antara hutan berdaun lebar
dan hutan berdaun sedang (251,516 km², atau 21% dari penyebaran harimau), dan
tipe ketiga adalah hutan tropis dan subtropis yang kering yang berdaun lebar
(122,599 km², atau 10% dari penyebaran harimau). Tipe habitat lain dari
penyebaran harimau meliputi hutan conifer, mangrove, padang rumput dan semak.
Dari hasil penelitian, harimau mampu memburu 50 jenis mangsa yang berbeda
setiap tahunnya baik berukuran kecil maupun yang lebih besar.
2.4
Keragaman
Sub-Spesies Harimau
Di
dunia, ada sembilan sub-spesies harimau yakni Panthera tigris altaica (Harimau
Siberia), Panthera tigris amoyensis (Harimau China), Panthera tigris balica
(Harimau Bali), Panthera tigris corbetti (Harimau Indochina), Panthera tigris
jacksoni (Harimau Malaya), Panthera tigris sondaica (Harimau Jawa), Panthera
tigris sumatrae (Harimau Sumatra), Panthera tigris tigris (Harimau Bengal),
Panthera tigris virgata (Harimau Caspian).
Dari
kesembilan subspesies tersebut yang sudah dikategorikan punah adalah Panthera
tigris virgata (punah tahun 1815), Panthera tigris sondaica (punah tahun 1844),
dan Panthera tigris balica (punah tahun 1912).
Adapun
keragaman yang masih ada di dunia saat ini terdiri atas:
1.
Harimau Sumatera
(Panthera tigris sumatrae)
Gambar 2.4.1 Harimau
Sumatra
Karakter:
Berukuran paling kecil diantara 6 subspesies yang masih
hidup yakni dengan panjang sekitar 2,5 m dan berat mencapai 140 kg. Memiliki
rambut dengan warna dasar paling gelap yakni kuning kemerahan hingga orange dan
memiliki belang warna hitam. Warna belang digunakan untuk kamuflase terhadap
rumput dan tamanan di sekitarnya.
2. Harimau
Amur/Siberia (Panthera tigris altaica)
Gambar
2.4.2 Harimau Amur/Siberia
Karakter:
Berukuran paling besar diantara semua subspesies dengan
panjang mencapai 3,3 m dan berat mencapai 300 kg. Memiliki rambut yang panjang
dan tebal serta memiliki lapisan lemak untuk bertahan pada musim dingin.
Memiliki cakar yang besar. Memiliki warna pucat dengan sedikit belang warna
coklat.
3. Harimau
Indochina (Panthera tigris corbetti)
Gambar
2.4.3 Harimau Indochina
Karakter:
Memiliki panjang tubuh sekitar 2,8 m serta berat tubuh
mencapai 182 kg. Bagian atas tubuh berwarna jingga kemerahan hingga kuning tua
dan bagian tubuh bawah hampir berwarna putih. Warna belang berselang-seling
mulai dari warna hitam hingga abu-abu tua.
4. Harimau
Malaya (Panthera tigris jacksoni)
Gambar
2.4.4 Harimau Malaya
Karakter:
Termasuk harimau terkecil kedua dengan berat mencapai 120 kg
Memiliki pupil bulat iris warna kuning sehingga pengelihatannya sangat tajam
pada waktu malam hari.
5.
Harimau Bengal
(Panthera tigris tigris)
Gambar 2.4.5 Harimau Bengal
Karakter:
Memiliki panjang tubuh 2,9 m dan berat badan mencapai 227
kg. Memiliki warna rambut jingga-kemerahan dengan belang berwarna hitam-coklat
dengan pola vertikal. Memiliki telinga warna hitam serta memiliki cakar yang
kuat dan ekor yang panjang.
6.
Harimau China
(Panthera tigris amoyensis)
Gambar 2.4.6 Harimau
China
Karakter:
Memiliki Memiliki panjang tubuh 2,5 m dan berat badan
mencapai 150 kg. Memiliki karakteristik morfologi paling primitive dibandingkan
dengan subspecies yang lain. Bagian atas tubuhnya memiliki warna jingga
kemerahan hingga kuning tua dan bagian bawah tubuhnya berwarna putih. Memiliki
belang warna hitam hingga abu-abu tua. Memiliki tulang tengkorak yang ramping.
Rongga matanya agak masuk ke dalam
2.5
Ciri-Ciri
Fizikal Harimau
Harimau
merupakan spesies kucing liar yang paling terkenal (selain singa). Harimau
biasanya berbulu kemerahan atau perang berkarat, bulu dadanya berwarna
keputihan, "berjambul" putih melilit mukanya, dan belang-belang yang
berwarna perang, kelabu atau hitam. Setiap subspesies harimau memiliki bentuk
dan kepadatan belang yang berlainan dari subspesies yang lain (di samping juga
corak warna bulunya; misalnya, harimau Siberia berwarna lebih pudar berbanding
subspesies yang lain). Kebanyakan harimau memiliki lebih 100 batang belang.
Setiap
harimau memiliki corak belang yang unik kepadanya, oleh itu mungkin ada gunanya
untuk mengenal pasti harimau individu, seperti mana cap jari digunakan untuk
mengenal pasti orang. Walaupun begitu, ini bukan cara yang biasa digunakan
kerana sukarnya merakam corak belang seekor harimau liar. Mungkin sekali belang
berfungsi sebagai alat penyamaran untuk membantu harimau menyorokkan diri dalam
bayang bertelau-telau dan rumput panjang di persekitarannya, sambil menghendap
mangsanya. Apabila bulu harimau dicukur, corak belang yang sama dengan bulunya
juga kelihatan. Seperti spesies kucing besar yang lain, terdapat bintik putih
di belakang kedua-dua belah telinga harimau.
Gambar
2.5 Rangka Harimau
Tigers
juga digeruni sebagai kucing yang paling berat di hutan belantara.[9] Harimau
juga memiliki kaki dan bahu yang amat kuat, yang membolehkannya mengheret
mangsa yang lebih berat daripada dirinya. Bagaimanapun, setiap subspesies
berlainan saiznya dengan satu sama lain, apalagi lebih tinggi latitud
habitatnya maka lebih besar subspesiesnya, selaras dengan hukum Bergmann. Maka,
harimau Siberia (Panthera tigris altaica) jantan yang lebih besar boleh
mencapai kepanjangan 3.5 m "ikut lengkung" (3.3 m. "ukuran lurus")
dan berat 306 kilogram, iaitu lebih besar berbanding harimau-harimau yang
tinggal di kepulauan seperti harimau Sumatera, iaitu subspesies hidup yang
terkecil dengan berat badan setakat 75–140 kg sahaja.
