Pencarian

Wednesday, August 19, 2015

Makalah Struktur Morfologi Bahasa Indonesia

Tugas Makalah

Struktur Morfologi Bahasa Indonesia 

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Kajian Bahasa Indonesia di SD

Dosen Pengampu: Drs. Suwandi, M. Pd.   



Disusun Oleh:

1.    Rilo Eko Pambudi                          (1B/ 27/ 1401414298)
2.    Efa Septiana                                    (1B/ 12/ 1401414071)
3.    Fatma Masita                                   (1B/ 34/ 1401414310)
4.    Puput Aryani                                   (1B/ 25/ 1401414296)
5.    Silviana Margaretha S.                   (1B/ 41/ 1401414440)

PGSD UPP TEGAL
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014



KATA PENGANTAR


Assalmualaikum Wr. Wb. 
Alhamdulillahirabbalalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tidak terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Struktur Morfologi Bahasa Indonesia” dengan lancar.
Kami sebagai penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar yang kami buat dimasa akan datang dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua yang membaca. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tegal,  November 2014

Penyusun













DAFTAR ISI
Contents
  

BAB I
PENDAHULUAN
I. 1          Latar Belakang Masalah
Bahasa sangat penting dalam komunikasi baik tertulis maupun lisan. Sehingga penggunaannya harus berdasar pada kebahasaan dan perbendaharaan kata yang kaya dan lengkap. Begitu juga dengan Bahasa Indonesia yang merupakan milik bangsa Indonesia merupakan alat komunikasi yang efektif dan efisien dalam pemersatu bangsa ini.
Tata bahasa harus berlangsung sesuai dengan kelaziman penggunaannya sehingga dapat diterima oleh semua penggunanya yaitu tata bahasa yang baku. Tata bahasa baku merupakan bahasa yang menjadi kelancaran dalam penggunaannya dan tidak bersifat mengekang bagi bahasa yang bersangkutan. Bahasa mempunyai struktur dan bentuk yang menyusun sebuah kata. Oleh karena itu ilmu morfologi bahasa yang mempelajari tentang struktur dan bentuk kata sangat penting dipelajari oleh bangsa ini baik dari jenjang bawah sampai jenjang atas.
I. 2          Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami susun meliputi:
1.    Apa yang dimaksud dengan morfologi?
2.    Apa yang dimaksud dengan morfem dan apa saja klasifikasinya?
3.    Bagaimana proses perulangan Bahasa Indonesia? 
4.    Apa saja macam-macam dari kata ulang? 
5.    Apa saja macam makna kata ulang itu?

I. 3          Tujuan

Berdasar rumusan masalah di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui pengertian dari morfologi
2.    Mengetahui bagaimana morfem dalam pembentukan suatu kata.  
3.    Mengetahui bagaimana proses perulangan Bahasa Indonesia.  
4.    Mengetahui apa saja macam-macam dari kata ulang.  
5.    Mengetahui apa saja macam makna kata ulang.  






BAB II
PEMBAHASAN
II. 1          Pengertian Morfologi
Secara etimologis, kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. Bunyi yang terdapat diantara morphed dan logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Morfologi menurut Wikipedia adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.
II. 2          Morfem dalam Pembentukan Kata
Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata dan dapat dibedakan artinya. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga. Morfem dalam Bahasa Indonesia berdasarkan bentuknya terbagi menjadi 3 golongan, yaitu:
                                  i.          Morfem Bebas
Menurut Santoso (2004), morfem bebas adalah morfem yang mempunyai potensi untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat. Dengan demikian, morfem bebas merupakan morfem yang diucapkan tersendiri; seperti: gelas, meja, pergi dan sebagainya.  Morfem bebas sudah termasuk kata. Tetapi ingat, konsep kata tidak hanya morfem bebas, kata juga meliputi semua bentuk gabungan antara morfem terikat dengan morfem bebas, morfem dasar dengan morfem dasar. Jadi dapat dikatakan bahwa morfem bebas itu kata dasar. 
                                ii.          Morfem Terikat
Morfem terikat merupakan morfem yang belum mengandung arti, maka morfem ini belum mempunyai potensi sebagai kata. Untuk membentuk kata, morfem ini harus digabung dengan morfem bebas. Menurut Samsuri (1994), morfem terikat tidak pernah di dalam bahasa yang wajar diucapkan tersendiri. Morfem-morfem ini, selain contoh yang telah diuraikan pada bagian awal, umpanya:  ter-, per-, -i, -an. Di samping itu ada juga bentuk-bentuk seperti  –juang, -gurau, -tawa, yang tidak pernah juga diucapkan tersendiri, melainkan selalu dengan salah satu imbuhan atau  lebih. Tetapi sebagai morfem terikat  yang berbeda dengan imbuhan, bisa mengadakan bentukan atau konstruksi dengan morfem terikat yang lain.
Morfem terikat dalam bahasa Indonesia menurut Santoso (2004) ada dua macam, yakni morfem terikat morfologis dan morfem terikat sintaksis.
1.    Morfem terikat morfologis yaknimorfem yang terikat pada sebuah morfem dasar, adalah sebagai berikut:
a.     prefiks (awalan): per-, me-, ter-, di-, ber- dan lain-lain 
b.    infiks (sisipan): -el-, -em, -er- 
c.     sufiks (akhiran): -an, kan, -i 
d.    konfiks (imbuhan gabungan senyawa) mempunyai fungsi macam-macam sebagai berikut.
a)      Imbuhan yang berfungsi membentuk kata kerja, yaitu: me-, ber-, per-, -kan, -i, dan ber-an.
b)      Imbuhan yang berfungsi membentuk kata benda, yaitu: pe-, ke-, -an, ke-an, per-an, -man, -wan, -wati.
c)      Imbuhan yang berfungsi membentuk kata sifat: ter-, -i, -wi, -iah.
d)     Imbuhan yang berfungsi membentuk kata bilangan: ke-, se-.
e)      Imbuhan yang berfungsi membentuk kata tugas: se-, dan se-nya.
Dari contoh di atas menunjukkan bahwa setiap kata berimbuhan akan tergolong dalam satu jenis kata tertentu, tetapi hanya imbuhan yang merupakan unsur langsung yang dapat diidentifikasi fungsinya sebagai pembentuk jenis kata. Untuk lebih jelasnya unsur langsung pembentuk kata dapat dilihat pada diagram berikut.
Pakaian                                    benda
     + Ber
Berpakaian                              kerja

