BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia memiliki jumlah penduduk
yang tidak sedikit jumlahnya. Hal ini dikarenakan Indonesia terdiri atas
pulau-pulau dan beragam suku dan budayanya. Jumlah penduduk yang banyak ini
tentunya menimbulkan banyak masalah, antara lain kemiskinan, masalah
pendidikan, dan lain-lain.
Hal-hal simpel yang seperti itulah,
yang memicu timbulnya kesenjangan sosial di dalam kehidupan masyarakat.
Biasanya orang-orang yang berada di kalangan atas lah yang membuat jarak dengan
sesama. Kesenjangan sosial di Indonesia sangatlah terlihat, apalagi antara
rakyat dengan pejabatnya. Kesenjangan sosial memuncak saat pemerintahan
Presiden Soeharto karena TNI yang menguasai pemerintahan. Keadaan rakyat kecil
semakin tertindas dan tidak ada keadilan dalam hal ini. Padahal dalam pembukaan
dan isi Undang-undang Dasar 1945 telah dikatakan bahwa kita harus berlaku adil
terhadap seluruh rakyat Indonesia. Kesenjangan ini dipicu oleh adanya
kemiskinan yang merajalela dan kurangnya lapangan kerja. Maka dari itu,
pemerintah tidak boleh menyepelekan masalah yang kompleks seperti ini. Kinerja pemerintah
yang cepat dan tepat sangat diperlukan. Dan dengan bantuan rakyat bersama-sama
memberantas kemiskinan untuk mencapai kesejahteraan sosial.
B.
Rumusan
Masalah
Uraikan apa pengertian, dampak atau
pengaruh, penyebab, dan cara mengatasi kesenjangan sosial
C.
Tujuan
Menguraikan apa pengertian, dampak atau
pengaruh, penyebab, dan cara mengatasi kesenjangan sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial adalah suatu
keadaan ketidak seimbangan sosial yang ada di masyarakat yang menjadikan suatu
perbedaan yang sangat mencolok. Dalam hal kesenjangan sosial sangatlah mencolok
dari berbagai aspek misalnya dalam aspek keadilanpun bisa terjadi. Antara orang
kaya dan miskin sangatlah dibedaan dalam aspek apapun, orang desa yang merantau
dikotapun ikut terkena dampak dari hal ini,memang benar kalau dikatakan bahwa “
Yang kaya makin kaya,yang miskin makin miskin”. Adanya ketidak pedulian
terhadap sesama ini dikarenakan adanya kesenjangna yang terlalu mencolok antara
yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak orang kaya yang memandang rendah kepada
golongan bawah,apalagi jika ia miskin dan juga kotor, jangankan menolong,
sekedar melihat pun mereka enggan.
Disaat banyak anak-anak jalanan
yang tak punya tempat tinggal dan tidur dijalanan, namun masih banyak orang
yang berleha-leha tidur di hotel berbintang , banyak orang diluar sana yang
kelaparan dan tidak bisa memberi makan untuk anak-anaknya tapi lebih banyak
pula orang kaya sedang asik menyantap berbagai makanan enak yang harganya
selangit lalu disaat banyak orang-orang miskin kedinginan karena pakaian yang
tidak layak mereka pakai, namun banyak orang kaya yang berlebihan membeli
pakaian bahkan tak jarang yang memesan baju dari para designer seharga 250.000
juta, dengan harga sebnyak itu seharusnya sudah dapat memberi makan orang -
orang miskin yang kelaparan.
Pemerintah harusnya lebih
memperhatikan masalah yang seperti ini,pembukaan UUD 45 bahkan telah memberi
amanat kepada pemerintah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
bangsa,harusnya orang-orang yang berada di pemerintahan lebih serius untuk
memikirkan kepentingan bangsa yang memang sudah menjadi tanggung jawab
mereka,tapi dari kasus-kasus yang sekarang ini tentang para anggota
pemerintahan yang melakukan korupsi dapat menunjukan bahwa tidak sedkit dari
mereka masih memikirkan kepentingannya masing-masing,uang dan biaya yang
seharusnya untuk kemakmuran masyarakat dimakan oleh mereka sendiri.Kalaupun
pada akhirnya mereka mendapatkan hukuman itu bukanlah “hukuman” yang
sebenarnya, banyak dari mereka masih tetap hidup mewah walaupun mereka dalam
kurungan penjara yang seharusnya membuat mereka jera.
