Pencarian

Monday, October 23, 2017

Makalah Tentang OPM ( Organisasi Papua Merdeka )



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul  Manusia dan Agama Islam.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dan tak lupa, pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan banyak tertima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.


Ciamis, 16 Oktober 2017


Penulis



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A.    Latar Belakang........................................................................................
B.     Rumusan Masalah...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................
A.    Pemimpin OPM.......................................................................................
B.     Berdirinya OPM......................................................................................
C.     Tokoh – Tokoh OPM..............................................................................
D.    Markas OPM...........................................................................................
E.     Jumlah Kekuatan OPM...........................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................
A.    Kesimpulan.............................................................................................
B.     Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Papua merupakan salah satu wilayah di bawah naungan NKRI dengan falsafah Bhineka Tunggal Ikanya, Papua adalah wilayah yang kaya akan ragam budaya yang menjadi cirikhas masyarakat papua dengan masyarakat lain. Membicarakan mengenai Bhineka Tunggal Ika dengan memandang segala aspek tidak terkecuali aspek budaya kita adalah satu kesatuan yang utuh di bawah naungan  falsafah pancasila. Jadi sudah sepantasnya kita menjaga rasa  persatuan dan kesatuan NKRI dalam menghadapi berbagai masalah yang mengancam keutuhan NKRI.
Baru-baru ini muncul kembali gerakan separatis oleh OPM yang mengancam Keutuhan NKRI, organisasi Papua Merdeka (OPM) ini muncul menentang pemerintahan yang sah. Organisasi ini dididrikan pada tahun 1965 tepatnya di kota Manokwari, tujuan OPM adalah mewujudkan kemerdekaan Papua bagian Barat dari NKRI. OPM ini bermula sbelum masa revormasi, pada saat itu OPM merasa bahwa mereka bukanlah bagian dari NKRI, maupun Negara-negara Asia lainnya. Organisasi Papua Merdeka ini beranggapan bahwa penyatuan wilayah papua kedalam NKRI hanya merupakan hasil perjanjian yang dilakukan antara bangsa Indonesia dengan bangsa Belanda, dimana bangsa belanda menyerahkan wilayan jajahannya kepada bangsa Indonesia. Berbeda pada masa orde baru latar belakang OPM pada era reformasi ini  dikarenakan  konflik atau pertikaian yang sering terjadi di papua serta pelanggaran HAM seperti yang diungkapkan Lambert Pekikir, sehingga untuk menangani ini semuah NKRI harus melepaskan Papua.
Gerakan separatism OPM tidak berhenti pada masa orde baru saja, pada hari Senin 3 Desember 2012 terjadi baku tembak antar apara gabungan TNI-Polri dengan kelompok yangb disinyalir merupakan anggota OPM, peristiwa ini mengakibatkan salah seorang warga tewas.


B.     Rumusan Masalah
1.      Siapa pemimpin OPM ?
2.      Apa alasan Berdirinya OPM ?
3.      Siapa saja Pengikut OPM ?
4.      Dimana Markas OPM ?
5.      Bagaimana Kekuatan OPM ?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pemimpin OPM
Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah organisasi yang didirikan pada tahun 1965 untuk mengakhiri pemerintahan provinsi Papua dan Papua Barat yang saat ini di Indonesia, yang sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya, dan untuk memisahkan diri dari Indonesia.
Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan memicu untuk terjadinya kemerdekaan bagi provinsi tersebut yang berakibat tuduhan pengkhianatan. Sejak awal OPM telah menempuh jalur dialog diplomatik, melakukan upacara pengibaran bendera Bintang Kejora, dan dilakukan aksi militan sebagai bagian dari konflik Papua. Pendukung secara rutin menampilkan bendera Bintang Kejora dan simbol lain dari kesatuan Papua, seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang negara, yang telah diadopsi pada periode 1961 sampai pemerintahan Indonesia dimulai pada Mei 1963 di bawah Perjanjian New York.
Menanggapi hal tersebut, Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM, Seth Jafeth Roemkorem dan Jacob Hendrik Prai, berencana mendeklarasikan kemerdekaan Papua pada tahun 1971. Tanggal 1 Juli 1971, Roemkorem dan Prai mendeklarasikan Republik Papua Barat dan segera merancang konstitusinya. Konflik strategi antara Roemkorem dan Prai berujung pada perpecahan OPM menjadi dua faksi: PEMKA yang dipimpin Prai dan TPN yang dipimpin Roemkorem. Perpecahan ini sangat memengaruhi kemampuan OPM sebagai suatu pasukan tempur yang terpusat.
Sejak 1976, para pejabat perusahaan pertambangan Freeport Indonesia sering menerima surat dari OPM yang mengancam perusahaan dan meminta bantuan dalam rencana pemberontakan musim semi.


