KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah bertema ” Telaah Aqidah Akhlak Kelas XI ” sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Telaah Materi PAI III
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami mendapatkan begitu banyak bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan banyak terimakasih kepada siapa saja yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat dalam segala bentuk belajar mengajar, Sehingga dapat mempermudah pencapaian tujuan pendidikan nasional. Namun makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu saya mengharap kritik dan sarannya yang akan menjadikan makalah ini lebih baik.
Daftar isi
Kata pengantar......................................................................................................... i
Daftar isi.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Deskripsi Kurikulum.................................................................................... 3
B. Analisis Silabus......................................................................................... 15
C. Analisis SWOT.......................................................................................... 20
D. Problematika Pengajaran........................................................................... 24
E. Penyelesaian Masalah................................................................................ 24
BAB III PENUTUP............................................................................................. 27
A. Simpulan.................................................................................................... 27
B. Kritik dan Saran........................................................................................ 28
REFERENSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi pendidikan agama Islam untuk membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama, dan ditujukan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Untuk merespons beragam kebutuhan masyarakat modern, seluruh elemen dan komponen bangsa harus menyiapkan generasi masa depan yang tangguh melalui beragam ikhtiyar komprehensif. Hal ini dilakukan agar seluruh potensi generasi dapat tumbuh kembang menjadi hamba Allah yang dengan karakteristik beragama secara baik, memiliki cita rasa religiusitas, mampu memancarkan kedamaian dalam totalitas kehidupannya. Aktivitas beragama bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat dengan mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak yang terjadi dalam diri seseorang dalam beragam dimensinya. Sebagai ajaran yang sempurna dan fungsional, agama Islam harus diajarkan dan diamalkan dalam kehidupan nyata, sehingga akan menjamin terciptanya kehidupan yang damai dan tenteram. Oleh karenanya, untuk mengoptimalkan layanan pendidikan Islam di Madrasah, ajaran Islam yang begitu sempurna dan luas perlu dikemas menjadi beberapa mata pelajaran yang secara linear akan dipelajari menurut jenjangnya.
Pengemasan ajaran Islam dalam bentuk mata pelajaran di lingkungan Madrasah dikelompokkan sebagai berikut; diajarkan mulai jenjang Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu-ilmu Sosial, Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya, serta Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) meliputi; a) Al-Qur’an-Hadis b) Akidah Akhlak c) Fikih d) Sejarah
Kebudayaan Islam. Pada jenjang Madrasah Aliyah Peminatan Ilmu-ilmu Keagamaan dikembangkan kajian khusus mata pelajaran yaitu: a) Tafsir-Ilmu Tafsir b) Hadis-Ilmu Hadis c) Fikih-Ushul Fikih d) Ilmu Kalam dan e) Akhlak. Untuk mendukung pendalaman kajian ilmu-ilmu keagamaan pada peminatan keagamaan, peserta didik dibekali dengan pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Bahasa Arab. Sebagaimana kaidah Ushul Fikih, mālā yatimmu al-wājibu illā bihī fahuwa wājibun, (suatu kewajiban tidak menjadi sempurna tanpa adanya hal lain yang menjadi pendukungnya, maka hal lain tersebut menjadi wajib
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi tentang kurikulum?
2. Seperti apa ruang lingkup SK 6 Akidah Akhlak?
3. Bagaimana analisis silabus SK 6 Akidah Akhlak?
4. Apa probelmatika silabus SK 6 Akidah Akhlak?
5. Bagaimana alternatif penyelesaian masalah SK 6 Akidah Akhlak?
C. Tujuan Penulisann
1. Dapat mengetahui deskripsi tentang kurikulum.
2. Mengetahui ruang lingkup SK 6 Akidah Akhlak.
3. Dapat menganalisis silabus SK 6 Akidah Akhlak
4. mengetahui probelmatika SK 6 Akidah Akhlak
5. dapat menemukan alternatif penyelesaian masalah SK 6 Akidah Akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Diskripsi Kurikulum
Kurikulum Pendidikan Agama Islam merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kurikulum sebagai program pendidikan ini berfungsi sebagai pedoman dan alat dalam menyelenggarakan kependidikan dan kegiatan pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan. adapun fungsi lain dari kurikulum, yaitu sebagai berikut :
1) Kurikulum berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan.