Kemiskian memang bukan hanya menjadi
masalah di Negara Indonesia, bahkan Negara majupun masih sibuk mengentaskan
masalah yang satu ini. Kemiskinan memang selayaknya tidak diperdebatkan tetapi
diselesaikan. Akan tetapi kami yakin : “du chocs des opinion jaillit la
verite”. “ Dengan benturan sebuah opini maka akan munculah suatu kebenaran “.
Dengan kebenaran maka keadilan ditegakkan, dan apabila keadilan ditegakkan
kesejateraan bukan lagi menjadi sebuah impian akan tetapi akan menjadi sebuah
kenyataan.
Menurut Robert Chambers bahwa inti
kemiskinan terletak pada kondisi yang disebut deprivation trap atau perangkap
kemiskinan. Perangkap itu terdiri dari :
1.
Kemiskinan itu sendiri
2.
Kelemahan fisik
3.
Keterasingan atau kadar isolasi
4.
Kerentaan
5.
Ketidak berdayaan
B.
Dampak
/ Pengaruh Kesenjangan Sosial
1.
Positif
Menyebabkan pembagian kerja lebih
merata. Ada bidang - bidang pekerjaan yang hanya mau dilakukan oleh orang yang
berpendapatan rendah, seperti pembantu rumah tangga, supir, pekerja konstruksi,
tukang sampah. Di negara - negara kaya, sangat jarang orang yang mau
mengerjakan hal - hal begini, maka mereka akan mengimpor tenaga kerja dari
negara lain, seperti Indonesia.
2.
Negatif
Saat orang yang berpendapatan
rendah semakin banyak dan jaraknya dengan orang berpendapatan tinggi semakin
jauh, maka akan terjadi kecemburuan sosial, yang kemudian dapat berdampak pada
masalah keamanan, ekonomi dan politik.
C.
Fator
- Faktor Penyebab Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial yang terjadi di
Indonesia diakibat beberapa hal yaitu :
1. Kemiskinan
Menurut Lewis (1983), budaya
kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks sejarah, namun lebih cendrung
untuk tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat yang memiliki seperangkat
kondisi:
-
Sistem ekonomi uang, buruh upahan dan sistem
produksi untuk keuntungan tetap
-
Tingginya tingkat pengangguran dan setengah
pengangguran bagi tenaga tak terampil
-
Rendahnya upah buruh
-
Tidak berhasilnya golongan berpenghasilan rendah
meningkatkan organisiasi sosial, ekonomi dan politiknya secara sukarela maupun
atas prakarsa pemerintah
-
Sistem keluarga bilateral lebih menonjol
daripada sistem unilateral, dan
-
Kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang
berkuasa yang menekankan penumpukan harta kekayaan dan adanya kemungkinan
mobilitas vertical, dan sikap hemat, serta adanya anggapan bahwa rendahnya
status ekonomi sebagai hasil ketidak sanggupan pribadi atau memang pada dasarnya
sudah rendah kedudukannya.
Budaya kemiskinan bukanlah hanya merupakan adaptasi terhadap
seperangkat syarat-syarat obyektif dari masyarakat yang lebih luas, sekali
budaya tersebut sudah tumbuh, ia cendrung melanggengkan dirinya dari generasi
ke generasi melaui pengaruhnya terhadap anak-anak. Budaya kemiskinan cendrung
berkembang bila sistem-sistem ekonomi dan sosial yang berlapis-lapis rusak atau
berganti, seperti masa pergantian feodalis ke kapitalis atau pada masa pesatnya
perubahan teknologi. Budaya kemiskinan juga merupakan akibat penjajahan yakni
struktur ekonomi dan sosial pribumi diobrak, sedangkan atatus golongan pribumi
tetap dipertahankan rendah, juga dapat tumbuh dalam proses penghapusan suku.