Harimau
betina lebih kecil berbanding harimau jantan dalam setiap subspesies. Perbezaan
saiz antara harimau jantan dan betina lebih ketara dalam subspesies yang lebih
besar, iaitu berat harimau jantan bersamaan dengan 1.7 kali berat harimau
betina. Selain itu, harimau jantan lebih luas tapak kaki depannya berbanding
harimau betina. Perbezaan ini sering digunakan oleh ahli biologi untuk
menentukan jantina harimau apabila memerhati kesan tapak kakinya.
Tengkorak
harimau amat serupa dengan tengkorak singa, cuma bahagian hadapannya tidak
begitu tertekan atau rata, dengan kawasan postorbital yang lebih panjang
sedikit berbanding tengkorak singa yang lebih lebar lubang hidungnya. Namun
begitu, disebabkan perbezaan tengkorak kedua-dua spesies tersebut tidak begitu
ketara, spesies pemilik tengkorak biasanya hanya dapat ditentukan melalui
struktur rahang bawahnya.
2.6
Biologi
Dan Tabiat Harimau
2.6.1
Kewilayahan
Pada pokoknya,
harimau merupakan haiwan yang berkelakuan bersendirian dan kewilayahan. Saiz
liputan tempat tinggal harimau banyak bergantung pada kecukupan mangsa dan
peluang mengawan. Seekor harimau betina boleh menguasai wilayah seluas 20
kilometer persegi, manakala harimau jantan pula lebih luas wilayahnnya, iaitu
sekitar 60–100 km2. Liputan wilayah seekor harimau jantan sering bertindan
dengan beberapa wilayah harimau betina.
Hubungan antara
harimau individu agak kompleks, kerana nampaknya harimau tidak mengikuti
apa-apa "ketetapan" berkenaan hak kewilayahan dan pencerobohan
wilayah. Contohnya, walaupun sering mengelakkan diri dari satu sama lain, namun
pernah dirakamkan juga harimau jantan mahupun betina berkongsi habuan
buruannya. Misalnya, George Schaller memerhati seekor harimau jantan berkongsi
habuan dengan dua ekor harimau betina dan empat ekor anak harimau. Harimau
betina biasanya keberatan untuk membenarkan harimau jantan mendekati
anak-anaknya, tetapi Schaller memerhati harimau betina tersebut tidak berbuat
apa-apa untuk melindungi anak-anaknya dari harimau jantan, jadi mungkin sekali
harimau jantan itu merupakan bapa kepada anak-anak harimau itu. Harimau jantan
membenarkan harimau betina dan anak-anaknya memakan habuan dahulu. Lebih-lebih
lagi, harimau kelihatan agak berbaik-baik berkongsi habuan, berbanding dengan
singa yang cenderung berkelahi dan berbalah. Pernah diperhatikan juga harimau
bukan saudara memakan mangsa bersama-sama. Rangkap berikut dipetik dari buku
Stephen Mills yang berjudul Tiger, yang mana beliau mengisahkan peristiwa yang
disaksikan oleh Valmik Thapar dan Fateh Singh Rathore di Ranthambhore.
Seekor harimau
betina dominan yang bergelar Padmini membunuh seekor nilgai (sejenis antelop
besar) jantan seberat 250 kg (550-lb). Mereka menemui Padmini bersama habuannya
dan anak-anaknya yang berusia 14 bulan, sebaik sahaja selepas waktu subuh lalu
memerhatinya tanpa henti selama sepuluh jam. Sepanjang berjam-jam ini, keluarga
Padmini disertai oleh dua harimau betina dan seekor harimau jantan,
ketiga-tiganya juga kelahiran seperanak Padmini yang dahulu; ditambah oleh dua
harimau bukan saudara, iaitu seekor betina dan seekor lagi tidak pasti
jantinanya. Pada pukul tiga, terdapat sembilan ekor harimau di sekeliling
habuan itu.
Harimau betina
muda cenderung mengasaskan wilayah pertamanya berhampiran dengan kawasan
induknya. Lama-kelamaan pertindanan wilayah harimau betina muda itu dengan
ibunya semakin berkurangan. Harimau jantan pula lebih berjauhan dari induk
berbanding harimau betina, iaitu keluar pada usia yang agak muda untuk
menandakan kawasan sendiri. Seekor harimau jantan muda memperoleh wilayahnya
sama ada dengan mencari liputan yang tiada harimau jantan yang lain, atau
tinggal dalam wilayah harimau jantan lain buat seketika, sehingga usianya dan
kekuatannya mencukupi untuk mencabar tuan rumahnya. Kadar kematian tertinggi
(30-35% setahun) di kalangan harimau jantan berlaku di kalangan harimau jantan
muda yang baru meninggalkan kawasan induknya untuk mencari wilayah sendiri.
Harimau jantan
lebih tidak tahan dengan kehadiran jantan yang lain dalam wilayahnya berbanding
harimau betina terhadap betina yang lain. Walaupun begitu, perbalahan wilayah
selalunya dileraikan dengan sekadar menakut-nakutkan satu sama lain daripada
tindakan agresif terang-terangan. Beginilah yang diperhati dalam
peristiwa-peristiwa sedemikan, yang mana harimau menandakan penyerahan kalah
dengan bergolek pada belakangnya sambil mendedahkan dadanya secara postur
menyerah. Selepas itu, harimau jantan yang dominan boleh bertoleransi dengan peserahnya
dalam liputannya, asalkan tidak terlalu berhampiran sesama sendiri. Perbalahan
yang ganas sekali boleh tercetus antara dua ekor harimau jantan apabila seekor
harimau betina sedang mengalami estrus, hingga boleh berakhir dengan kematian
sebelah pihak, inipun jarang berlaku.
Untuk
menandakan wilayahnya, harimau jantan membuang air pada pokok, di samping
meninggalkan jejak dengan tinjanya. Harimau jantan mengerut mukanya apabila
mengesan kesuburan seekor harimau betina dengan menghidu air kencing harimau
betina.
Berbagai teknik
telah digunakan untuk mengkaji harimau di alam liar. Pada awalnya, bilangan
harimau dianggarkan dengan mengisi kesan jejak kakinya dengan acuan lepa,
sehingga kaedah ini didapati kurang berkesan lalu diganti oleh cubaan kaedah menggunakan
rakaman kamera. Teknik-teknik terkini yang menggunakan DNA yang dipetik pada
tinjanya juga dinilai. Kaedah relang leber radio juga diterima secara meluas
untuk menjejaki harimau liar untuk tujuan penyelidikan.
