KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Manusia dan Agama Islam.
Dalam
penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dan tak lupa, pada kesempatan kali
ini, penulis mengucapkan banyak tertima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya
penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Ciamis,
16 Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR
ISI......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................
A.
Latar Belakang........................................................................................
B.
Rumusan Masalah...................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................
A.
Pemimpin OPM.......................................................................................
B.
Berdirinya OPM......................................................................................
C.
Tokoh – Tokoh OPM..............................................................................
D.
Markas OPM...........................................................................................
E.
Jumlah Kekuatan OPM...........................................................................
BAB III
PENUTUP...........................................................................................
A.
Kesimpulan.............................................................................................
B.
Saran.......................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Papua merupakan salah satu wilayah di bawah naungan NKRI dengan
falsafah Bhineka Tunggal Ikanya, Papua adalah wilayah yang kaya akan ragam
budaya yang menjadi cirikhas masyarakat papua dengan masyarakat lain.
Membicarakan mengenai Bhineka Tunggal Ika dengan memandang segala aspek tidak
terkecuali aspek budaya kita adalah satu kesatuan yang utuh di bawah
naungan falsafah pancasila. Jadi sudah
sepantasnya kita menjaga rasa persatuan
dan kesatuan NKRI dalam menghadapi berbagai masalah yang mengancam keutuhan
NKRI.
Baru-baru ini muncul kembali gerakan separatis oleh OPM yang mengancam
Keutuhan NKRI, organisasi Papua Merdeka (OPM) ini muncul menentang pemerintahan
yang sah. Organisasi ini dididrikan pada tahun 1965 tepatnya di kota Manokwari,
tujuan OPM adalah mewujudkan kemerdekaan Papua bagian Barat dari NKRI. OPM ini
bermula sbelum masa revormasi, pada saat itu OPM merasa bahwa mereka bukanlah
bagian dari NKRI, maupun Negara-negara Asia lainnya. Organisasi Papua Merdeka
ini beranggapan bahwa penyatuan wilayah papua kedalam NKRI hanya merupakan
hasil perjanjian yang dilakukan antara bangsa Indonesia dengan bangsa Belanda,
dimana bangsa belanda menyerahkan wilayan jajahannya kepada bangsa Indonesia.
Berbeda pada masa orde baru latar belakang OPM pada era reformasi ini dikarenakan
konflik atau pertikaian yang sering terjadi di papua serta pelanggaran
HAM seperti yang diungkapkan Lambert Pekikir, sehingga untuk menangani ini semuah
NKRI harus melepaskan Papua.
Gerakan separatism OPM tidak berhenti pada masa orde baru saja, pada
hari Senin 3 Desember 2012 terjadi baku tembak antar apara gabungan TNI-Polri
dengan kelompok yangb disinyalir merupakan anggota OPM, peristiwa ini
mengakibatkan salah seorang warga tewas.
B. Rumusan Masalah
1.
Siapa pemimpin OPM ?
2.
Apa alasan Berdirinya OPM ?
3.
Siapa saja Pengikut OPM ?
4.
Dimana Markas OPM ?
5.
Bagaimana Kekuatan OPM ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemimpin OPM
Organisasi Papua Merdeka
(disingkat OPM) adalah organisasi yang didirikan pada tahun 1965 untuk
mengakhiri pemerintahan provinsi Papua dan Papua Barat yang saat ini di
Indonesia, yang sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya, dan untuk memisahkan
diri dari Indonesia.
Gerakan ini dilarang di Indonesia,
dan memicu untuk terjadinya kemerdekaan bagi provinsi tersebut yang berakibat
tuduhan pengkhianatan. Sejak awal OPM telah menempuh jalur dialog diplomatik,
melakukan upacara pengibaran bendera Bintang Kejora, dan dilakukan aksi militan
sebagai bagian dari konflik Papua. Pendukung secara rutin menampilkan bendera
Bintang Kejora dan simbol lain dari kesatuan Papua, seperti lagu kebangsaan
"Hai Tanahku Papua" dan lambang negara, yang telah diadopsi pada
periode 1961 sampai pemerintahan Indonesia dimulai pada Mei 1963 di bawah
Perjanjian New York.
