Pencarian

Wednesday, August 19, 2015

Makalah Struktur Fonologi Bahasa Indonesia

MAKALAH
KAJIAN BAHASA INDONESIA SD
“Struktur Fonologi Bahasa Indonesia”



Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Kajian Bahasa Indonesia SD

Dosen Pengampu: Drs. Suwandi M. Pd.


Disusun Oleh:
1.      Anas setiaji / 1401414074
2.      Lya Farida Oktaviani / 1401414432
3.      Nurhidayati / 1401414305
4.      Restuta Anugrahaeni Wigati / 1401414084
5.      Rizkyana Amaliah Devi / 1401414095
6.      Tika Lutfi M / 1401414056




PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014




KATA PENGANTAR
            Dengan mengucapkan puji dan syukur, penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Oleh karena itu, penulis berhasil menyusun sebuah Makalah Kajian Bahasa Indonesia tentang Struktur Fonologi Bahasa Indonesia.
            Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD.
            Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Drs. Suwandi M. Pd. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD. Tak lupa juga penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.





Tegal,   November 2014





Penulis






DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan..................................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C.     Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
Bab II Pembahasan.................................................................................................... 3
A.    Fonologi Bahasa Indonesia............................................................................ 3
B.     Fonem – Fonem Bahasa Indonesia................................................................ 6
C.     Penerapan dalam Pembelajaran...................................................................... 9
Bab III Penutup......................................................................................................... 10
A.    Kesimpulan.................................................................................................... 10
B.     Saran.............................................................................................................. 10
Daftar  Pustaka.......................................................................................................... 11






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kalau kita perhatikan dengan baik, dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat yang memakai bahasa Indonesia tetapi tuturan atau ucapan daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia. Tidak sedikit seseorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain sebagainya. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar bangsa Indonesia memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi.
Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah “huruf” walaupun yang dimaksud adalah “fonem”. Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan penyesuaian dalam segi penerapannya.
Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal/fonem baku dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan. Sebagai seorang guru, pemahaman struktur fonologi bahasa Indonesia selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.




B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya:
1.      Apakah yang dimaksud dengan fonologi?
2.      Bagaimana membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi?
3.      Bagaimana mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk menjelaskan pengertian fonologi.
2.      Untuk membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi.
3.      Untuk mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia.




BAB II
PEMBAHASAN
A.   Fonologi Bahasa Indonesia
1.      Pengertian Fonologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.Dengan demikian, fonologi adalahmerupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatan bahwafonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.

2.      Ilmu-Ilmu yang Tercakup dalam Fonologi
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian yakni  fonetikdan fonemik.
a)      Fonetik
Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan: bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.



Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik, yaitu:
1)      Fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
2)      Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya.
3)      Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia.Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.

b)      Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan: (1) bidang linguistik tentang sistem fonem; (2) sistem fonem suatu bahasa; (3) prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa.
Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r].Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.

Sebagai bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguitik yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan semantik.
1)      Fonologi dalam cabang morfologi
Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan [bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks   {-kan}.

2)      Fonologi dalam cabang sintaksis
Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat kamu berdiri.(kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah) ketiga kalimat tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang ternyata dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia.

3)      Fonologi dalam cabang semantik
Bidang semantik, yang berkosentrasi pada persoalan makna kata pun memanfaatkan hasil telaah fonologi.Misalnya dalam mengucapkan sebuah kata dapat divariasikan, dan tidak. Contoh kata [tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras] akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk dan didik ketika diucapkan secara bervariasi [dudU?], [dUdU?], [didī?], [dīdī?] tidak membedakan makna.Hasil analisis fonologislah yang membantunya.
B.   Fonem-fonem Bahasa Indonesia
1.      Pengertian Fonem
Santoso (2004) menyatakan bahwa fonem adalah setiap bunyiujaran dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran yang membedakan arti ini disebut fonem.Fonem tidak dapat berdiri sendirikarena belum mengandung arti.Tidak berbeda dengan pendapat tadi, dalamKamus Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna.Jadi, dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna.Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.

2.      Jenis-jenis Fonem
Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiriatas: (a) fonem vokal 6 buah(a, i. u, e, ∂, dan o), (b) fonem diftong 3 buah, dan (c) fonem konsonan 23buah(p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l, w, dan z).
a)      Fonem vokal
Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal berikut.
1)      Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi).
2)      Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika mengucapkan bunyi.
3)      Maju-mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan lengkung kaki gigi).