2.6.2
Pemburuan
Dan Pemakanan
Dialam
liar, harimau biasanya memakan haiwan bersaiz besar atau sederhana. Sambar,
seladang, rusa bintik, babi hutan, nilgai dan kerbau merupakan mangsa kegemaran
harimau di India. Adakalanya, harimau juga memburu harimau bintang, ular sawa,
beruang sloth dan buaya. Di Siberia, spesies mangsa utamanya ialah wapiti
Manchuria, babi hutan, rusa sika, moose, kijang, dan rusa kesturi. Di Sumatera
pula, sambar, kijang, babi hutan, dan tenuk dimangsakan pula. Seperti haiwan
pemangsa yang lain, harimau mencuri peluang memakan mangsa yang lebih kecil
seperti monyet, burung merak, kelinci, dan ikan.
Gajah
dewasa sememangnya terlalu besar untuk dijadikan mangsa utama harimau, tetapi
selalunya terjadi perbalahan antara harimau dan gajah. Pernah diperhatikan juga
seekor harimau membunuh seekor Badak Sumbu India. Adakalanya anak gajah dan
anak badak dijadikan mangsa harimau, begitu juga dengan haiwan jinak seperti
anjing, lembu, kuda dan keldai.
Harimau
yang berusia lanjut atau tercedera, hingga tidak mampu mengejar mangsa semula
jadinya, boleh bertukar menjadi pemakan manusia, terutamanya di seluruh India.
Di kawasan Sundarban pula, adanya juga harimau sihat yang mengejar nelayan dan
penduduk kampung yang mencari hasil hutan, menjadikan manusia sebagai
sebahagian kecil dalam pemakanan harimau. Sekali-sekala harimau memakan
tumbuh-tumbuhan untuk memperoleh serabut diet, terutamanya sekali buah Careya
arborea. Keunggulan harimau sebagai pemangsa hebat terletak pada rahangnya yang
amat kuat serta giginya yang tajam sekali.
Gambar 2.6.2 Harimau sedang memangsa hasil buruannya
Harimau
biasanya berburu pada waktu malam, secara bersendirian dan menyerang hendap
mangsa seperti jenis-jenis kucing yang lain, mengatasi mangsa dari mana-mana
sudut, menggunakan kebesaran dan kekuatannya untuk menjatuhkan mangsa yang
besar. Walau begitu berat sekalipun, harimau boleh berlari sepantas 49-65
kilometer sejam (35-40 batu sejam), tetapi hanya boleh memecut untuk masa yang
singkat kerana stamina yang terhad. Oleh itu, harimau mesti cukup dekat dengan
mangsa sebelum menyerang. Harimau begitu hebat lompatannya, iaitu dilaporkan
melompat secara mengufuk melebihi 10 meter, tetapi biasanya banyak melompat
sepanjang separuh jarak tersebut. Sungguhpun demikian, hanya satu daripada dua
puluh buruan berjaya memperoleh habuan.
Ketika
memburu mangsa yang lebih besar, harimau lebih gemar menahan mangsa pada tanah
dengan kaki hadapannya, sambil menggonggong kerongkong mangsa sehingga mati.
Dengan cara inilah, seladang dan kerbau seberat satu tan pun boleh tewas kepada
harimau yang hanya seberat satu perenam berat mangsanya. Bagi mangsa yang lebih
kecil, harimau menggigit tengkuknya hingga terpatah saraf tunjangnya, menusuk
salur udaranya, atau memutuskan urat jugulum atau arteri karotid amnya.
Walaupun jarang diperhatikan, ada sebilangan harimau yang dicatatkan memukul
mangsa hingga mati dengan tapak kakinya yang cukup kuat untuk menghancurkan
tengkorak lembu ternakan, mahupun mematahkan tulang belakang beruang sloth.
Pada
1980-an, seekor harimau bernama "Genghis" di Taman Negara
Ranthambhore diperhatikan sering memburu mangsa melalui air tasik yang dalam,
iaitu corak kelakuan yang tidak pernah disaksikan sepanjang dua abad lebih
pemerhatian harimau. Lebih-lebih lagi, Genghis menunjukkan prestasi cemerlang
sebagai seekor harimau kerana sebanyak 20% buruan berjaya dibunuhnya.
2.6.3
Pembiakan
Harimau
boleh mengawan bila-bila masa sepanjang tahun, tetapi bulan November hingga
April menjadi pilihan kebanyakan haiwan ini. Seekor harimau betina hanya
membuka dirinya kepada pasangan selama beberapa hari, dan ketika inilah
pengawanan kerap berlaku. Sepasangan harimau bersanggama dengan kerap dan
bisingnya, seperti jenis kucing yang lain. Tempoh kebuntingan harimau adalah selama
16 minggu, kemudian menghasilkan seperinduk tiga atau empat anak harimau yang
beratnya 1 kilogram (2.2 lb) seekor dan lahir dalam keadaan buta dan lemah. Ibu
harimau bersendirian melindungi anaknya dengan melindunginya jerumun seperti
belukar dan rekahan batu. Bapa harimau pula biasanya tidak berbuat apa-apa pun
untuk menjaga anak-anaknya. Harimau jantan yang tiada pertalian saudara juga
boleh membunuh anak harimau semata-mata untuk membukakan hati harimau betina,
kerana harimau betina boleh beranak lagi dalam masa 5 bulan sekiranya
kehilangan anak-anak yang sebelumnya. Kadar kematian anak harimau agak tinggi,
iaitu kira-kira separuh darinya tidak sempat mencecah usia dua tahun.
Dalam
setiap seperinduk wujudnya seekor anak harimau dominan, biasanya jantan. Anak
ini biasanya menguasai adik-beradiknya ketika bermain dan selalunya lebih cukup
aktif sehingga boleh meninggalkan induknya lebih awal dari biasa. Pada usia
lapan minggu, anak-anak harimau sedia mengikuti induknya keluar dari jerumun,
tetapi tidak bersiar-siar bersama induknya yang merayau-rayau di wilayahnya
sehingga usianya cukup matang. Anak harimau mula berdikari pada usia sekitar 18
bulan, tetapi ketika mencecah usia 2–2½ tahun barulah boleh menjauhi ibunya.
Harimau betina mencapai kematangan seks pada usia 3–4 tahun, manakala yang
jantan pula 4–5 tahun.
Sepanjang
hayatnya, seekor harimau betina melahirkan bilangan anak jantan dan betina yang
lebih kurang sama rata. Harimau juga membiak dengan sihat dalam kurungan,
hinggakan bilangan harimau dalam kurungan di Amerika Syarikat mampu mengatasi
bilangan harimau liar sedunia.