Menanggapi hal tersebut, Nicolaas
Jouwe dan dua komandan OPM, Seth Jafeth Roemkorem dan Jacob Hendrik Prai,
berencana mendeklarasikan kemerdekaan Papua pada tahun 1971. Tanggal 1 Juli
1971, Roemkorem dan Prai mendeklarasikan Republik Papua Barat dan segera
merancang konstitusinya. Konflik strategi antara Roemkorem dan Prai berujung
pada perpecahan OPM menjadi dua faksi: PEMKA yang dipimpin Prai dan TPN yang
dipimpin Roemkorem. Perpecahan ini sangat memengaruhi kemampuan OPM sebagai
suatu pasukan tempur yang terpusat.
Sejak 1976, para pejabat
perusahaan pertambangan Freeport Indonesia sering menerima surat dari OPM yang
mengancam perusahaan dan meminta bantuan dalam rencana pemberontakan musim
semi.
B. Berdirinya OPM
OPM itu lahir dan dibentuk di
Irian Jaya, dikenal dan disebarkan khususnya oleh faksi pimpinan Terianus
Aronggera (SE) di Manokwari. Jadi dapat dikatakan bahwa fakta tentang lahirnya
OPM itu sudah terungkap sehingga menghilangkan berbagai spekulasi selama ini.
Berbagai spekulasi yang muncul selama ini misalnya oleh pemerintah Indonesia
bahwa OPM itu dibentuk oleh Belanda dengan tokoh-tokohnya yakni Markus
Kaisiepo, Nicolaas Jouwe dan kawan-kawan. Atau OPM itu lahir di pedalaman Irian
Jaya melalui berbagai kegiatan pemberontakan.
Mengenai Bendera, OPM dipimpin
Terianus Aronggera (SE) tetap menggunakan bendera Papua rancangan Mr. De Rijke
yang dikibarkan pertama kali pada tanggal 1 November 1961 sedangkan OPM
pimpinan Aser Demotekay merancang suatu bendera baru.
Menurut Dinas Sejarah Militer
Kodam XVII Cenderawasih, ada lima sebab yang menyebabkan pemberontakan OPM,
yaitu:
1.
Aspek Politik
Pada
masa pemerintahan Belanda, pemerintah Belanda menjanjikan kepada rakyat Papua
untuk mendirikan suatu negara (boneka) Papua yang terlepas dari negara Republik
Indonesia. Beberapa pemimpin putra daerah yang pro-Belanda mengharapkan akan
mendapatkan kedudukan yang baik dalam negara Papua tersebut. Janji pemerintah
Belanda itu tidak dapat direalisir sebab Irian Jaya harus diserahkan kepada
Indonesia melalui perjanjian New York 1962. Walaupun dalam perjanjian itu
terdapat pasal tentang hak untuk menentukan nasib sendiri, namun pelaksanaannya
diserahkan kepada Indoenesia dan disaksikan oleh pejabat PBB. Apalagi pada
tahun 1965 menyatakan keluar dari PBB, sehingga dukungan dari PBB tidak dapat
diharapkan lagi.
2.
Aspek Ekonomis
Pada
tahun 1964, serta tahun-tahun 1965 dan 1966, keadaan ekonomi di Indonesia pada
umumnya sangat buruk, dan memberikan pengaruh yang sangat terasa di Irian Jaya.
Penyaluran barang-barang kebutuhan pangan dan sandang ke Irian Jaya macet dan
sering terlambat ditambah pula dengan tindakan para petugas Republik Indonesia
di Irian Jaya yang memborong barang-barang yang ada di toko dan mengirimnya ke
luar Irian Jaya untuk memperkaya diri masing-masing. Akibatnya Irian Jaya
mengalami kekurangan pangan dan sandang. Kondisi yang demikian ini tidak pernah
dialami oleh rakyat Irian Jaya pada masa penjajahan pemerintah Belanda.