2) Kurikulum sebagai batasan dari program kegiatan pada tingkatan pendidikan.
3) Kurikulum sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran
Berdasarkan penjelasan fungsi kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan komponen dari pendidikan yang memegang peranan yang begitu penting, termasuk bagi pelaksanaan dan penyelenggaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kurikulum Aqidah Akhlak merupakan salah satu bagian integral dari Pendidikan Agama Islam. Sehubungan dengan ini, kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam memiliki peran yang sangat mendukung dalam pencapaian tujuan dari kurikulum Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, dalam merencanakan dan menyusun kurikulum, guru diharapkan agar cermat dan teliti. Karena, sebuah kurikulum itu memiliki sejumlah komponen yang saling terkait erat satu sama lain. Dan secara teoritis, penyusunan kurikulum harus berdasarkan asas dan orientasi tertentu.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami menganggap bahwa penulisan mengenai Telaah Kurikulum Aqidah Akhlak ini sangat penting
untuk dibahas, karena mengingat peranan dan fungsinya yang cukup penting dalam pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di madrasah adalah pendidikan agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
1. Identitas Materi
Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah/SMP. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari dan memperdalam aqidah-akhlak sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat dan/atau memasuki lapangan kerja. Pada aspek aqidah ditekankan pada pemahaman dan pengamalan prinsip-prinsip aqidah Islam, metode peningkatan kualitas aqidah, wawasan tentang aliran-aliran dalam aqidah Islam sebagai landasan dalam pengamalan iman yang inklusif dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman tentang macam-macam tauhid seperti tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, tauhid ash-shifat wa al-af’al, tauhid rahmaniyah, tauhid mulkiyah, dan lain-lain serta perbuatan syirk dan implikasinya dalam kehidupan. Sedangkan pada aspek akhlak di samping berupa pembiasaan dalam menjalankan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik, juga mulai diperkenalkan tasawuf dan metode peningkatan kualitas akhlak.
Secara substansial mata pelajaran Aqidah-Akhlak di MA memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan aqidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-Akhlaq al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.
2. Standar Kompetensi/Kompetensi Inti
1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2) Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3) Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesiϐik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, sertamampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
3. Kompetensi Dasar
· Menghayati nilai-nilai positif dalam pergaulan remaja
1) Memiliki sikap positif dari adab berpakaian an berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
· Menghindari perilaku pergaulan remaja yang tidak sesuai dengan akhlak Islam dalam fenomena kehidupan Buku Guru Kelas XI 98
1) Memiliki sikap yang tegas menghindari perilaku pergaulan remaja yang tidak sesuai dengan akhlak Islami dalam fenomena kehidupan.
· Memahami pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja
1) Menjelaskan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja
2) Menunjukkan bentuk dan contoh-contoh perilaku terpuji dalam pergaulan remaja
3) Menyebutkan bentuk-bentuk akhlak tercela dalam pergaulan remaja
· Menunjukkan contoh akhlak terpuji dalam pergaulan remaja
1) Mendemonstrasikan contoh akhlak terpuji dalam pergaulan remaja
4. Indikator
1) Menjelaskan Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
2) Mendeskripsikan Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
3) Menganalisis tentang Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
4) Menyimpulkan tentang Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
5. Tujuan dan Orientasi
Mata pelajaran Aqidah-Akhlak bertujuan untuk:
1) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT;
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai aqidah Islam.
6. Materi Pembelajaran
AKHLAK PERGAULAN REMAJA
A. Perilaku Terpuji dalam Pergaulan Remaja
Remaja adalah kelompok dari manusia yang baru tumbuh dari masa kanak-kanak kemasa dewasa, yaitu antara usia 13-19 tahun. Sebelum masa remaja , seorang anak akan melewati masa peralihan (adolesen) yaitu antara usia 9- 13 tahun, yang dikenal sebagai masa pubertas. Dalam masa ini seorang anak memiliki dorongan kuat untuk mengaktualisasikan diri menurut jenis kelamin untuk mendapatkan pengakuan sebagai penegasan identitas diri baik dari segi ϐisik maupun biologis. Masa remaja adalah masa yang labil bagi anak.