Budaya kemiskinan cendrung dimiliki oleh masyarakat strata sosial yang lebih
rendah, masyarakat terasing, dan warga urban yang berasal dari buruh tani yang
tidak memiliki tanah.
Menurut Parker Seymour dan Robert J. Kleiner (1983) formulasi
kebudayaan kemiskinan mencakup pengertian bahwa semua orang yang terlibat dalam
situasi tersebut memiliki aspirasi-aspirasi yang rendah sebagai salah satu
bentuk adaptasi yang realistis. Beberapa ciri kebudyaan kemiskinan adalah :
-
Fatalisme,
-
Rendahnya tingkat aspirasi,
-
Rendahnya kemauan mengejar sasaran,
-
Kurang melihat kemajuan pribadi ,
-
Perasaan ketidak berdayaan/ketidakmampuan,
-
Perasaan untuk selalu gagal,
-
Perasaan menilai diri sendiri negatif,
-
Pilihan sebagai posisi pekerja kasar,
-
Tingkat kompromis yang menyedihkan.
Berkaitan dengan budaya sebagai fungsi adaptasi, maka suatu usaha yang
sungguh-sungguh untuk mengubah nilai-nilai yang tidak diinginkan ini menuju ke
arah yang sesuai dengan nilai-nilai golongan kelas menengah, dengan menggunakan
metode-metodre psikiatri kesejahteraan sosial-pendidikan tanpa lebih dahulu
(ataupun secara bersamaan) berusaha untuk secara berarti mengubah kenyataan
kenyataan struktur sosial (pendapatan, pekerjaan, perumahan, dan pola-pola
kebudayaan membatasi lingkup partisipasi sosial dan peyaluran kekuatan sosial)
akan cendrung gagal. Budaya kemiskinan bukannya berasal dari kebodohan,
melainkan justru berfungsi bagi penyesuaian diri.
Kemiskinan struktural menurut Selo Sumarjan (1980) adalah kemiskinan
yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat
itu tidak dapat ikut menggunakan sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia
bagi mereka. Kemiskinan strukturl adalah suasana kemiskinan yang dialami oleh suatu
masyarakat yang penyebab utamanya bersumber pada struktur sosial, dan oleh
karena itu dapat dicari pada struktur sosial yang berlaku dalam masyarakat itu
sendiri. Golongan kaum miskin ini terdiri dari :
-
Para petani yang tidak memiliki tanah sendiri,
-
Petani yang tanah miliknya begitu kecil sehingga
hasilnya tidak cukup untuk memberi makan kepada dirinya sendiri dan
keluargamnya,
-
Kaum buruh yang tidak terpelajar dan tidak
terlatih (unskilled labourerds), dan
-
Para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas
dari pemerintah (golongan ekonomi lemah).
Kemiskinan struktural tidak sekedar terwujud dengan kekurangan sandang
dan pangan saja, kemiskinan juga meliputi kekurangan fasilitas pemukiman yang
sehat, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikasi dengan dunia sekitarnya,
sosial yang mantap. Beberapa ciri kemiskinan struktural, menurut Alpian (1980)
adalah :
-
Tidak ada atau lambannya mobilitas sosial (yang
miskin akan tetap hidup dengan kemelaratanya dan yang kaya akan tetap menikmati
kemewahannya),
-
mereka terletak dalam kungkungan struktur sosial
yang menyebabkan mereka kekurangan hasrat untuk meningkatkan taraf hidupnya,
-
Struktur sosial yang berlaku telah melahirkan
berbagai corak rintangan yang menghalangi mereka untuk maju. Pemecahan
permasalahan kemiskinan akan bisa dilakukan bilamana struktur sosial yang
berlaku itu dirubah secara mendasar.
Soedjatmoko
(1984) memberikan contoh kemiskinan structural :
-
Pola stratifikasi (seperti dasar pemilikan dan
penguasaan tanah) di desa mengurangi atau merusak pola kerukukan dan ikatan
timbal-balik tradisional,
-
Struktur desa nelayan, yang sangat tergantung
pada juragan di desanya sebagai pemilik kapal,
-
Golongan pengrajin di kota kecil atau pedesaan
yang tergantung pada orang kota yang menguasai bahan dan pasarnya.