 B.     Berdirinya OPM
OPM itu lahir dan dibentuk di Irian Jaya, dikenal dan disebarkan khususnya oleh faksi pimpinan Terianus Aronggera (SE) di Manokwari. Jadi dapat dikatakan bahwa fakta tentang lahirnya OPM itu sudah terungkap sehingga menghilangkan berbagai spekulasi selama ini. Berbagai spekulasi yang muncul selama ini misalnya oleh pemerintah Indonesia bahwa OPM itu dibentuk oleh Belanda dengan tokoh-tokohnya yakni Markus Kaisiepo, Nicolaas Jouwe dan kawan-kawan. Atau OPM itu lahir di pedalaman Irian Jaya melalui berbagai kegiatan pemberontakan.
Mengenai Bendera, OPM dipimpin Terianus Aronggera (SE) tetap menggunakan bendera Papua rancangan Mr. De Rijke yang dikibarkan pertama kali pada tanggal 1 November 1961 sedangkan OPM pimpinan Aser Demotekay merancang suatu bendera baru.
Menurut Dinas Sejarah Militer Kodam XVII Cenderawasih, ada lima sebab yang menyebabkan pemberontakan OPM, yaitu:
1.      Aspek Politik
Pada masa pemerintahan Belanda, pemerintah Belanda menjanjikan kepada rakyat Papua untuk mendirikan suatu negara (boneka) Papua yang terlepas dari negara Republik Indonesia. Beberapa pemimpin putra daerah yang pro-Belanda mengharapkan akan mendapatkan kedudukan yang baik dalam negara Papua tersebut. Janji pemerintah Belanda itu tidak dapat direalisir sebab Irian Jaya harus diserahkan kepada Indonesia melalui perjanjian New York 1962. Walaupun dalam perjanjian itu terdapat pasal tentang hak untuk menentukan nasib sendiri, namun pelaksanaannya diserahkan kepada Indoenesia dan disaksikan oleh pejabat PBB. Apalagi pada tahun 1965 menyatakan keluar dari PBB, sehingga dukungan dari PBB tidak dapat diharapkan lagi.
2.      Aspek Ekonomis
Pada tahun 1964, serta tahun-tahun 1965 dan 1966, keadaan ekonomi di Indonesia pada umumnya sangat buruk, dan memberikan pengaruh yang sangat terasa di Irian Jaya. Penyaluran barang-barang kebutuhan pangan dan sandang ke Irian Jaya macet dan sering terlambat ditambah pula dengan tindakan para petugas Republik Indonesia di Irian Jaya yang memborong barang-barang yang ada di toko dan mengirimnya ke luar Irian Jaya untuk memperkaya diri masing-masing. Akibatnya Irian Jaya mengalami kekurangan pangan dan sandang. Kondisi yang demikian ini tidak pernah dialami oleh rakyat Irian Jaya pada masa penjajahan pemerintah Belanda.
3.      Aspek Psychologis
Rakyat Irian Jaya pada umumnya berpendidikan kurang atau rendah diwilayah pesisir pantai dan di wilayah pedalaman tidak berpendidikan, sehingga mereka kurang berpikir secara kritis. Hal ini menyebabkan mereka mudah dipengaruhi. Mereka lebih banyak dipengaruhi emosi daripada pikiran yang kritis dan sehat dalam menghadapi suatu permasalahan. Bila suatu janji itu tidak ditepati maka sikap mereka akan berubah sama sekali. Misalnya sebagai bukti dalam hal ini adalah Mayor Tituler Lodwijk Mandatjan yang menyingkir 2 (dua) kali ke pedalaman Manokwari tetapi kembali lagi dan mengaku taat kepada pemerintah Indonesia.
4.      Aspek Sosial