1. Perilaku terpuji dalam pergaulan remaja
a. Persaudaraan (ukhuwah)
Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari perbuatan zina, islam telah membuat batasan-batasan sebagai berikut :
1) Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. 99 Akidah Akhlak Kurikulum 2013
2) Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik.
b. Mengembangkan wawasan keilmuan
c. Menghormati dan menghargai (tasamuh)
2. Nilai positif perilaku terpuji dalam pergaulan remaja
a. Menumbuhkan sikap arif dan bijaksana
b. Menumbuhkan sikap disiplin diri
c. Menumbuhkan sikap mandiri
d. Menumbuhkan sikap tanggungjawab
3. Membiasakan perilaku terpuji dalam pergaulan remaja
a. Menutup Aurat
b. Mengajak untuk berbuat kebaikan
c. Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat
d. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
e. Bersikap santun dan tidak sombong
B. Perilaku Tercela dalam Pergaulan Remaja
Perilaku tercela remaja mengambil bentuk dengan apa yang kemudian disitilahkan dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal.
1. Perilaku tercela dalam pergaulan remaja
a. Pergaulan bebas (free sex)
b. Tawuran antar pelajar
c. Mengkonsumsi minuman keras
d. Penyalahgunaan narkoba
2. Nilai negatif perilaku tercela dalam pergaulan remaja
a. Bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama
b. Hilangnya budaya malu
c. Menimbulkan masalah kesehatan
3. Menghindari perilaku tercela dalam pergaulan remaja
a. Meningkatkan kadar iman dan amal sholeh
b. Meningkatkan kualitas ahlak dan etika bergaul
c. Mengatur waktu dengan baik
7. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran
a. Strategi : Contectual Teaching Learning (CTL)
Keterangan
Strategi Contectual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
b. Model : Kooperatif
Keterangan
Model pembelajaran Kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok untuk mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Pendekatan : Analisis dan pendekatan proses
Keterangan
Definisi dari pendekatan adalah proses, perbuatan atau cara untuk mendekati. Sedangkan pendekatan Analisis (Analytical Approach) merupakan pendekatan yang didasarkan pada seperangkat ungkapan-ungkapan dan asumsi-asumsi. Pendekatan Proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses.
d. Metode
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap indicator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Berikut akan kami paparkan dan dikaji secara detai macam-macam metode pembelajaran yang efektif untuk dapat dilaksanakan. Khususnya para pendidik atau juga para calon pendidik. Selama ini kita hanya familiar atau bahkan selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah. padahal banyak sekali selain metode tersebut yang dapat digunakan dan efektif dalam usaha meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang kita sampaikan dan pada akhirnya tujuan dari pembelajaran yang sudah kita tetapkan di awal tercapai dengan baik dan akan tecipta pembelajaran yang berkualitas serta tercipta pengalaman-pengalaman yang menarik. Berikut ini metode yang kami coba terapkan pada pembelajaran Aqidah Akhlak. Metode tersebut antara lain : Ceramah, pemutaran video, apresepsi dan diskusi, metode resitrasi (recitation method), metode perancangan (projeck method), metode discovery, metode inquiry, metode belajar cooperative script, metode jigsaw, metode mind mapping dan metode pemberian tugas.
Keterangan :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya atau peserta didik. Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2. Metode Resitrasi (Pemberian Tugas)
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri dari buku pelajaran atau materi yang disampaikan oleh guru. (http://re-searchengines.com/art05-65.html).
3. Metode Discovery
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
4. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).
5. Metode Belajar Cooperative script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
6. Metode Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
7. Metode Mind Mapping
Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada. Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.
8. Metode Keteladanan
yaitu memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidik. Pelajar cenderung meneladani pendidiknya, ini dilakukan oleh semua ahli pendidikan, baik di barat maupun di timur. Dasarnya karena secara psikologis pelajar memang senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi yang tidak baik juga ditiru.