Hal-hal
tersebut memiliki implikasi tentang kemiskinan structural :
-
kebijakan ekonomi saja tidak mencukupi dalam
usaha mengatasi ketimpangan-ketimpangan struktural, dimensi struktural perlu
dihadapi juga terutama di pedesaan
-
perlunya pola organisasi institusi masyarakat
pedesan yang disesuaikan dengan keperluannya, sebaga sarana untuk mengurangi
ketimpangan dan meningkatkan bargaining power, dan perlunya proses Sosial
learning yang spesifik dengan kondisi setempat.
Adam Malik (1980) mengemukakan bahwa untuk mencari jalan agar struktur
masyarakat Indonesia dapat diubah sedemikian rupa sehingga tidak terdapat lagi
di dalamnya kemelaratan structural. Bantuan yang terpenting bagi golongan
masyarakat yang menderita kemiskinan struktural adalah bantuan agar mereka
kemudian mampu membantu dirinya sendiri. Bagaimanapun kegiatan pembangunan yang
berorientasi pertumbuhan maupun pemerataan tidak dapat mengihilangkan adanya
kemiskinan struktural.
Pada hakekatnya perbedaan antara si kaya dengan si miskin tetap akan
ada, dalam sistem sosial ekonomi manapun. Yang lebih diperlukan adalah
bagaimana lebih memperkecil kesenjangan sehingga lebih mendekati perasaan
keadilan sosial. Sudjatmoko (1984) berpendapat bahwa, pembangunan yang
semata-mata mengutamakan pertumbuhan ekonomi akan melanggengkan ketimpangan
struktural. Pola netes ke bawah memungkinkan berkembangnya perbedaan ekonomi,
dan prilaku pola mencari nafkah dari pertanian ke non pertanian, tetapi proses
ini akan lamban dan harus diikuti dengan pertumbuhan yang tinggi. Kemiskinan
tidak dapat diatasi hanya dengan membantu golongan miskin saja, tanpa
menghadapi dimensi-dimensi struktural seperti ketergntungan, dan eksploitasi.
Permasalahannya adalah dimensi-dimensi struktural manakah yang mempengarhui
secara langsung terjadinya kemiskinan, bagaimana ketepatan dimensi untuk
kondisi sosial budaya setempat.
2. Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian masyarakat,sedangan perekonomian
menjadi fartor terjadinya kesenjangan sosial. Sempitnya lapangan pekerjaan di
Indonesia menjadikan pengangguran yang sangat besar di Indonesia dan merupakan
pekerjaan bagi pemerintah saat ini.
3.
Melemahnya
wirausaha
Kesenjangan
sosial menjadi penghancur minat ingin memulai usaha, penghancur keinginan untuk
terus mempertahankan usaha, bahkan penghancur semangat untuk mengembangkan
usaha untuk lebih maju. Hali ini dikarenakan seorang wirausaha selalu di anggap
remeh.
4.
Terjadi
kriminalitas
Banyak
rakyat miskin yang terpaksa menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang,
seperti mencopet, mencuri, judi, dll.Upaya-upaya yang harus dilakukan
pemerintah untuk pemecahan masalah kesenjangan sosial yang terjadi di
Indonesia:
-
Menomorsatukan pendidikan
-
Menciptakan lapangan kerja dan meminimalis
Kemiskinan
-
Meminimalis KKN dan memberantas korupsi.
-
Meningkatkan system keadilan di Indonesia serta
melakukan pengawasan yang ketat terhadap mafia hukum.
D.
Contoh Kasus Kesenjangan Sosial
Ekonomi Sosial
1.