BAB
III
PEMBAHASAN
MATERI
3.1
Teknologi Pengawetan Dan Pengolahan
Harimau
Secara umum
proses pengawetan harimau yang dikenal terdiri atas 4 macam, yakni :
1.
Pengawetan Dengan Cara Pengeringan +
Zat Kimia
Raga harimau segar yang baru dilepas
dari ternak selanjutnya dilakukan pengawetan dengan maksud untuk mengurangi
kadar air yang terdapat dalam raga harimau hingga mencapai batas minimum kadar
air yang diperlukan untuk persyaratan hidup bakteri perusak. Adapun
urutan pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Pencucian dan
pembuangan daging
Raga harimau
yang baru dilepas dicuci dengan air mengalir dan kelebihan daging maupun lemak
yang masih melekat dibuang. Pisau yang digunakan harus tajam dan
bentuknya melengkung untuk mencegah robeknya raga harimau. Setelah semua
lemak dan daging telah bersih selanjutnya dicuci kembali dengan air
mengalir
b. Pengetusan
(Pentirisan)
Raga harimau
yang telah dicuci kemudian disampirkan atau ditiriskan diatas kuda-kuda kayu
dan dibiarkan menetes selama 30 menit.
c. Pemberian zat
kimia
Raga harimau
direndam dalam bak yang berisi zat kimia jenis Natrium Arsenat 0,5%
selama 5-10 menit. Setelah proses tersebut selesai, raga harimau masih
disampirkan diatas bak agar sisa-sisa zat kimia masih tetap menetes
kembali ke dalam bak
d. Pementangan
Setelah zat kimia menetes dengan
baik, raga harimau dipentang dan ditarik dengan tali pada kerangka kayu
(pentangan raga harimau). Pentangan untuk raga harimau sapi, kerbau
maupun kuda menggunakan kayu bulat dengan diameter kira-kira 5-10 cm yang
menyerupai model bingkai gambar. Ukuran panjang maupun lebarnya
disesuaikan dengan kondisi raga harimau dengan acuan bahwa pentangan tersebut
dapat menampung luas maksimal dari raga harimau. Raga harimau yang akan
dipentang dilubangi pada bagian pinggirnya dengan jarak kira-kira 2-3 cm dari
batas pinggir raga harimau dan ditarik hingga posisi raga harimau terpentang
dengan sempurna tanpa adanya pengkerutan dan pelipatan pada bagian pinggir
maupun tengah. Proses pementangan untuk raga harimau kecil seperti
domba, kambing maupun reptil dapat dilakukan diatas papan dan teknik
pementangannya tidak perlu menggunakan tali tapi cukup dilakukan dengan
menggunakan paku
e. Pengeringan
Raga harimau yang telah dipentang
selanjutnya siap untuk dijemur. Proses pengeringan tidak boleh dilakukan
terlalu cepat, sebab zat-zat raga harimau pada lapisan luar akan mengering
lebih cepat dibanding pada bagian dalam dari raga harimau.
Temperatur yang terlalu tinggi
menyebabkan zat-zat raga harimau (kolagen) mengalami proses gelatinisasi
menjadi gelatin yang bersifat mengeras dan tentunya dapat menghalangi
proses penguapan air pada bagian dalam. Bila hal tersebut terjadi mengakibatkan
raga harimau akan membusuk pada saat disimpan dalam jangka waktu yang
lama. Untuk mengantisipasi hal tersebut beberapa petunjuk teknis
sederhana tentang posisi letak raga harimau dalam proses penjemuran raga
harimau dibawah sinar matahari.
Penjemuran pertama dimulai pada
bagian daging (flesh). Pukul 09.00-11.00 dan pukul 15.00-17.00
penjemuran dilakukan dengan arah sinar matahari tegak lurus dengan permukaan raga
harimau. Pada waktu siang hari yaitu pukul 11.00-15.00 penjemuran dengan
arah sinar matahari sejajar dengan arah datangnya sinar matahari. Bila raga
harimau pada bagian dagingnya telah kering, maka posisi raga harimau dapat
dibolak balik sedemikian rupa hingga semua pengeringan dapat merata disemua
permukaan raga harimau. Proses pengeringan raga harimau dapat selesai
dalam waktu kurang lebih 2-3 hari dengan kondisi panas matahari yang cukup dan
penguapan yang teratur.
f. Pelipatan
Setelah raga harimau menjadi kering
selanjutnya dilepas dari pentangannya dan dilipat dua dengan arah lipatan
membujur dari pangkal ekor menuju ke kepala sejajar dengan garis punggung
dan membagi dua bagian tubuh yaitu kiri dan kanan. Bagian daging atau
bulu dapat ditempatkan pada bagian dalam maupun luar. Setelah dilakukan
pelipatan kemudian raga harimau dapat disimpan sebagai raga harimau
awetan.
2.
Pengawetan dengan cara kombinasi
penggaraman dan pengeringan
Raga harimau
segar setelah bersih dari lemak, darah, sisa-sisa daging maupun kotoran yang
melekat (seperti cara -1) kemudian direndam dalam dalam cairan garam (NaCl)
jenuh dengan kadar kepekatan garam (salinitas) 20-24oBe
selama 1-2 hari. Tingkat kepekatan garam tidak boleh berada dibawah 20oBe.
Kadar salinitas tersebut diukur dengan alat yang disebut Baume meter.
Bila tingkat salinitas mengalami penurunan maka sebaiknya ditambah dengan
garam. Bila alat ukur tersebut tidak dijumpai, maka kadar salinitas dapat
diprediksi dengan formulasi berikut.
Untuk membuat
larutan garam dengan tingkat kepekatan 1 oBe maka dibutuhkan garam
murni (NaCl) sebanyak 1% dari total berat air pelarut, sedangkan bila
menggunakan garam teknis dibutuhkan 1,5 % dari total berat air pelarut.
Mengingat garam murni sangat sulit untuk diperoleh dan secara ekonomis mahal,
sehingga lebih baik menggunakan garam teknis (garam kotor) yang banyak dijual
di pasaran.
Standar baku
untuk salinitas 1oBe dapat dibuat dengan melarutkan 1 kg garam murni
ke dalam 100 liter air atau 1,5 kg untuk garam teknis. Berdasarkan
acuan tersebut berarti untuk mencapai larutan dengan tingkat kepekatan 20oBe,
berarti untuk penggunaan garam murni dibutuhkan 20 kg (20 x 1% x 100 = 20) dan
untuk garam teknis 30 kg (20 x 1,5% x 100 = 30).