9. Metode Pembiasaan
Yaitu membiasakan seorang peserta didik untuk melakukan sesuatu sejak dia lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan, jadi sesuatu yang dilakukan peserta didik hari ini akan diulang keesokan harinya dan begitu seterusnya.
10. Metode Ibrah dan Mau’idzah
Metode Ibrah adalah penyajian bahan pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar pembelajar dalam menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar. Sedangkan metode Mau’izah adalah pemberian motivasi dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam melakukan perbuatan.
8. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan
|
Waktu
|
Aspek life skill
|
Pertemuan ke pertama (ke 1) ( 2 x 45 Menit )
§ Kegiatan Awal :
Apersepsi dan Motivasi :
- Memberikan salam pembuka
- Menanyakan kepada siswa tentang Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
- Memotivasi siswa untuk mempelajari Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
§ Kegiatan inti
Eksplorasi
- Tanya jawab awal tentang Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
- Guru memberikan ilustrasi tentang Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
- Guru menyebutkan Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
Elaborasi
- Mendiskusikan dalam kelompok tentang Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
Konfirmasi
- Siswa mempresentasi hasil diskusi kelompok tentang Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
§ Kegiatan penutup.
- Guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
- Guru memberikan tes secara lisan tentang Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
- Memberikan salam penutup
|
10
65
15
|
Pemahaman Konsep
|
9. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Penilaian
|
Contoh Instrumen
|
Ø Menjelaskan tata cara pergaulan remaja
|
Tes Tulis
|
Uraian
|
Ø Jelaskan tata cara pergaulan remaja?
|
Ø Memberi contoh prilaku terpuji dalam pergaulan remaja
|
Tes Tulis
|
Jawab Singkat
|
Ø Sebutkan contoh prilaku terpuji dalam pergaulan remaja ?
|
Ø Membandingkan pergaulam islami dan pergaulan yang tidak islami
|
Tes Tulis
|
Uraian
|
Ø Jelaskan perbedaan pergaulam islami dan pergaulan yang tidak islami ?
|
10. Sumber dan Referensi Pembelajaran
ü Internet dan Intranet
ü Buku paket Aqidah Akhlak yang relevan
ü LKS Aqidah Akhlak
ü LCD
ü Dll
B. Analisis Komprehensif Silabus dan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Dari format silabus yang dijadikan sebagai studi kasus dalam makalah ini, secara garis besar didapatkan temuan-temuan sebagai berikut (lihat tabel):
Tabel Kesesuaian Materi Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas X dengan Prinsip-Prinsip Pengembangan
No
|
Prinsip Pengembangan
|
Hasil Analisis
| ||
Terpenuhi
|
Cukup
|
Kurang
| ||
1
|
Ilmiah
|
✓
| ||
2
|
Relevan
|
✓
| ||
3
|
Sistematis
|
✓
| ||
4
|
Konsisten
|
✓
| ||
5
|
Memadai
|
✓
| ||
6
|
Aktual dan kontekstual
|
✓
| ||
7
|
Fleksibel
|
✓
| ||
8
|
Menyeluruh
|
✓
| ||
9
|
Efektif
|
✓
| ||
10
|
Efisien
|
✓
|
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa, kesesuaian silabus yang dirumuskan dengan prinsip-prinsip pengembangan yang seharusnya menjadi rujukan dalam merancang dan membangun pelajaran SKI agar maksiamal dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Aspek Prinsip Ilmiah
Pada aspek keilmiahan menunjukkan materi dan kegiatan yang termuat dalam komponen silabus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Pengembangan indilkator, materi pembelajarn, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar telah mengacu pada pencapaian kompetensi dasar dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan sumber daya yang ada dan berpedoman pada standar isi yang ditetapkan oleh PEMENAG No 2 tahun 2008 dan hal itu menjadikan materi ini sesuai bila digunakan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak
2) Aspek Relevansi
Pada aspek relevansi yang termuat dalam materi indikator dan teknik penilaian pembelajaran cukup menunjukkan adanya keterkaitan terhadap kompetensi dasar, namun akan lebih baik jika siswa juga melakukan eksplorasi terhadap potensi-potensi belajar lain.