3.
Aspek Psychologis
Rakyat
Irian Jaya pada umumnya berpendidikan kurang atau rendah diwilayah pesisir
pantai dan di wilayah pedalaman tidak berpendidikan, sehingga mereka kurang
berpikir secara kritis. Hal ini menyebabkan mereka mudah dipengaruhi. Mereka
lebih banyak dipengaruhi emosi daripada pikiran yang kritis dan sehat dalam
menghadapi suatu permasalahan. Bila suatu janji itu tidak ditepati maka sikap
mereka akan berubah sama sekali. Misalnya sebagai bukti dalam hal ini adalah
Mayor Tituler Lodwijk Mandatjan yang menyingkir 2 (dua) kali ke pedalaman
Manokwari tetapi kembali lagi dan mengaku taat kepada pemerintah Indonesia.
4.
Aspek Sosial
Pada
masa Belanda para pejabat pemerintah lokal di Irian Jaya pada umumnya diangkat
dari kalangan kepala suku (dibanding dengan di Jawa dimana Belanda mengangkat
pegawai dari golongan Priyayi). Kalau mereka itu memberontak maka mereka akan
mendapat dukungan dan pengaruh dari sukunya serta dalam suasana yang genting
pada kepala suku itu harus berada ditengah-tengah sukunya itu. Misalnya,
Lodwijk Mandatjan.
5.
Aspek Ideologis
Di
kalangan rakyat Irian Jaya hidup suatu kepercayaan tentang seorang pemimpin
besar sebagai Ratu Adil yang mampu membawa masyarakatnya kepada kehidupan yang
lebih baik atau makmur. Gerakan ini di Biak disebut gerakan Koreri (Heilstaat)
atau Manseren Manggundi. Kepercayaan ini yang memberikan motivasi bagi
pemberontakan yang dipimpin oleh M. Awom di Biak, dimana M. Awom dianggap
sebagai pimpinan besar menyerupai Nabi Musa yang oleh para pengikutnya dianggap
Sakti.
Selanjutnya berdasarkan dengan hasil wawancara dengan beberapa tokoh
OPM baik didalam dan diluar Negeri maka diperoleh sebab-sebab pemberontakan
sebagai berikut:
1.
Rasa Nasionalisme Papua, senasib dan
seperjuangan untuk berjuang bagi kemerdekaan bangsa dan negara Papua Barat
(West Papua).
2.
Hendak meningkatkan dan mewujudkan janji Belanda
yang tidak sempat direalisir akibat Integrasi dengan Indonesia secara Paksa dan
TidakAdil.
3.
Persetujuan politik antara Belanda dan Indonesia
yang melahirkan perjanjian New York 1962 itu tidak melibatkan bangsa Papua
(Wakilnya) sebagai bangsa dan tanah air yang dipersengketakan.
4.
Latar belakang sejarah yang berbeda antara
rakyat Papua Barat dan bangsa Indonesia.
5.
Masih terdapat perbedaan Sosial, Ekonomi dan
Politik antara bangsa Papua dan Bangsa Indonesia.
6.
Tereksploitasi hasil dari Papua Barat yang
dilakukan secara besar-besaran untuk bangsa Indonesia, sedangkan rakyat Papua
Barat tetap miskin dan terbelakang.
7.
Tekanan terhadap rakyat Papua yang dilakukan
oleh pemerintah Indonesia sejak awal Integrasi hingga saat ini.
8.
Hendak mewujudkan cita-cita dari gerakan Cargo,
yaitu suatu bangsa dan Papua Barat yang Makmur di akhir Jaman.