Pada masa Belanda para pejabat pemerintah lokal di Irian Jaya pada umumnya diangkat dari kalangan kepala suku (dibanding dengan di Jawa dimana Belanda mengangkat pegawai dari golongan Priyayi). Kalau mereka itu memberontak maka mereka akan mendapat dukungan dan pengaruh dari sukunya serta dalam suasana yang genting pada kepala suku itu harus berada ditengah-tengah sukunya itu. Misalnya, Lodwijk Mandatjan.
5.      Aspek Ideologis
Di kalangan rakyat Irian Jaya hidup suatu kepercayaan tentang seorang pemimpin besar sebagai Ratu Adil yang mampu membawa masyarakatnya kepada kehidupan yang lebih baik atau makmur. Gerakan ini di Biak disebut gerakan Koreri (Heilstaat) atau Manseren Manggundi. Kepercayaan ini yang memberikan motivasi bagi pemberontakan yang dipimpin oleh M. Awom di Biak, dimana M. Awom dianggap sebagai pimpinan besar menyerupai Nabi Musa yang oleh para pengikutnya dianggap Sakti.
Selanjutnya berdasarkan dengan hasil wawancara dengan beberapa tokoh OPM baik didalam dan diluar Negeri maka diperoleh sebab-sebab pemberontakan sebagai berikut:
1.      Rasa Nasionalisme Papua, senasib dan seperjuangan untuk berjuang bagi kemerdekaan bangsa dan negara Papua Barat (West Papua).
2.      Hendak meningkatkan dan mewujudkan janji Belanda yang tidak sempat direalisir akibat Integrasi dengan Indonesia secara Paksa dan TidakAdil.
3.      Persetujuan politik antara Belanda dan Indonesia yang melahirkan perjanjian New York 1962 itu tidak melibatkan bangsa Papua (Wakilnya) sebagai bangsa dan tanah air yang dipersengketakan.
4.      Latar belakang sejarah yang berbeda antara rakyat Papua Barat dan bangsa Indonesia.
5.      Masih terdapat perbedaan Sosial, Ekonomi dan Politik antara bangsa Papua dan Bangsa Indonesia.
6.      Tereksploitasi hasil dari Papua Barat yang dilakukan secara besar-besaran untuk bangsa Indonesia, sedangkan rakyat Papua Barat tetap miskin dan terbelakang.
7.      Tekanan terhadap rakyat Papua yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sejak awal Integrasi hingga saat ini.
8.      Hendak mewujudkan cita-cita dari gerakan Cargo, yaitu suatu bangsa dan Papua Barat yang Makmur di akhir Jaman.
Dari berbagai alasan atau sebab-sebab pemberontakan OPM sebagaimana diuraikan diatas, maka disimpulkan bahwa pemberontakan OPM di Irian Jaya terjadi karena "Ketidakpuasan terhadap keadaan, kekecewaan, dan telah tumbuh suatu kesadaran Nasionalisme Papua Barat". Ketidakpuasan terhadap keadaan ekonomi yang buruk pada awal integrasi dan terutama pada tahun-tahun 1964 , 1965 dan 1966 dan juga terhadap sikap aparat pemerintah dan Keamanan yang tidak terpuji. Juga tidak puas terhadap sikap memandang rendah atau sikap menghina orang Irian yang sering sengaja ataupun tidak sengaja menggeneralisir keadaan suatu suku dengan suku-suku lainnya seperti: Pakai Koteka`, "masih biadab", "Goblok, Jorok", dan lain sebagainya dimana pada masa pemerintahan Belanda ungkapan-ungkapan demikian tidak pernah atau dengan mudah diucapkan kepada orang Irian.