3) Aspek Sistematis
Pada aspek silabus terlihat adanya hubungan fungsional antar komponen-komponen silabus dalam mencapai kompetensi. Hal tersebut menunjukan bahwa aspek ini sudah terpenuhi. Silabus yang dirancang dengan sistematis menjadikan materi yang akan disampaikan dapat diajarkan kepada siswa dengan runtut. Dalam penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per-semester. Implementasi pemelajaran per-semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan kurikulum yang ada. Dalam merumuskan silabus harus dibuat dengan runtut dan terdiri dari beberapa komponen dan harus disusun secara sistematis. Komponen yang terdapat dalam silabus meliputi: Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) atau Kompetensi Inti (KI), Hasil belajar, indicator hasil belajar, meteri pokok, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, penilaian, sarana dan sumber belajar. Pelaksanaan strategi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan menuntut guru untuk bisa menjabarkan rencana pembelajaran secara sistematis dengan target lebih konkret, serta didukung pula dengan penggunaan metode dan media yang tepat.
4) Aspek Konsisten
Pada aspek ini, di dalam komponen-komponen silabus tersebut telah ada hubungan yang tetap antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian. Pada aspek ini konsitensinya telah terpenuhi, ini menandakan adanya hubungan yang terus-menerus dan saling berkesinambungan antara komponen-komponen tersebut. Konsistensi sangat diperlukan karena menghidari perubahan-perubahan yang menyebabkan pembelajaran tidak dapat terlaksana dengan maksimal dan akan membuat guru kebingungan ketika menyampaikan materi ajar dan siswa pun akan dibuat kebingunan karena ketidak konsistensinan antara komponen-komponen yang ada pada meteri pembelajaran yang digunakan.
5) Aspek Memadai
artinya cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Pada aspek ini dirasa cukup terpenuhi. Pada pengalaman belajar akan menjadi contoh bagi para siswa tetapi tidak dapat menyeluruh. Maka dari itu pada aspek ini kami rasa sudah cukup terpenuhi
6) Aspek Aktual Dan Kontekstual
cakupan indikator dan sistem penilaian kurang memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dengan peristiwa yang terjadi. Sering kali saat pembelajaran. Pada pelajaran Aqidah Akhlak banyak pelajaran yang harus menggunakan sikap dan tingkah laku dan juga kenyataan yang ada. Maka dari itu pada kenyataannya harus disesuaikan dengan baik dan diajarkan untuk memperteguh keimanan para peserta didik
7) Aspek Fleksibel
Pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas XI ini SK maupun KD yang diajarkan sudah cukup fleksible. Artinya materi yang akan diajarkan juga bisa dosesuaikan mengikuti perkembangan zaman.
8) Aspek Menyeluruh
Dalam silabus dan pelaksanaan pembelajaran belum sepenuhnya menunjukkan keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotori) seperti dalam taksonomi Bloom. Pada gambaran silabus tersebut tujuan Psikomotorik lebih banyak ditonjolkan, tujuan psikomotorik (yang terdiri dari meniru, menggunakan, ketepatan, merangkaikan dan naturalisasi) sudah terpenuhi. Karena pada pembelajaran kali ini akan lebih banyak menekankan pada sikap dan perilaku dalam pergaulan remaja, sehingga dalam pergaulan remaja nanti tidak terjerumus kedalam pergaulan yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Selain itu aspek kognitif dan juga afektif juga sudah terpenuhi. Karena dalam pembelajarannya juga terdapat beberapa materi sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi para siswa dan untuk pedoman dalam pergaulannya pada masa remaja nanti
9) Aspek Efektif
Komponen-komponen silabus cukup menggambarkan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran. Namun untuk komponen penilaian tes yang dikembangkan belum menunjukkan efektifitas guru dalam mengumpulkan informasi tentang tingkat penguasaan materi pelajaran siswa yang diajarnya atau efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Artinya skala yang digunakan oleh guru dalam menilai hasil belajarnya hanya berdasarkan tujuan kognitif saja, sementara itu penilaian tentang tujuan afektif dan psikomotorik belum dimunculkan. Proses pembelajaran dapat berlangsung efektif manakala dilaksanakan oleh guru profesional dan dijiwai semangat profesionalisme yang tinggi. Guru professional adalah guru yang memiliki keahlian yang memadai, rasa tanggung jawab yang tinggi serta memiliki rasa kebersamaan. Mereka mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai pendidik dan bertanggung jawab mempersiapkan siswa bagi perannya dimasa depan. S. Nasution dalam bukunya M. Saekhan Muchith menjelaskan bahwa pembelajaran yang efektif tidak cukup hanya ditentukan oleh kemampuan atau kualitas guru saja, tetapi juga ditentukan oleh berbagai elemen atau faktor secara simultan. Oleh sebab itu dalam melaksanakan pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan untuk melaksanakan perencanaan atau persiapan yang matang. Salah satu perencanaan harus didasarkan atas kondisi atau potensi yang dimiliki oleh siswa.