Berkemauan                            kerja

Kemauan                     benda

    Ber-      ke-an      mau                      keterangan 
Dari diagram di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan imbuhan yang berbeda, morfem dasar yang sama, akan berbeda maknanya. Tetapi bagaimana jika imbuhannya sama, morfem dasarnya berbeda, apa yang dapat terjadi?
Contoh, akhiran  –an pada morfem dasar  tepi, darat, lapang; membentuk kata tepian, daratan, lapangan; ternyata menunjukkan persamaan makna imbuhan, yaitu tempat. Berarti dengan imbuhan yang sama, morfem dasarnya berbeda, dapat menghasilkan persamaan makna imbuhan yaitu menghasilkan jenis benda.
2.    Morfem terikat sintaksis adalahmorfem dasar yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata. Perhatikan contoh berikut: Anak yang pintar dan sabar itu membaca buku. Dari deretan morfem yang menjadi unsur kata dalam kalimat di atas, jika diklasifikasikan berdasarkan morfemnya adalah:  anak, pintar, sabar, baca, buku, adalah morfem bebas.  Mem- adalah morfem terikat morfologis. Sedangkan morfem  yang, serta  morfem  dan  dalam kalimat di atas belum dapat berdiri sendiri sebagai kata karena tidak mengandung makna tersendiri. Gejala inilah yang tergolong morfem terikat sintaksis (Santoso, 2004).