Dari berbagai alasan atau
sebab-sebab pemberontakan OPM sebagaimana diuraikan diatas, maka disimpulkan
bahwa pemberontakan OPM di Irian Jaya terjadi karena "Ketidakpuasan
terhadap keadaan, kekecewaan, dan telah tumbuh suatu kesadaran Nasionalisme
Papua Barat". Ketidakpuasan terhadap keadaan ekonomi yang buruk pada awal
integrasi dan terutama pada tahun-tahun 1964 , 1965 dan 1966 dan juga terhadap
sikap aparat pemerintah dan Keamanan yang tidak terpuji. Juga tidak puas
terhadap sikap memandang rendah atau sikap menghina orang Irian yang sering
sengaja ataupun tidak sengaja menggeneralisir keadaan suatu suku dengan
suku-suku lainnya seperti: Pakai Koteka`, "masih biadab",
"Goblok, Jorok", dan lain sebagainya dimana pada masa pemerintahan
Belanda ungkapan-ungkapan demikian tidak pernah atau dengan mudah diucapkan
kepada orang Irian.
C. Tokoh – Tokoh OPM
Aktivis dan pejuang
1.
Benny Wenda, Aktivis Papua Merdeka
2.
Filep Karma, Aktivis Papua Merdeka
3.
Goliath Tabuni, pejuang Papua Merdeka
4.
Kelly Kwalik, pemimpin sayap militer OPM.
5.
Mako Tabuni, Aktivis Papua Merdeka
6.
Mozes Kilangin, pejuang Papua
7.
Nicolaas Jouwe, Aktivis Papua Merdeka
8.
Thaha Alhamid, Sekjen Presidium Dewan Papua
9.
Theys Hiyo Eluay, Pemimpin Papua Merdeka, Ketua
Presidium Dewan Papua
10. Tom
Beanal, Ketua Presidium Dewan Papua
11. Yosepha
Alomang, Aktivis HAM Papua
D. Markas OPM
Organisasi internal OPM sulit
untuk ditentukan. Pada tahun 1996 'Panglima Tertinggi' OPM adalah Mathias
Wenda. Juru bicara OPM di Sydney, John Otto Ondawame, mengatakan telah lebih
atau kurang dari sembilan titah kemerdekaan. Jurnalis lepas Australia, Ben
Bohane, mengatakan telah ada tujuh titah kemerdekaan. Tentara Nasional Indonesia
mengatakan OPM memiliki dua sayap utama, 'Markas Besar Victoria' dan 'Pembela
Kebenaran'. Mantan yang lebih kecil, dan dipimpin oleh ML Prawar sampai ia
ditembak mati pada tahun 1991. Terakhir ini jauh lebih besar dan beroperasi di
seluruh Papua Barat.
Organisasi yang lebih besar, atau
Pembela Kebenaran (selanjutnya PEMKA), yang diketuai oleh Jacob Prai, dan Seth
Roemkorem adalah pemimpin Fraksi Victoria. Selama pembunuhan Prawar, Roemkorem
adalah komandannya. Sebelum pemisahan ini, TPN/OPM adalah satu, di bawah
kepemimpinan Seth Roemkorem sebagai Komandan OPM, kemudian menjadi Presiden
Pemerintahan Sementara Papua Barat, sementara Jacob Prai menjabat sebagai Ketua
Senat. OPM mencapai puncaknya dalam organisasi dan manajemen (dalam istilah
modern) karena sebagai struktural terorganisasi. Selama ini, Pemerintah Senegal
mengakui keberadaan OPM dan memungkinkan OPM untuk membuka Kedutaan di Dakhar,
dengan Tanggahma sebagai Duta Besar.