10) Aspek Efisien
Efisiensi waktu dirasa sudah cukup. Karena pada penyampaian materi ini tidak terlalu membutuhkan banyak waktu. Karena pada materi Aqidah Akhlak tidak begitu banyak materi
Demikian uraian analisis dari silabus dan materi dari mata pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI di Madrasah Aliyah yang telah ditampilkan..
C. Analisis SWOT Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang. Namun, pada kesempatan kali ini analisis SWOT digunakan dalam menganalisa mata pelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah kela XI. Atau definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para pengguna analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang dihadapi.
1. Strength (kekuatan).
Faktor-faktor kekuatan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas XI meliputi kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif pelajaran tersebut. Hal-hal yang menjadi kekuatan atau kelebihan dari Materi meliputi :
a. Membentuk watak dan kepribadian umat. Sebab, dengan mempelajariAqidah akhlak kelas XI generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang dapat meningkatkan keimanan dan juga membentuk sikap maupun perilaku siswa yang berakhlak baik
b. Pelajaran Aqidah Akhlak Pelajaran yang dapat meningkatkan keimanan para siswa dan membentuk akhlak yang baik bagi para siswa
c. Pembelajaran Aqidah Akhlak disesuaikan dengan kebutuhan para peserta dan melalui pembaharuan setiap perkembangan zaman. Maka dari itu mata pelajaran Aqidah Akhlak sangat cocok untuk membina karakter bangsa.
d. Pada materi Aqidah Akhlak di dalam Buku Kurikulum 2013, komponen materi disusun sangat runtut, detail dan disertakan pula potret gambaran yang berhubungan dengan materi yang disampaikan, sehingga siswa akan tertarik untuk membaca buku pelajaran tersebut. Dan disertakan sebuah bagan atau skema (peta konsep) yang bisa memudahkan pemahan siswa.
e. Dalam Buku Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XI Kurikulum 2013 menggunakan kalimat yang mudah dipahami oleh siswa dan penjelasan yang sederhana menjadikan siswa tidak merasa kebingungan apabila ingin mempelajari sendiri di rumah.
f. Di dalam Buku Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XI Kurikulum 2013 dilengkapi dengan glosarium dan hal tersebut akan membantu siswa ketika menemukan pengertian dari sebuah istilah atau kalimat yang sulit dipahami.
g. Lembar evaluasi siswa yang lengkap, di dalamnya terdapat lembar mari berdiskusi, latihan menalar dan menggabungkan, siswa diajak untuk aktif pada lembar mari bercerita, terdapat pula lembar mari merenung sejenak yang dimaksudkan agar siswa mampu mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang terdapat dalam materi pelajaran, terdapat pula lembar mari merefleksikan diri, yang artinya siswa dituntut mampu mengambil ibrah dan juga mampu menerapkanya pada kehidupan sehari-hari. Dan terdapat lembar mari berlatih yang bertujuan untuk mengasah pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang telah disampaikan.