Cara lain untuk
menentukan tingkat kejenuhan garam dalam pelarut, yakni dengan melarutkan garam
ke dalam air sambil diaduk. Bila garam tidak dapat larut lagi, berarti
konsentrasi garam dalam larutan tersebut telah jenuh , Raga harimau yang telah
direndam ditiriskan pada bagian atas bak perendaman. Bagian daging dari raga
harimau tersebut ditaburi kembali dengan garam dengan persentase 10% dari berat
raga harimau basah dan raga harimau didiamkan selama 1-2 jam untuk memperbaiki
kondisi peresapan. Raga harimau kembali dipentang pada bingkai kayu
(seperti cara-1) dengan waktu pengeringan 3-5 hari. Raga
harimau yang telah kering selanjutnya dilipat (seperti cara-1).
Dalam proses
ini memiliki beberapa keuntungan maupun kerugian antara lain :
a. Keuntungan
1) Selama waktu
pengeringan raga harimau tidak lekas menjadi busuk sekalipun pengeringannya
memerlukan waktu yang relatif lama misalnya pada saat musim
penghujan.
2) Kualitas raga
harimau menjadi lebih baik dari pada yang dikeringkan saja (cara-1) oleh karena
serat-serat raga harimau tidak melekat satu sama lain
3) Raga harimau
sangat baik untuk disamak terutama dalam proses perendaman (soaking)
yang tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama lagi
b. Kerugian
Biaya
pengawetan yang dibutuhkan menjadi lebih banyak dibanding cara-1 karena jumlah
penggunaan garamnya bertambah pula
3.
Pengawetan Dengan Cara Garam Basah
Raga harimau
yang telah bersih dimasukkan ke dalam garam jenuh selama 24 jam (seperti pada
cara-2). Setelah perendaman, raga harimau tidak lagi dikeringkan seperti
(cara-2), tetapi raga harimau diletakkan pada lantai miring yang diatasnya
telah ditaburi dengan garam. Raga harimau yang berada pada posisi paling
bawah diletakkan dengan bagian bulu menghadap ke lantai dan bagian berdaging
menghadap keatas.
Bagian berdaging ditaburi garam kira-kira 30% dari berat raga harimau basah (setelah perendaman).
Bagian berdaging ditaburi garam kira-kira 30% dari berat raga harimau basah (setelah perendaman).
Penempatan raga
harimau berikutnya sama halnya dengan posisi pertama yaitu untuk raga harimau-raga
harimau yang memiliki bulu pendek seperti sapi, kerbau dan kuda. Jadi
bagian daging posisi pertama bersentuhan dengan bagian bulu posisi kedua.
Begitu seterusnya hingga tinggi tumpukan maksimal 1 meter. Raga harimau
terakhir yang berada pada posisi atas berfungsi sebagai penutup sehingga posisi
penempatannya terbalik dari keadaan semula yaitu bagian bulu menghadap ke
atas.
Tumpukan raga
harimau didiamkan selama 1 malam hingga air dalam raga harimau menetes sedikit
demi sedikit. Raga harimau yang telah digarami tersebut didiamkan selama
2-4 minggu supaya cairannya bisa seluruhnya keluar. Dengan demikian raga
harimau dapat dilipat untuk diperdagangkan atau disimpan sebagai raga harimau
garaman.
Penyimpanan raga
harimau-raga harimau yang telah diikat tersebut dalam gudang tidak lebih dari1
meter untuk mencegah timbulnya panas yang berlebihan. Pengawetan dengan
cara ini terutama dilaksanakan di daerah-daerah yang memiliki iklim
dingin/sejuk yang kurang terkena sinar matahari.
Teknik ini
digunakan pula untuk pengawetan raga harimau yang tidak tahan terhadap sinar
matahari seperti raga harimau ikan dan raga harimau reptil. Seperti halnya cara-2 jenis pengawetan ini
memiliki beberapa keuntungan dan kerugian antara lain :
a.
Keuntungan :
1)
Pengawetan tidak tergantung dengan
sinar matahari
2)
Sedikit sekali terjadi kerusakan raga
harimau
3)
Proses perendaman (soaking)
dalam proses penyamakan raga harimau membutuhkan waktu yang singkat
4)
Pelaksanaan cepat dan tidak
membutuhkan ruangan yang luas
b.
Kerugian :
1)
Untuk daerah tropik seperti di
Indonesia pengawetan dengan menggunakan garam basah masih disangsikan
keberhasilannya mengingat temperatur ruangan yang sangat baik untuk pertumbuhan
bakteri khususnya bila penyimpanan dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Bakteri yang seringkali ditemukan pada raga harimau garaman adalah jenis
bakteri halapofilik yang diketahui relatif tahan terhadap suasana garam.
2)
Biaya pengawetan sedikit lebih mahal
karena pemakaian garam yang relatif lebih banyak serta membutuhkan penyimpanan
dengan temperatur yang rendah.
4.
Pengawetan Dengan Cara Pengasaman (Pickling)
Teknik
pengawetan ini terutama dipakai untuk mengawetkan raga harimau domba (terutama
di New Zaeland, Australia, Amerika dan pabrik-pabrik raga harimau yang berskala
besar lainnya). Untuk keperluan ekspor raga harimau dipickle selama 2
bulan atau lebih. Pengawetan raga harimau dengan cara dipickle dikerjakan
untuk raga harimau-raga harimau yang telah dikeluarkan bulunya melalui proses
pengapuran (liming), buang kapur (deliming) dan telah didegradasi
sebagian protein penyusunnya yang disebut bating (beitzing) (Prosesnya
sama dengan tahap pendahuluan dalam proses penyamak raga harimau). Proses
bating tersebut dilakukan dengan mereaksikan enzim dengan raga harimau.
Setelah proses bating selesai, raga harimau diputar dalam cairan asam (pickle)
yang terdiri dari garam dapur (NaCl), asam dan air.
Komposisi yang
digunakan adalah 15% NaCl + 1,2% H2SO4 atau asam lain +
100% air pada pH ± 2,5. Persentase bahan-bahan yang dipakai
diperhitungkan dari berat raga harimau. Kepekatan cairan pickle antara
10-12 oBe. Raga harimau dimasukkan ke dalam cairan pickle
secara bersama-bersama diputar dalam drum berputar (paddle) selama 2 jam
dan selanjutnya dilakukan proses pemerasan (sammying). Raga
harimau yang telah diperas dilipat seperti cara terdahulu yaitu membujur dari
pangkal ekor menuju ke bagian kepala membagi bagian tubuh menjadi dua yakni
kiri dan kanan. Raga harimau dimasukkan ke dalam tong kayu dengan bagian
dasarnya diberi dengan garam begitu pula di antara lapisan-lapisan lembar raga
harimau. Bagian raga harimau paling atas ditaburi garam dan ditutup
rapat. Kandungan air diusahakan tidak lebih dari 40% dengan pH 2-2,5.