Menurut posisi lidah yang membentuk rongga resonansi, vokal-vokal digolongkan:
·         Vokal tinggi depan dengan menggerakkan bagian depan lidah ke langit-langit sehingga terbentuklah rongga resonansi, seperti pengucapan bunyi [i].
·         Vokal tinggi belakang diucapkan dengan kedua bibir agak maju dan sedikit membundar, misalnya /u/.
·         Vokal sedang dihasilkan dengan menggerakkan bagian depan dan belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara tengah lidah dan langit-langit, misalnya vokal [e].
·         Vokal belakang dihasilkan dengan menggerakkan bagian belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara bagian belakang lidah dan langit-langit, misalnya vokal [o].
·         Vokal sedang tengah adalah vokal yang diucapkan dengan agak menaikkan bagian tengah lidah ke arah langit-langit, misalnya Vokal // .
·         Vokal rendah adalah vokal yang diucapkan dengan posisi lidah mendatar, misalnya vokal /a/.
Menurut bundar tidaknya bentuk bibir, vokal dibedakan atas:
·         Vokal bundar: /a/, /o/, dan /u/;
·         Vokal tak bundar: /e/, /ə/, dan /i/.
Menurut renggang tidaknya ruang antara lidah dengan langit-langit, vokal dibedakan atas:
·         Vokal sempit: /ə/, /i/, dan /u/;
·         Vokal lapang: /a/, /e/, /o/.
Jadi /a/ misalnya, adalah vokal tengah, rendah, bundar, dan lapang.

b)      Fonem diftong
Diftong dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan sebagai vokal yang berubah kualitasnya.Dalam sistem tulisan, diftong dilambangkan oleh dua huruf vokal.Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan.Bunyi /aw/ pada kata pulau adalah diftong, sehingga <au> pada suku kata –lau tidak dapat dipisahkanmenjadi la-u seperti pada kata mau.



c)      Fonem Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalami hambatan-hambatan pada daerah artikulasi tertentu. Kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor :
·         Keadaan pita suara (merapat atau merenggang - bersuara atau tak bersuara).
·         Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit).
·         Cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan.
Fonem konsonan dapat digolongkan berdasarkan tiga kriteria: posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi.
Ø  Berdasarkan posisi pita suara, bunyi bahasa dibedakan ke dalam dua macam, yakni bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. (Samsuri, 1994, Supriyadi, dkk. 1992, Santoso, 2004 dan Depdikbud,1988).
·         Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi bersuara antara lain, bunyi /b/, /d/, /g/, /m/, /n/, /ñ/, /j/, /z/, /r/, /w/ dan /y/.
·         Tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara. Yang termasuk bunyi tak bersuara, antara lain /k/, /p/, /t/, /f/, /s/, dan /h/.
Ø  Berdasarkan tempat artikulasinya, kita mengenal empat macam konsonan, yakni:
·         Konsonan bilabial adalah konsonan yang terjadi dengan cara merapatkan kedua belah bibir, misalnya bunyi /b/, /p/, dan /m/.
·         Konsonan labiodental adalah bunyi yang terjadi dengan cara merapatkan gigi bawah dan bibir atas, misalnya /f/.
·         Konsonan laminoalveolar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan ujung lidah ke gusi, misalnya /t/ dan /d/.
·         Konsonan dorsovelar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan pangkal lidah ke langit-langit lunak, misalnya /k/ dan /g/.


Ø  Menurut cara pengucapanya/cara artikulasinya, konsonan dapat dibedakan sebagai berikut:
·         Konsonan letupan (eksplosif) yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sama sekali ditempat artikulasi lalu dilepaskan, seperti [b], [p], [t], [d], [k], [g], [?], dan lain-lain;
·         Konsonan nasal (sengau) adalah bunyi yang dihasilkan dengan menutup alur udara keluar melalui rongga mulut tetapi dikeluarkan melalui rongga hidung seperti fonem [n, m, ñ, h];
·         Konsonan lateral yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sehingga keluar melalui kedua sisi lidah seperi [l];
·         Konsonan frikatif yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara pada titik artikulasi lalu dilepaskan secara frikatif misanya [f], [s];
·         Konsonan afrikatif yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melepas udara yang keluar dari paru-paru secara frikatif, misalnya [c] dan [z];
·         Konsonan getar yakni bunyi yang dihasilkan dengan mengartikulasikan lidah pada lengkung kaki gigi kemudian dilepaskan secepatnya dan diartikulasikan lagi seprti [r] pada jarang.
C.   Penerapan dalam Pembelajaran
Penerapan fonologi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara memasukan materi fonologi ke dalam pembelejaran bahasa  Indonesia. Asumsi tersebut menimbulkan adanya pendekatan-pendekatan yang berbeda, yakni:
1.      Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti berusaha membiasakan dan menggunakan bahasa untuk berkomnikasi. Tekanannya pada pembiasaan.
2.      Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar bahasa, berarti berusaha untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi secara lisan. Tekanan pembelajarannya pada pemerolehan kemampuan berbicara.
3.      Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa dalam pembelajaran bahasa, yang harus diutamakan ialah pemahaman akan kaidah yang mendasari ujaran, tekanan pembelajaran pada aspek kognitif bahasa, bukan pada kemampuan menggunakan bahasa.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah sistem bunyi dalam bahasa Indonesia.Fonologi mencakup dua kajian ilmu, yaitu fonetik dan fonemis.
Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal/fonem baku dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah dikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan. pemahaman struktur fonologi bahasa Indonesia selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.

B.     Saran
Sebagai seorang guru, Pemahaman struktur fonologi danmorfologi bahasa Indonesia perlu diperluas, karena selain dapat menjadi bekal dalampemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-harijuga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.


DAFTAR PUSTAKA


No comments:

Pencarian isi Blog