Angka
Kemiskinan di DKI Terus Meningkat
Ketua Pusat Kajian Ekonomi Politik
Universitas Bung Karno, Salamudin Daeng menilai Pemerintah DKI jakarta yang
terjadi estafet kepemimpinan dari Gubernur Joko Widodo kepada Gubernur Basuki
Tjahaja Purnama alias Ahok seolah digembar gemborkan sebagai pemerintahan yang
super. Namun, menurutnya, ternyata
penilaian sebagian kelompok tersebut berbeda dengan penilaian Badan Pusat
Statistik (BPS) DKI Jakarta yang justru memaparkan kondisi sebaliknya.
Pemerintahan ini secara statistik nyaris tanpa prestasi. "Hal ini
ditunjukkan oleh berbagai fakta indicator dasar statistik DKI Jakarta,"
kata Salamudin saat dihubungi, Selasa (29/3/2016).
Buruknya kondisi ekonomi DKI Jakarta
ditandai oleh tingkat pengangguran terbesar di Indonesia adalah di DKI Jakarta
dan Banten. "Di Banten sebanyak 8,85 persen, sementara di DKI Jakarta
sebanyak 8,36 persen, jauh diatas rata rata Indonesia," ujar Salamudin. Selain
itu jumlah kemiskinan di DKI Jakarta telah meningkat secara terus menerus dari
tahun ke tahun. Jika jumlah penduduk miskin tahun 2012 sebanyak 363.200 orang,
tahun 2015 menjadi 398,920 orang atau meningkat 9,83 persen.
Sementara Indeks kedalaman
kemiskinan meningkat tajam antara tahun 2014 ke tahun 2015 dari 0,39 ke 0,52.
Yang paling parah adalah Indek keparahan kemiskinan meningkat dari 0,7 pada
tahun 2014 menjadi 0,10 pada tahun 2015. Kelemahan utama pemerintah DKI jakarta
adalah realisasi belanja daerah adalah yang terendah. Realisasi belanja 2015
senilai 37,8 triliun Rp. sebesar 53,39 persen dari yang direncanakan. Ia
menambahkan hal yang sangat membahayakan dan harus menjadi perhatian semua
pihak adalah masalah ketimpangan ekonomi meningkat dari 0,44 tahun 2014. Tahun
2015 belum diumumkan. Berarti kelompok kaya menguasai 44 persen pendapatan DKI
Jakarta. "Ketimpangan DKI Jakarta adalah yang tertinggi secara
nasional," tambah Salamudin.
Ketimpangan atau kesenjangan ekonomi
akan menjadi masalah utama yang akan menimbulkan gejolak sosial dan sentiment
antara orang miskin kepada segelintir orang kaya yang menguasai Jakarta.
"Apa yang dipaparkan BPS DKI Jakarta tersebut adalah kenyataan riil capaian
gubernur DKI," tutup Salamudin.
2.
Angka
Pengangguran di Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis
laporan jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2017. Dalam periode
tersebut, tercatat sebanyak 131,55 juta orang angkatan kerja atau naik 3,88
juta orang dibandingkan Februari 2016. Dari jumlah itu, penduduk Indonesia yang
bekerja pada Februari 2017 tercatat sebanyak 124,54 juta orang, naik 3,89 juta
orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara jumlah pengangguran
tercatat sebanyak 7,01 juta orang, hanya berkurang 10 ribu orang dibandingkan
Februari 2016. "Jumlah pengangguran mengalami penurunan 20 ribu orang
dibandingkan semester lalu (Agustus 2016) dan berkurang sebanyak 10 ribu orang
dibanding setahun yang lalu," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam
konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta Pusa, Jumat (5/5).
Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) di perkotaan tercatat cenderung lebih tinggi dibanding di pedesaan. Pada
Februari 2017, TPT di perkotaan mencapai 6,50 persen, sedangkan di pedesaan
hanya 4 persen. Sementara dari segi sektor lapangan kerja selama setahun
terakhir, sektor-sektor yang mengalami peningkatan persentase penduduk yang
bekerja adalah jasa kemasyarakatan (0,42 persen poin), transportasi,
pergudangan dan komunikasi (0,27 persen poin), pertanian (0,12 persen poin);
dan industri (0,07 persen poin). Sedangkan sektor-sektor yang mengalami
penurunan adalah Sektor Konstruksi (0,64 persen poin) dan Sektor Perdagangan
(0,25 persen poin).