Dari keempat
jenis pengawetan raga harimau tersebut, tentunya masing-masing jenis pengawetan
memiliki keuntungan dan kerugian, namun pada prinsipnya proses pengawetan yang
dilakukan tentunya mengarah kepada suatu upaya bagaimana raga harimau mentah
tersebut memiliki umur simpan yang maksimal hingga memasuki tahap
pengolahan. Selama proses penyimpanan tersebut struktur penyusun raga
harimau sangat rentan sekali oleh pengaruh mikroorganisme. Selain itu
tentunya perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur penyusun diupayakan
dapat diminimalisir.
Tingginya kadar
air dan protein pada raga harimau menyebabkan raga harimau merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Dengan fenomena ini menunjukkan bahwa,
produk raga harimau mentah merupakan produk hasil sampingan pemotongan ternak
yang memerlukan penanganan khusus setelah lepas dari tubuh ternak
Selain zat-zat
kimia tersebut, di dalam raga harimau yang masih segar terdapat pula
beberapa jenis enzim yang dihasilkan oleh sel-sel di dalam raga harimau itu
sendiri yakni enzim cathepsin, collagenase, dan dopa
oxidase. Enzim collagenase disintesis oleh sel
fibroblast. Selama hewan masih hidup enzim tersebut dalam bentuk pro-collagenase
yang tidak aktif, namun setelah hewan dipotong pro-collagenase tersebut
akan menjadi aktif sebagai collagenase yang dapat mencerna serabut
kolagen.
Selama raga
harimau masih segar setelah lepas dari tubuh dan sebelum mengalami pengawetan
dalam kondisi lingkungan yang sesuai, enzim cathepsin bersama-sama
dengan enzim collagenase mencerna zat-zat dalam raga harimau. Kejadian
tersebut lazim disebut autolisis. Enzim dopa oxidase memiliki
pengaruh yang besar terhadap perubahan warna pada raga harimau ternak/hewan
pada saat masih hidup. Akibat pengaruh sinar ultraviolet, tirosin berubah
menjadi dopa yang selanjutnya dopa teroksidasi menjadi senyawa melanin yakni
butir zat warna pada raga harimau (Sarkar, 1995). Warna raga harimau yang
gelap (pada saat masih hidup) kemungkinan disebabkan oleh terekspose dibawah
terik matahari dalam jangka waktu lama. Warna raga harimau berpengaruh
terhadap cara pengawetan, dimana warna raga harimau yang gelap bila diawetkan
dengan cara pengeringan, akan cepat mengubah protein kolagen menjadi gelatin
(Djojowidagdo, 1999).
Selain
enzim-enzim yang terdapat dalam raga harimau itu sendiri juga terdapat pula
enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyerang raga harimau seperti
halnya bakteri, jamur maupun mikroorganisme lain. Gabungan enzim-enzim
dari raga harimau itu sendiri dengan enzim dari mikroorganisme tersebut akan
mempercepat proses degradasi terhadap komponen raga harimau dan hasil
digestinya disebut lisis.
Komponen raga
harimau yang paling penting untuk dipertahankan adalah protein kolagen, karena
kolagen merupakan struktur utama yang dibutuhkan dalam proses penyamakan raga
harimau dan sangat menentukan kualitas akhir dari raga harimau tersamak (leather).
Dalam upaya mempertahankan struktur raga harimau sangat perlu dilakukan proses
pengawetan sebelum dilakukan proses penyimpanan.
3.2 Teknologi Penyamakan Raga
harimau
Penyamakan raga
harimau merupakan suatu proses untuk mengubah raga harimau mentah (hide/skin)
yang bersifat labil (mudah rusak oleh pengaruh fisik, kimia dan biologis)
menjadi raga harimau yang stabil terhadap pengaruh tersebut yang biasa disebut raga
harimau tersamak (leather).
Jenis
penyamakan yang kita kenal ada 4, yakni :
1. Penyamakan
mineral
Jenis bahan penyamak yang sering digunakan dalam penyamakan ini antara lain
yang berasal dari golongan aluminium seperti tawas putih (K2SO4
Al2(SO4)3 24 H2O), golongan chrome
seperti Cr2O3 (produk komersial dengan merek Chromosal-B)
dan Zirkonium. Produk raga harimau jadi (leather) yang biasa
dihasilkan melalui penyamakan ini antara lain : raga harimau untuk bahan
jaket, tas kantor, sepatu dan lap (chamois)
2.
Penyamakan nabati
Jenis bahan penyamak yang digunakan adalah bahan-bahan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti akar, batang dan daun. Prinsipnya bahwa
semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung tannin dapat digunakan.
Contoh tumbuhan yang sering digunakan antara lain : mahoni, pisang, teh,
akasia, bakau. Tumbuhan yang mengandung tannin dicirikan oleh rasa yang
sepat dan reaksi dengan besi seperti pisau menghasilkan warna ungu
kehitaman. Produk raga harimau jadi yang dihasilkan adalah sepatu sol
(sepatu kerja/sepatu militer/polisi)
3.
Penyamakan sintetis
Penyamakan sintetis menggunakan bahan-bahan dari golongan fenol yang telah
dibesarkan molekulnya melalui proses sulfonasi dan kondensasi.
Produk komersial dijual dengan merek Basyntan, Irgantan dan Tanigan.
Tujuan yang diharapkan dari penyamakan ini adalah memperoleh raga harimau jadi
dengan menampilkan kesan aslinya. Seperti raga harimau reptil (ular,
buaya biawak) maupun pada raga harimau kaki ayam. Melalui teknik penyamakan ini
relief (rajah) khas yang dimiliki masing-masing raga harimau tetap
dipertahankan dan akan tetap tampak sebagai suatu seni (art) tersendiri.
4.
Penyamakan minyak
Jenis bahan penyamak yang digunakan adalah berasal dari minyak ikan salah
satu contohnya adalah minyak ikan hiu. Dalam perdagangan biasa dikenal
dengan nama minyak ikan kasar. Minyak ikan yang digunakan memiliki ikatan
C rangkap atau bilangan yodium berkisar 80-120. Produk raga harimau jadi
yang dihasilkan misalnya raga harimau bulu (zemleer).