2. Weaknesses (kelemahan).
Kelemahan adalah hal yang wajar dalam segala sesuatu tetapi yang terpenting adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan bisa meminimalisasi kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini dapat berupa kelemahan dalam sarana dan prasarana atau sumber daya pendidik dan isi dalam materi pembelajaran, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik, hal-hal tersebut meliputi:
a. Materi Aqidah Akhlak, terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam implementasinya juga didominasi oleh tujuan pada aspek kognitif dan afektif dan sampai pada tingkat psikomotorik
b. Kurangnya dan Lemahnya tenaga pengajar yang professional dalam bidang pelajaran Aqidah Akhlak di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Banyak guru yang tidak dapat mencerminkan sikap atau perilaku yang berakhlak baik
c. Lembaga pendidikan swasta yang pada umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini.
d. Muatan materi yang sangat banyak karena untuk menjelaskan secara detail terhadap suatu peristiwa jutru mengakibatkan kesulitan belajar yaitu sulit untuk mengingat pelajaran yang diberikan.
e. Kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai Aqidah maupun Akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
f. Minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua peserta didik.
3. Opportunities (Peluang).
Peluang adalah suatu kondisi keadaan atau lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Hal-hal yang menjadi peluang dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah aliyah kelas XI tersebut meliputi:
a. Memberi peluang peserta didik untuk menjadi lebih humanis, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan.
b. Memberi ibrah pelajaran untuk mewujudkan dalam amal perbuatan, serta dalam rangka membangun sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah Islamiyah dalam arti luas.
c. Secara historis dan realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan merupakan komunitas muslim terbesar di seluruh dunia. Ini adalah peluang yang sangat strategis bagi pentingnya meningkatkan pengembangan materi Aqidah Akhlak di lembaga-lembaga pendidikan Islam.
4. Threats (ancaman atau hambatan).
Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor laiannya yang tidak menguntungkan bagi sebuah Mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas XI. Jika sebuah ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah lembaga pendidikan itu sendiri. Contoh faktor yang menjadi ancaman tersebut adalah minat peserta didik baru yang menurun, motivasi belajar peserta didik yang rendah, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain. Hal-hal yang menjadi ancaman dalam pembelajaran Aqidah Akhlak meliputi:
a. Kurangnya waktu atau waktu yang disediakan terbatas sedang materi begitu padat dan memang penting sering kali tidak dapat disampaikan secara maksimal, oleh karena itu waktu yang disediakan hendaaknya bisa lebih panjang.
b. Antara harapan dan kenyataan Aqidah Akhlak di MA kelas XI memang kurang ideal karena kebanyakan para pendidik menggunakan metode ceramah dan hafalan yang berakibat pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik hanya terbatas.
c. Sedikitnya guru profesional yang benar-benar mendalami materi Aqidah Akhlak atau ketidak sesuaian materi yang diajarkan dengan keilmuan yang dipelajari sewaktu menempuh program sarjana. Hal ini merupakan kelemhan dan sekaligus ancaman terhadap materi pelajaran Aqidah Akhlak
d. Penggunaan metode yang tidak efektif dan efisien yang menimbulkan kejenuhan belajar pada siswa.
D. Problematika Pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Tingkat Madrasah Aliyah
Penggunaan metode yang digunakan oleh para guru biasanta hanya menggunakan metode yang tetap atau monoton. Padahal pada mata pelajaran Aqidah Akhlak ini, guru harus menggunakan metode yang bervariasi. Sehingga para murid dulit memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dan juga dalam mempraktikkannya murid juga tidak banyak dalam hal tersebut. Padahal mata pelajaran ini banyak menekankan pada aspek perilaku yang dihasilkan atau yang dilakukan oleh siswa
E. Penyelesaian Masalah Terhadap Problematika Pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Setelah diketahui adanya problematika seperti pada uraian di atas, maka diperlukan adanya tindakan dalam memecahkan masalah tersebut agar proses pembelajaran berjalan dengan baik sehingga kompetensi dasar dapat dicapai. Meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.Adapun alternatif dalam penyelesaian masalah dalam pengajaran Aqidah Akhlak antara lain:
Ø Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini langkah yang dilakukan adalah:
1) Membuat perencanaan metode pembelajaran yang tepat sesuai materi pembelajaran.
2) Membuat lembar observasi untuk menilai pola interaksi yang terjadi antara siswa dan guru peneliti, yang diamati langsung oleh kolaborator.