E.
Pemecahan
dan Solusi Kesenjangan Sosial di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang
besar dan salah satu negara yang memiliki kepulauan yang banyak serta letaknya
berjauhan. Kesenjangan sosial sangatlah mungkin terjadi di Indonesia karena
banyak daerah-daerah terpencil yang terisolir dari keramaian. Dan Indonesia
adalah suatu negara yang tingkat korupsinya sangat tinggi, di dunia Indonesia
masuk dalam 5 besar negara terkorup.Sebenarnya Indonesia mampu menjadi negara
yang maju dan menjadi negara yang mampu menyejahterakan masyarakatnya. Kerana
Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya dan melimpah tetapi kenapa
masih terjadi kesenjangan sosial yang sangat mencolok. Ini menjadi pertanyakan
besar yang perlu adanya jawaban dan titik terang. Dalam hal ini merupakan tugas
bagi pemerintah sekarang,bagaimana lebih menyejahterakan masyarakat serta
meminimalis kesenjangan sosisal. Banyak hal yang bisa dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemecahan kesenjangan sosial
yang terjadidi masyarakat.
Upaya-upaya yang harus dilakukan
pemerintah untuk pemecahan masalah kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia:
1.
Meminimalis (KKN) dan memberantas korupsi dalam
upaya meningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah telah membentuk suatu
lembaga yang bertugas memberantas (KKN) di Indonesia. Indonesia telah mulai
berbenah diri namun dalam beberapa kasus soal korupsi KPK dinilai masih tebang
pilih dalam menindak masalah korupsi. Misalnya kasus tentang bank century belum
menemukan titik terang dan seolah-olah mengakiri kasus itu. Pemerintah harus
selalu berbenah diri karena dengan meminimaliskan (KKN) yang terjadi mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan dana yang ada.
2.
Meningkatkan system keadilan di Indonesia serta
melakukan pengawasan yang ketat terhadap mafia hukum. Masih banyak mafia hukum
merajarela di Indonesia itu yang semakin membuat kesenjangan sosial di
Indonesia makin mencolok. Keadilan saat ini sangatlah sulit untuk ditegagakkan
bagaimana tidak! Seorang koruptor ditahan namun semua fasilitas sudah tercukupi
di dalam ruang tahanan. Sedangkan bagaimana dengan nasib seorang masyarakat
kecil yang hanya mencuri ayam misalnya, mereka melakukan dengan seenak mereka
kadang juga mereka menyiksa dengan tidak prikemanusiaan. Hal ini sangatlah
menunjukkan kesenjangan sosial di Indonesia sangatlah mencolok antara pihak
kaya atau pihak yang mempunyai penguasa antara rakyat kecil atau orang miskin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesenjangan sosial terjadi akibat
banyaknya rakyat miskin dan pengangguran di Indonesia. Banyaknya kemiskinan
inilah yang menjadi tombak bagaimana kesenjangan sosial bisa terjadi.
Pemberantasan kemiskinan, memaksimalkan pendidikan, dan membuka lapangan kerja
adalah beberapa solusi memberantas kesenjangan sosial di Indonesia. Selain itu,
kita juga harus meminimalisasikan KKN dan memberantas korupsi dalam upaya
meningkatan kesejahteraan rakyat.
B. Saran
Dengan banyaknya permasalah yang terjadi
akibat kesenjangan sosial seperti kriminalitas, maka pemerintah benar-benar
diharapkan ikut andil dalam masalah ini. Pemerintah harus menegakkan hukum yang
berlaku dan memberantas Kesenjangan Sosial agar tercipta Negara yang satu yaitu
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Noname http://cigadoggoblog.blogspot.com/2012/06/bab-i-pendahuluan.html
Noname http://www.isomwebs.net/2013-04/contoh-makalah-tentang-kesenjangan-sosial/
Noname http://catatankuliahfethamrin.blogspot.com/2013/01/makalah-tentang-kemiskinan-dan.html
Reza Harani http://rzaharani.blogspot.co.id/2012/05/kesenjangan-sosial.html
No comments:
Post a Comment