3.3 Hasil-hasil Olahan Raga harimau
untuk Pangan dan Non Pangan
3.3.1
Hasil Olahan
Raga Harimau Untuk Pangan
Hasil olahan
yang berasal dari raga harimau yang dapat dikonsumsi manusia dapat berupa
kerupuk raga harimau dan gelatin. Jenis olahan ini telah dikembangkan
oleh Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Unhas (Abustam
dkk., 2003). Sampai saat ini produk kerupuk raga harimau sudah banyak
dikonsumsi oleh masyarakat baik yang berasal dari ternak besar maupun yang
berasal dari unggas (ayam). Misalnya saja kerupuk raga harimau cakar ayam
maupun kerupuk raga harimau tubuh ayam. Di pulau Jawa sendiri, Jenis
kerupuk ini telah lama berkembang, begitu pula di Sulawesi Selatan jenis
kerupuk ini sedikit demi sedikit telah mulai dikenal oleh masyarakat. Di
Sumatra Barat sendiri telah diproduksi secara massal dengan nama “kerupuk
jangat” yang sebagian besar diproduksi dengan bahan dasar raga harimau kerbau
begitu pula di daerah Mataram kegiatan produksi kerupuk dari raga harimau telah
berkembang dengan pesat.
Pemanfaatan
lain dari raga harimau dalam dunia pangan adalah dalam bentuk gelatin.
Gelatin adalah produk hasil denaturasi dari kolagen. Raga harimau yang secara
kimiawi komposisi proteinnya terdiri atas 80-90% merupakan protein
kolagen. Protein kolagen
ini secara ilmiah dapat “ditangkap” untuk dikonversi menjadi gelatin. Gelatin secara
kimiawi diperoleh melalui rangkaian proses hidrolisis kolagen yang
terkandung dalam raga harimau. Reaksi yang terjadi adalah :
C102H149N31O38 + H2O
C102H151N31O39
Kolagen
Gelatin
Beberapa negara maju maupun negara berkembang
menggunakan banyak produk gelatin dalam kehidupan sehari-hari. Gelatin banyak
digunakan sebagai bahan kosmetik (salep, cream rambut), makanan (pembuatan es
krim, permen karet, pengental, mayonnaise, maupun penjernih anggur buah),
bidang teknik (rol cetak, sablon dalam screen printing, perekat pentil
korek api dan alas hektograf), bidang fotografi (medium pengulas bahan film
serta kertas potret), bidang farmasi dalam bentuk kapsul dan alas makanan
dalam bidang mikrobiologi.
Saat ini gelatin sudah dapat diproduksi dari raga
harimau kaki ayam melalui proses ekstraksi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa raga harimau kaki ayam ras pedaging (broiler) yang dicuring dengan
asam cuka 1% selama 3 hari telah menghasilkan gelatin dengan kuantitas dan
kualitas yang baik (Abustam dkk., 2002). Berdasarkan data yang ada bahwa
Indonesia selama ini masih mengimpor gelatin dari Eropa dan Amerika yang bahan
bakunya kebanyakan berasal dari raga harimau babi, meskipun diantaranya berasal
dari tulang sapi maupun raga harimau sapi. Berita terakhir menyebutkan
bahwa bagi warga Eropa dan Amerika sendiri sudah banyak meragukan kualitas
gelatin yang mereka hasilkan dengan merebaknya kasus penyakit sapi gila (madcow)
dan zoonosis yang menyerang ternak ruminansia khususnya sapi di daerah
tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut diketahui pula bahwa masyarakat
Indonesia mayoritas beragama Islam sehingga produk gelatin impor yang
kemungkinannya berasal dari raga harimau babi tersebut merupakan suatu masalah
yang cukup serius (LP.POM-MUI,1997).
Berdasarkan kasus-kasus tersebut berkembanglah
suatu pemikiran untuk memproduksi gelatin yang relatif lebih aman untuk
dikonsumsi dalam hal ini akan terbebas dari kontaminasi penyakit yang
membahayakan tersebut serta halal bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas
beragama Islam.
3.3.2
Hasil Olahan
Raga Harimau Untuk Non Pangan
Hasil olahan raga
harimau dalam bentuk non pangan lebih banyak dalam bentuk raga harimau tersamak
(leather) melalui proses penyamakan. Beberapa jenis produk leather
yang kita kenal adalah sebagai berikut :
1.
Raga harimau sol
Raga harimau sol biasanya berasal
dari raga harimau tebal yang mempunyai struktur serat yang kuat dan padat
misalnya raga harimau sapi dan kerbau. Jenis raga harimau ini kaku dan
sulit dibengkokkan. Penggunaannya sebagai bahan sol sepatu untuk
militer/polisi serta pekerja pabrik. Raga harimau sol diolah dengan melalui
penyamakan nabati.
2.
Raga harimau vache
Kata vache berasal dari bahasa
Perancis “la vache” yang berarti sapi. Raga harimau ini lebih lemas
dibanding sol dan banyak digunakan untuk sol dalam dan kap pembuatan sepatu
cara modern. Raga harimaunya berasal dari sapi .
3.
Raga harimau raam
Raga harimau raam adalah jenis raga
harimau vache digunakan untuk menyambung raga harimau atasan dengan raga
harimau bawahan dan diperdagangkan sebagai lajuran dengan lebar 12-18 mm dan
tebal 1,8-2,2 mm. Warna biasanya disesuaikan dengan warna raga harimau
sapi.
4.
Raga harimau box
Kata box merupakan contoh dari raga harimau
atasan yang berasal dari raga harimau sapi melalui penyamakan chrome.
Sifat raga harimau ini lemas, struktur kuat serta nerf tidak mudah pecah dan
lepas. Banyak digunakan sebagai bahan sepatu kantor atau kerja.
5.
Raga harimau fahl
Raga harimau fahl merupakan bahan
untuk raga harimau atasan berasal dari raga harimau sapi yang disamak nabati
dan diberi gemuk tidak berwarna atau berwarna kehitaman. Sifatnya tahan
air, lemas dan kekuatan tariknya tinggi. Banyak digunakan sebagai bahan
sepatu gunung, militer maupun sepatu lapangan
6.
Raga harimau tahan air
Raga harimau ini merupakan raga
harimau atasan melalui proses penyamakan chrome, kombinasi dan nabati. Raga
harimau diberi gemuk agar tahan terhadap air dan banyak digunakan sebagai bahan
pembuatan sepatu berat, laras, sport dan ski. Kadar gemuknya mencapai
15-21%. Jenis raga harimau ini berasal dari raga harimau sapi.