3) Guru membuat evaluasi formatif untuk mengetahui daya serap siswa.
Ø Pengamatan pada saat pelaksanaan pembelajaran guru mengamati langsung kepada peserta didik bagaimana respons peserta didik dalam menerima pelajaran yang telah disampaikan dengan penggunaan metode yang diterapkan oleh guru. Apabila dirasa kurang bisa diserap oleh sebagian murid maka sewaktu-waktu guru akan mengganti strategi pembelajaran sesuai kemampuan siswa yang dirasa siswa enak dalam menerima pelajaran tersebut.
Ø Refleksi dari berbagai tindakan yang dilakukan, melalui Perencanaan, tindakan, pengamatan diperoleh sebuah kesimpulan saran-saran yaitu Guru hendaknya harus mempersiapkan diri sebelum dimulainya proses pembelajaran dengan baik, baik dalam persiapan personal maupun materi, metode yang digunakan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Ø Melalui pendekatan pengajaran, cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi:
1) Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT. Sebagai sumber kehidupan.
2) Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
3) Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang dicontohkan guru yang profesional.
4) Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Aqidah Akhlak dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
5) Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.
6) Fungsional, menyajikan materi Aqidah Akhlak yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
7) Keteladanan, yaitu pendidikan yang guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan dari individu
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari Telaah materi Aqidah Akhlak Kelas XI Madrasah Aliyah menunjukkan bahwa, kesesuaian silabus yang dirumuskan dengan prinsip-prinsip pengembangan yang seharusnya menjadi rujukan dalam merancang bangun dapat digambarkan sebagai berikut:
Pertama, dari aspek prinsip ilmiah menunjukkan materi dan kegiatan yang termuat dalam komponen silabus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Kedua, dari aspek relevansi materi indikator dan teknik penilaian pembelajaran cukup menunjukkan adanya keterkaitan terhadap kompetensi dasar. Ketiga, dari aspek sistematis silabus terlihat adanya hubungan fungsional antar komponen-komponen silabus dalam mencapai kompetensi. Keempat, dari aspek konsisten di dalam komponen-komponen silabus tersebut telah ada hubungan yang ajek antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian. Kelima, dari aspek memadai cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Keenam, dari aspek aktual dan kontekstual cakupan indikator dan sistem penilaian kurang memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupn nyata dengan peristiwa yang terjadi. Ketujuh, dari aspek fleksibel komponen silabus indikator dan penilaian kurang dapat mengakomodasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan masyarakat. Karena tidak muncul keterkaitan antara peristiwa yang dipelajari dengan aktualisasi pada kehidupan sekarang. Kedelapan, dari aspek menyeluruh silabus belum menunjukkan keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotori) seperti dalam taksonomi Bloom. Kesembilan, dari aspek efektif komponen-komponen silabus cukup menggambarkan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran. Kesepuluh, dari aspek efisien daya dan waktu dapat diperkecil, namun belum tentu dapat mencapai hasil atau standar kompetensi yang ditetapkan karena silabus tersebut belum menggambarkan bagaimana tujuan afektif dan psikomotorik yang dapat dinilai oleh guru.
Demikian uraian analisis dari silabus mata pelajaran SKI yang ditampilkan. dan sebagai perbandingan dibawah ini akan ditampilkan silabus yang telah disusun kembali.
B. Kritik dan Saran
Demikian makalah telaah Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah kelas XI dari kami, semoga dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kita semua. Apabila ada kritik dan saran, silakan sampaikan langsung kepada kami. Karena kritik dan saran dari pembaca tentu sangat dibutuhkan untuk bahan intropeksi. Sehingga di masa yang mendatang, kami dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi. Dan jika ada kesalahan mohon dimaafkan, karena kaami hanyalah hamba Allah SWT yang tidak luput dari khilaf, alfa dan lupa.
REFERENSI
Buku Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XI Kurikulum 2013 (Khusus Siswa).
Buku Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XI Kurikulum KTSP
Silabus dan RPP Aaqidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XI Kurikulum 2013.
No comments:
Post a Comment