Karena persaingan, Roemkorem
meninggalkan markasnya dan pergi ke Belanda. Selama ini, Prai mengambil alih
kepemimpinan. John Otto Ondawame (waktu itu ia meninggalkan sekolah hukum di
Jayapura karena diikuti dan diancam untuk dibunuh oleh ABRI Indonesia siang dan
malam) menjadi tangan kanan dari Jacob Prai. Itu inisiatif Prai untuk
mendirikan Komandan Regional OPM. Dia menunjuk dan memerintahkan sembilan
Komandan Regional. Sebagian besar dari mereka adalah anggota pasukannya sendiri
di kantor pusat PEMKA, perbatasan Skotiau, Vanimo-Papua Barat. Komandan
regional dari mereka, Mathias Wenda adalah komandan untuk wilayah II
(Jayapura-Wamena), Kelly Kwalik untuk Nemangkawi (Kabupaten Fakfak), Tadeus
Yogi (Kabupaten Paniai), Bernardus Mawen untuk wilayah Maroke dan lain-lain.
Komandan ini telah aktif sejak itu. Kelly Kwalik ditembak dan dibunuh pada 16
Desember 2009.
Pada tahun 2009, sebuah kelompok
perintah OPM yang dipimpin oleh Jenderal Goliat Tabuni (Kabupaten Puncak Jaya)
sebagai fitur pada laporan menyamar tentang gerakan kemerdekaan Papua Barat.
E. Jumlah Kekuatan OPM
TNI memperkirakan kekuatan
Organisasi Papua Merdeka (OPM) tinggal 6 persen dari jumlah seluruh penduduk
Papua. Kekuatan OPM ini lebih merupakan kekuatan ideologi dibandingkan
separatisame bersenjata. "Jumlahnya tidak tetap. Kita tidak tahu secara
pasti. Tapi sekitar 6 persen dari jumlah masyarakat Papua,\\\" kata
Pangdam XVII Trikora Mayjen TNI Zamroni.Hal ini disampaikan dia usai bertemu
dengan Menko Polhukam Widodo AS di Kantor Kementerian Polhukam, Jalan Medan
Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (24\/7\/2007).
Menurut Zamroni, kekuatan OPM saat ini
lebih mengarah ke gerakan ideologi politik, ketimbang separatis bersenjata.
Namun hal itu masih menjadi potensi ancaman keamanan.\\\"Ini memang sangat
kecil, hanya 6 persen ideologi separatis, yang bersenjata hanya terdeteksi 50
pucuk senjata api yang tersebar di Papua,\\\" jelasnya.Zamroni menilai,
pembentangan bendera OPM beberapa waktu lalu tidak mempunyai efek yang luas
kepada masyarakat. Ini disebabkan pembentangan bendera ini hanya dilakukan oleh
sekelompok kecil warga.Dalam pertemuan tersebut, lanjut Zamroni, Menko Polhukam
Widodo AS berpesan agar kondisi keamanan yang telah kondusif ini tetap dijaga
dan dipertahankan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
:
1.
Organisasi Papua Merdeka atau disingkat OPM
adalah sebuah organisasi yang didirikan pada tahun 1965 di Papua.
2.
Tujuan didirikannya organisasi ini ialah untuk
menggulingkan pemerintahan Indonesia yang saat ini ada di provinsi Papua dan
Papua Barat (dulu Irian Jaya). Tujuan akhirnya tidak lain adalah untuk
memisahkan diri dari Indonesia dan menolak pembangunan dari Indonesia.
3.
Organisasi ini dianggap ilegal oleh pemerintah
Indonesia dan disebut sebagai upaya pengkhianatan terhadap NKRI. Sejak berdiri,
OPM telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai tujuannya seperti mengibarkan
bendera bintang kejora, melakukan negosiasi diplomatik, sampai melakukan invasi
militan pada konflik Papua.
4.
Para pendukung dan anggota organisasi ini sering
membawa-bawa bendera bintang kejora dan lambang persatuan mereka. Bahkan
organisasi ini sudah menyiapkan lagu kebangsaan mereka sendiri yang berjudul
“Hai Tanahku Papua”.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat penulis
uraikan. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan serta ilmu pengetahuan
bagi para pembaca. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
2.
https://www.kompasiana.com/sang-pengembara/secara-politik-opm-sudah-menang_550a3446a3331131712e3930
No comments:
Post a Comment