II. 3          Proses Perulangan Bahasa Indonesia
Proses perulangan atau reduplikasi adalah pengulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang, sedangkan bentuk yang diulang merupakan bentuk dasar (Ramlan, 1980). Pengulangan merupakan pula suatu proses morfologis yang banyak terdapat pada bahasa Indonesia. Perhatikan pemakaian kata yang tercetak miring berikut.
1)    Dia membeli rumah di Makassar.
2)    Rumah-rumah di perkampungan itu akan digusur. 
3)    Anak itu membuat rumah-rumahan untuk adiknya.
4)    Perumahan-perumahan yang dibangun oleh pengembang banyak yang tidak layak huni.
Berpatokan pada pendapat Ramlan di atas, maka jelas bahwa kata ulang yang terdapat pada kalimat (2), (3), dan (4) semuanya dibentuk dari bentuk atau unsur dasar  rumah. Makna kata pada kalimat (1) dengan kalimat berikutnya berbeda. Pada kalimat (1) kata  rumah berarti  satu. Kata  rumah-rumah dan perumahan-perumahan pada kalimat (2) dan (4)  berarti  banyak atau  jamak. Sedangkan kata  rumah-rumahan pada kalimat (3) berarti  menyerupai. Perbedaan makna ini disebabkan oleh adanya  rumah  dan perumahan sebagai morfem pertama dan  rumah, rumahan, dan perumahan pada morfem kedua. Morfem rumah adalah morfem yang bermakna leksis, sedangkan morfem kedua merupakan morfem yang bermakna struktural. Berdasarkan fungsinya, morfem rumah dan perumahan merupakan unsur dasar atau morfem dasar kata  rumah-rumah, rumah-rumahan, dan perumahan-perumahan. Morfem kedua merupakan unsur pembentuk kata atau morfem pembentuk rumah-rumah, rumah-rumahan, dan perumahan-perumahan. 
Contoh yang disajikan di atas memang mudah untuk menetukan bentuk dasarnya, tetapi perlu diingat bahwa tidak semua kata ulang dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya. Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk dasar kata ulang sebagai berikut.
A.  Pengulangan pada umumnya tidak mengubah jenis kata. Unsur dasar kata ulang sejenis dengan kata ulangnya. Dengan prinsip ini, dapat diketahui bahwa bentuk dasar kata ulang yang termasuk jenis kata benda berupa kata benda, bentuk dasar kata ulang yang termasuk jenis kata kerja berupa kata kerja, demikian pula bentuk dasar kata ulang kata sifat juga berupa kata sifat. Contoh:
Øanak-anak (kata benda)                                 − bentuk dasarnya  anak  (kata benda)
Øperumahan-perumahan (kata benda)                         − bentuk dasarnya perumahan (kata benda)
Ømelempar-lempar (kata kerja)                                    − bentuk dasarnya melempar (kata kerja)
Ømenari-nari (kata kerja)                                 − bentuk dasarnya  menari (kata kerja)
Øcepat-cepat (kata sifat)                                  − bentuk dasarnya  cepat (kata sifat)
Økecil-kecil (kata sifat)                                                − bentuk dasarnya sifat (kata sifat) 

                              
B.   Bentuk dasar dapat berdiri sendiri sebagai kata yang terdapat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Contoh:

Ørumah-rumahan                     −bentuk dasarnya rumah bukan rumahan
Ømengata-ngatakan                  −bentuk dasarnya  mengatakan atau mengata bukan ngatakan
Øberdesak-desakan                  −bentuk dasarnya  berdesakan bukan berdesak
Ømemegang-megang                −bentuk dasarnya  memegang bukan megang                                   
Kata-kata ulang yang dicontohkan di atas tidak sulit menentukan bentuk dasarnya, tetapi coba perhatikan contoh-contoh berikut.
1)    tanam-tanaman
lempar-melempar
karang-mengarang
tembak-menembak
tulis-menulis
2)    membagi-bagikan
berkejar-kejaran
bersalam-salaman
dipanas-panasi   
Pada contoh (1), bentuk dasar kata ulang  tanam-tanaman bukan  tanam tetapi  tanaman, perulangan diucapkan di muka bentuk dasarnya. Dengan kata lain, bentuk dasarnya berada pada unsur kedua. Begitu pula dengan contoh kata ulang yang berikutnya. 
Kata Ulang                                  Bentuk Dasar
lempar-melempar              melempar
karang-mengarang                        mengarang
tembak-menembak                       menembak
tulis menulis                                 menulis
Sedangkan kata ulang pada contoh (2) bentuk dasarnya bukan pada unsur kedua tetapi pada unsur pertama ditambah akhiran (sufiks) yang terdapat pada unsur kedua, yaitu seperti berikut.
Kata Ulang                                  Bentuk Dasar
membagi-bagikan                         membagikan 
berkejar-kejaran                            berkejaran
bersalam-salaman                         bersalaman
dipanas-panasi                              dipanasi 

II. 4          Macam-macam Kata Ulang
Berdasarkan macamnya, menurut Keraf (1978) bentuk perulangan dalam bahasa Indonesia terdiri atas empat bentuk seperti berikut.
1.    Kata ulang suku kata awal. Dalam bentuk perulangan macam ini, vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan bergeser ke posisi tengah menjadi ê (pepet). Contoh:
Tangga                 tatangga                      tetangga
Tanaman               tatanaman                    tetanaman  
Pohon                   popohon                      pepohonan  
Laki                      lalaki                            lelaki  
Luhur                   luluhur                         leluhur  
2.    Kata ulang seluruh kata dasar. Bentuk kata ulang terjadi dengan mengulang seluruh unsur dasar secara utuh. Kata ulang seperti ini biasa disebut  kata ulang utuh. Contoh:
Buku                    buku-buku 
Bangku                 bangku-bangku 
Rumah                  rumah-rumah
Pedagang                         pedagang-pedagang 
Rumah sakit         rumah sakit-rumah sakit 
3.    Kata ulang yang terjadi atas seluruh suku kata, tetapi pada salah satu unsur kata ulang tersebut mengalami perubahan bunyi fonem. Kata ulang semacam ini biasa disebut kata ulang salin suara atau kata ulang berubah bunyi. Contoh:
Gerak                   gerak-gerak                 gerak-gerik
Sayur                    sayur-sayur                  sayur-mayur 
Balik                     balik-balik                   bolak-balik 
Porak                    porak-porak                 porak-parik