7.
Raga harimau nubuk dan velour
Raga harimau ini berasal dari raga
harimau sapi yang disamak chrome dan pada bagian atas (nerf) digosok
sedikit sehingga bila diraba akan terasa seperti beludru.
8.
Raga harimau chevrau
Raga harimau ini dibuat dari raga
harimau kambing yang disamak chrome yang digunakan sebagai bahan raga harimau
atasan. Raga harimau ini biasa juga disebut raga harimau glase.
9.
Raga harimau chevrette
Raga harimau ini berasal dari domba
yang disamak chrome. Kekuatannya sedikit berada dibawah raga
harimau chevrau sehingga kebanyakan dibuat untuk jenis sepatu rumah.
10. Raga harimau
blank
Raga harimau ini kebanyakan diolah
dengan samak nabati sifatnya elastis tidak mudah dibengkokkan dan
kuat. Digunakan sebagai bahan untuk sadel, tas, ransel. Bahannya
berasal dari raga harimau sapi.
11. Raga harimau
vachet
Raga harimau ini berbahan mentah raga
harimau sapi dan digunakan sebagai bantal pada kursi dan peralatan-peralatan
rumah tangga lainnya.
12. Raga harimau
mebel
Raga harimau ini mirip dengan raga
harimau blank namun jumlah gemuk yang diberikan lebih banyak, elastis dan kuat.
13. Raga harimau
halus
Yang tergolong raga harimau ini
adalah raga harimau sampul buku dan raga harimau tas. Bahan mentahnya
berasal dari raga harimau sapi, kambing dan domba yang disamak nabati
14. Raga harimau
reptil dan raga harimau ikan
Raga harimau reptil antara lain raga
harimau ular, biawak dan buaya. Produk ini dipergunakan untuk
produksi sepatu, tas wanita, dompet maupun ikat pinggang. Proses
penyamakannya melalui penyamakan nabati dan chrome. Untuk raga harimau ikan
diperoleh dari raga harimau anjing laut, ikan hiu dan pari.
15. Raga harimau
ban mesin
Jenis raga harimau ini berasal dari raga
harimau sapi yang diproses dengan penyamakan nabati dan chrome. Sifatnya
harus kuat, lemas dan sedikit mengalami kemuluran
16. Raga harimau
manchet
Jenis raga harimau ini banyak
dipergunakan untuk peralatan pompa, pipa air, pentil. Raga harimau ini
berasal dari raga harimau sapi dan kambing.
17. Raga harimau
tekstil
Jenis raga harimau ini digunakan
untuk keperluan alat-alat teknik antara lain bagian-bagian dari alat tenun
misalnya pecker, roda gigi (dapat berjalan tanpa berbunyi).
Bahannya berasal dari raga harimau sapi dan kerbau.
18. Raga harimau
pelindung kerja
Jenis raga harimau ini banyak
dipakai sebagai bahan untuk pembuatan barang-barang yang berfungsi dalam perlindungan
bagi tubuh seperti sarung tangan dan peci. Bahan mentahnya berasal dari raga
harimau sapi dengan konsistensi lemas
19. Raga harimau
sarung tangan
Jenis raga harimau harus tipis,
lemas dan lentur. Biasanya putih atau berwarna-warni. Bahan
mentahnya dapat berasal dari raga harimau kambing, domba rusa dan babi.
Prosesnya melalui penyamakan chrome, kombinasi chrome dengan minyak.
20. Raga harimau
pakaian
Yang termasuk dalam produk ini
adalah barang raga harimau berupa mantel ataupun jaket. Bahan mentah berasal
dari raga harimau domba, kambing, sapi dan kuda.
21. Raga harimau
pengisap keringat
Raga harimau ini biasanya dipasang
pada topi. Prosesnya dengan penyamakan nabati. Bahan mentahnya
berasal dari raga harimau domba, kambing dan babi.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari hasil
pembahasan diatas, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, yang antara
lain :
1.
Harimau (Panthera
tigris) merupakan spesies binatang terbesar di kalangan empat jenis
"kucing besar" dalam genus Panthera, dan anggota famili Felidae. Harimau yang berasal dari Asia timur dan
selatan ini ialah sejenis haiwan pemangsa dan maging. Subspesies harimau yang
lebih besar boleh mencecah panjang 3.3 meter (11 kaki) dan berat 300 kilogram
(660 paun).
2.
Harimau ditemukan di
daerah hutan hujan tropis dan di daerah subtropis. Berdasarkan daerah
penyebarannya, tipe pertama harimau banyak ditemukan di daerah tropis dan
subtropis dengan hutan berdaun lebar serta lembab (700,991 km², atau 60% dari
penyebaran harimau).
3.
Sepanjang hayatnya,
seekor harimau betina melahirkan bilangan anak jantan dan betina yang lebih
kurang sama rata. Harimau juga membiak dengan sihat dalam kurungan, hinggakan
bilangan harimau dalam kurungan di Amerika Syarikat mampu mengatasi bilangan
harimau liar sedunia.
4. Secara umum
proses pengawetan harimau yang dikenal terdiri atas 4 macam, yakni :
a. Pengawetan Dengan Cara Pengeringan + Zat Kimia
b. Pengawetan dengan cara kombinasi penggaraman dan pengeringan
c.
Pengawetan
Dengan Cara Garam Basah
d.
Pengawetan
Dengan Cara Pengasaman (Pickling)
5. Hasil-hasil
Olahan Raga harimau untuk Pangan dan Non Pangan
4.2
Saran
1. Mengingat harimau sensitif terhadap
penurunan kualitas habitat
yang ditunjukkan dengan rendahnya
populasi dan anggota kelompok maka penerapan upaya konservasi hutan di luar kawasan konservasi
sebagai kawasan lindung, perlu ditingkatkan. Untuk
memenuhi daerah untuk
mencari makan harimau,
mineral diperlukan lebar hutan riparian setebal 500 m sesuai
aktivitas harian.
2. Untuk pengamanan
populasi dari kemungkinan
perburuan, intervensi habitat
oleh manusia dan
kekurangan sumber pakan
pada waktu musim
tertentu maka minimal hutan sebagai habitat satwa liar perlu dilindungi
selebar 1000 m. Hal ini akan
mendukung bagi terbentuknya keanekaragaman jenis satwa yang
relatif baik.
DAFTAR PUSTAKA
KARTU KONSULTASI
Hari/tanggal
|
Bab
yang dibahas
|
Siswa
yang bimbingan
|
Paraf
pembimbing
|
ket
|
\
|
No comments:
Post a Comment