C.    Tokoh – Tokoh OPM
Aktivis dan pejuang
1.      Benny Wenda, Aktivis Papua Merdeka
2.      Filep Karma, Aktivis Papua Merdeka
3.      Goliath Tabuni, pejuang Papua Merdeka
4.      Kelly Kwalik, pemimpin sayap militer OPM.
5.      Mako Tabuni, Aktivis Papua Merdeka
6.      Mozes Kilangin, pejuang Papua
7.      Nicolaas Jouwe, Aktivis Papua Merdeka
8.      Thaha Alhamid, Sekjen Presidium Dewan Papua
9.      Theys Hiyo Eluay, Pemimpin Papua Merdeka, Ketua Presidium Dewan Papua
10.  Tom Beanal, Ketua Presidium Dewan Papua
11.  Yosepha Alomang, Aktivis HAM Papua

D.    Markas OPM
Organisasi internal OPM sulit untuk ditentukan. Pada tahun 1996 'Panglima Tertinggi' OPM adalah Mathias Wenda. Juru bicara OPM di Sydney, John Otto Ondawame, mengatakan telah lebih atau kurang dari sembilan titah kemerdekaan. Jurnalis lepas Australia, Ben Bohane, mengatakan telah ada tujuh titah kemerdekaan. Tentara Nasional Indonesia mengatakan OPM memiliki dua sayap utama, 'Markas Besar Victoria' dan 'Pembela Kebenaran'. Mantan yang lebih kecil, dan dipimpin oleh ML Prawar sampai ia ditembak mati pada tahun 1991. Terakhir ini jauh lebih besar dan beroperasi di seluruh Papua Barat.
Organisasi yang lebih besar, atau Pembela Kebenaran (selanjutnya PEMKA), yang diketuai oleh Jacob Prai, dan Seth Roemkorem adalah pemimpin Fraksi Victoria. Selama pembunuhan Prawar, Roemkorem adalah komandannya. Sebelum pemisahan ini, TPN/OPM adalah satu, di bawah kepemimpinan Seth Roemkorem sebagai Komandan OPM, kemudian menjadi Presiden Pemerintahan Sementara Papua Barat, sementara Jacob Prai menjabat sebagai Ketua Senat. OPM mencapai puncaknya dalam organisasi dan manajemen (dalam istilah modern) karena sebagai struktural terorganisasi. Selama ini, Pemerintah Senegal mengakui keberadaan OPM dan memungkinkan OPM untuk membuka Kedutaan di Dakhar, dengan Tanggahma sebagai Duta Besar.
Karena persaingan, Roemkorem meninggalkan markasnya dan pergi ke Belanda. Selama ini, Prai mengambil alih kepemimpinan. John Otto Ondawame (waktu itu ia meninggalkan sekolah hukum di Jayapura karena diikuti dan diancam untuk dibunuh oleh ABRI Indonesia siang dan malam) menjadi tangan kanan dari Jacob Prai. Itu inisiatif Prai untuk mendirikan Komandan Regional OPM. Dia menunjuk dan memerintahkan sembilan Komandan Regional. Sebagian besar dari mereka adalah anggota pasukannya sendiri di kantor pusat PEMKA, perbatasan Skotiau, Vanimo-Papua Barat. Komandan regional dari mereka, Mathias Wenda adalah komandan untuk wilayah II (Jayapura-Wamena), Kelly Kwalik untuk Nemangkawi (Kabupaten Fakfak), Tadeus Yogi (Kabupaten Paniai), Bernardus Mawen untuk wilayah Maroke dan lain-lain. Komandan ini telah aktif sejak itu. Kelly Kwalik ditembak dan dibunuh pada 16 Desember 2009.
Pada tahun 2009, sebuah kelompok perintah OPM yang dipimpin oleh Jenderal Goliat Tabuni (Kabupaten Puncak Jaya) sebagai fitur pada laporan menyamar tentang gerakan kemerdekaan Papua Barat.

E.     Jumlah Kekuatan OPM
TNI memperkirakan kekuatan Organisasi Papua Merdeka (OPM) tinggal 6 persen dari jumlah seluruh penduduk Papua. Kekuatan OPM ini lebih merupakan kekuatan ideologi dibandingkan separatisame bersenjata. "Jumlahnya tidak tetap. Kita tidak tahu secara pasti. Tapi sekitar 6 persen dari jumlah masyarakat Papua,\\\" kata Pangdam XVII Trikora Mayjen TNI Zamroni.Hal ini disampaikan dia usai bertemu dengan Menko Polhukam Widodo AS di Kantor Kementerian Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (24\/7\/2007).
Menurut Zamroni, kekuatan OPM saat ini lebih mengarah ke gerakan ideologi politik, ketimbang separatis bersenjata. Namun hal itu masih menjadi potensi ancaman keamanan.\\\"Ini memang sangat kecil, hanya 6 persen ideologi separatis, yang bersenjata hanya terdeteksi 50 pucuk senjata api yang tersebar di Papua,\\\" jelasnya.Zamroni menilai, pembentangan bendera OPM beberapa waktu lalu tidak mempunyai efek yang luas kepada masyarakat. Ini disebabkan pembentangan bendera ini hanya dilakukan oleh sekelompok kecil warga.Dalam pertemuan tersebut, lanjut Zamroni, Menko Polhukam Widodo AS berpesan agar kondisi keamanan yang telah kondusif ini tetap dijaga dan dipertahankan.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Organisasi Papua Merdeka atau disingkat OPM adalah sebuah organisasi yang didirikan pada tahun 1965 di Papua.
2.      Tujuan didirikannya organisasi ini ialah untuk menggulingkan pemerintahan Indonesia yang saat ini ada di provinsi Papua dan Papua Barat (dulu Irian Jaya). Tujuan akhirnya tidak lain adalah untuk memisahkan diri dari Indonesia dan menolak pembangunan dari Indonesia.
3.      Organisasi ini dianggap ilegal oleh pemerintah Indonesia dan disebut sebagai upaya pengkhianatan terhadap NKRI. Sejak berdiri, OPM telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai tujuannya seperti mengibarkan bendera bintang kejora, melakukan negosiasi diplomatik, sampai melakukan invasi militan pada konflik Papua.
4.      Para pendukung dan anggota organisasi ini sering membawa-bawa bendera bintang kejora dan lambang persatuan mereka. Bahkan organisasi ini sudah menyiapkan lagu kebangsaan mereka sendiri yang berjudul “Hai Tanahku Papua”.

B.     Saran
Demikian makalah yang dapat penulis uraikan. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan serta ilmu pengetahuan bagi para pembaca. Terima kasih



DAFTAR PUSTAKA

















No comments:

Pencarian isi Blog