4.    Kata ulang yang mendapat imbuhan atau kata ulang berimbuhan. Contoh:
Anak                    anak-anakan
Main                     main-mainan
Rajin                     serajin-rajinnya
Kuda                    kuda-kudaan
Gila                      tergila-gila

II. 5          Makna Kata Ulang
Sesuai dengan fungsi perulangan dalam pembentukan jenis kata, makna struktural kata ulang menurut Keraf (1978) adalah sebagai berikut.
1.    Perulangan mengandung makna  banyak yang tak tentu. Perhatikan contoh berikut:
-  Kuda-kuda itu berkejaran di padang rumput. 
-  Buku-buku yang dibelikan kemarin telah dibaca.
2.    Perulangan mengandung makna bermacam-macam. Contoh:
-  Pohon-pohonan perlu dijaga kelestariannya. (banyak dan bermacam-macam pohon)
-  Daun-daunan yang ada dipekarangan sekolah sudah menumpuk. (banyak dan bermacam-macam daun)
-  Ibu membeli  sayur-sayuran di pasar. (banyak dan bermacam-macam sayur)
-  Harga buah-buahan sekarang sangat murah. (banyak dan bermacam-macam buah)
3.    Makna lain yang dapat diturunkan dari suatu kata ulang adalah menyerupai
atau tiruan dari sesuatu. Contoh:
-  Anak itu senang bermain kuda-kudaan. (menyerupai atau tiruan kuda)
- Mereka sedang bermain pengantin-pengantinan di pekarangan rumah. (menyerupai atau tiruan pengantin)
-  Andi berteriak kegirangan setelah dibelikan  ayam-ayaman. (menyerupai atau tiruan ayam)
4.    Mengandung makna agak atau melemahkan ari. Contoh:
-  Perilakunya  kebarat-baratan sehingga tidak disenangi oleh teman-temanya.
-  Sifatnya masih kekanak-kanakan.
-  Mukanya kemerah-merahan.
5.    Menyatakan makna intensitas. Makna intensitas terdiri dari:
a.    intensitas kualitatif, contohnya:
-  Pukullah kuat-kuat.
-  Anak itu belajar sebaik-baiknya.
-  Burung itu terbang setinggi-tingginya.
-  Agar tidak terlambat, ia berjalan secepat-cepatnya.
b.   intensitas kuantitatif, contohnya:
-  Kuda-kuda itu berlari kencang.
-  Anak-anak bermain bola di pekarangan sekolah.
-  Ayah membawa buah-buahan dari Malang.
-  Rumah-rumah di kampung itu tertata dengan rapi.
c.    Intensitas frekuentatif. Contoh:
-  Ia mengeleng-gelengkan kepalanya. Kajian Bahasa Indonesia di SD  
-  Ia mondar-mandir saja sejak tadi.
-  Anak itu menyanyi sambil memukul-mukul meja.
d.   Perulangan pada kata kerja mengandung makna saling atau pekerjaan yang berbalasan. Contoh:
-  Kita harus tolong-menolong.
-  Tentara sedang tembak-menembak dengan seru.
-  Mereka tendang-menendang dan tinju-meninju saat sedang berkelahi.
-  Saat pertama kali bertemu mereka  bersalam-salaman lalu  berpeluk pelukan dengan eratnya.
e.    Perulangan pada kata bilangan mengandung makna kolektif. Contoh:
-  Anak-anak berbaris dua-dua sebelum masuk kelas.





BAB III
PENUTUP
III. 1          Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat saya simpulkan, Tata bahasa Indonesia banyak pendapat para mengenai pengertian morfologi dan morfem. Alomorf dalam beberapa morfem juga telah dijabarkan secara terperinci.. Kategori morfologis adalah sederetan kata yang memiliki bentuk gramatikal dan makna gramatikal yang sama. Setiap kategori morfolog morfologis itu terbentuk oleh prosedur morfologis tertentu.
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

III. 2          Saran
Sebagai seorang mahasiswa, Pemahaman struktur morfologi bahasa Indonesia perlu diperluas, karena selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa yang kita ampu nanti.
Bahasa Indonesia tidak akan tetap terjaga apabila tidak diadakan pusat bahasa dan balai bahasa serta tempat pelatihan dan pengajaran tentang tata bahasa. Maka pembelajaran bahasa disetiap sekolah-sekolah pada setiap jenjang pendidikan nyata diperlukan karena akan membantu memlihara kesucian dan keaslian bahasa, agar selalu tehindar dari kontaminasi budaya bahasa asing.


DAFTAR PUSTAKA





No comments:

Pencarian isi Blog