BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan instruksi dari kepala SMA Muhammadiyah
Pangandaran untuk melaksanakan study lapangan ke Yogyakarta-Solo. Salah satunya
mengunjungi pabrik batik Danar Hadi Solo.Batik merupakan warisan kebudayaan
dari Indonesia.Di Indonesia terdapat banyak sekali macam batik seperti batik
tulis,batik cap,batik printing,dan lain-lain.
Batik juga memiliki motif yang beragam.Di Indonesia
disetiap daerah menciptakan berbagai motif yang berbeda antar daerah,seperti
motif batik Solo,motif batik Yogyakarta (keraton),motif batik pekalongan,motif
batik Jawa Tengah,motif batik Jawa Timur,dan lain-lain.
Proses pembuatan batik memerlukan tahapan-tahapan yang
tidak mudah,apalagi ketika pembuatan batik tulis.Dimulai dari bahan mori hingga
proses ngelorod perlu waktu yang lama dan tahapan-tahapan yang tidak mudah. Oleh
karenanya,kami sebagai penulis tertarik untuk membahas proses pembuatan batik
dengan tujuan menambah wawasan para pembaca mengenai batik yang juga merupakan
kebudayaan milik indonesia.
Zaman sekarang batik sudah mulai berkembang tidak
dipakai di keraton saja atau dipakai oleh bangsawan saja.Namun rakyat biasapun
sudah tidak canggung lagi untuk memakainya.Batik tidak hanya dibuat untuk
berbagai hiasan atau pernak-pernik lainnya,seperti tas,topi,dompet,dan lain
sebagainya. Pabrik batik Danar Hadi Solo merupakan salah satu yang sudah
terkenal di Indonesia.Tidak hanya di Solo juga buka di Jakarta.
1.2 Alasan Pemilihan Judul
Alasan kami memilih judul”proses pembuatan batik di
danar hadi solo”pada karya tulis ini adalah untuk mendorong minat baca para
pembaca untuk mengetahui lebih dalam mengenai batik dan proses pembuatannya
sehingga dapat menambah wawasan yang baru dan lebih luas.
1.3 Metode Penelitian
Sebelum penulis menulis karya tulis, terlebih dahulu
mengadakan pengumpulan data dari berbagai sumberyang berhubungan dengan masalah
yang diambil untuk pembuatan karya tulis.
Adapun metode penelitian dalam pembuatan karya tulis
adalah dengan:
a.
tinjauan
langsung ke batik danar hadi solo;
b.
sumber-sumber
dari media lain,seperti internet,buku,dan lain-lain.
1.4 Sistematika Penulisan
Utuk memudahkan penelitian dalam menulis karya
tulis,maka kami membuat sistematika penulisan sebagai berikut:
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
1.2
Masalah
Penelitian
1.3
Alasan
Pemilihan Judul
1.4
Metode
Penelitian
1.5
Sistematika
Penelitian
BAB II LANDASAN
TEORITIS
2.1
Asal-Usul
Batik
2.2
Sejarah
Teknik Batik
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Macam-Macam Batik Di Indonesia
3.2 Proses Pembuatan Batik Di Danar Hadi Solo
3.3 Zat Yang Terkandung Dalam Cairan Batik
BAB IV SIMPULAN
DAN SARAN
4.1 Simpulan
4.2 saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Asal Usul Batik
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian.
Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik
pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari
kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist
dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik
tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan.
Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan
motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and
Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.
2.2 Sejarah Teknik Batik
Detail ukiran kain yang dikenakan Prajnaparamita, arca
yang berasal dari Jawa Timur abad ke-13. Ukiran pola lingkaran dipenuhi kembang
dan sulur tanaman yang rumit ini mirip dengan pola batik tradisional Jawa.
Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan
menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir
menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan
diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk
pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti
T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di
Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke
dan Wolof di Senegal.
Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman
Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX.
Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik
cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.
Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa
Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer
berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau
Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. [2]Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog
Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik
adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu
dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme
tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing
sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa
pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga
ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.[4] Detil
ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi
kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan
pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik
tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola
batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa
sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus
Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud
untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40
jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu,
dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam
perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang
Sultan kecewa.[5] Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai
batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali
diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas
Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon
menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel
memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke
Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai
masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada
tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang
memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai
batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan
teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada
saat yang sama imigran dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik
bersama mereka.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi
dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.
Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam
membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik
adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap"
yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa
pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis
maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana
di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang
turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari
batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status
seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya
dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai
pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas,
dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik
pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga
pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh
Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga
mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya
tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh
penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka
seperti warna biru.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Macam-macam Batik di Indonesia
Sebagai warga
Negara Indonesia kita harus bisa berbangga hati. Karena di Indonesia banyak
sekali keanekaragaman suku, budaya, adat istiadat, agama, dan kesenian yang
begitu beraneka ragam. Salah satunya dalam bidang fashion. Di Indonesia
terdapat kain bermotif yang tidak dapat dikunjungi di negara lain dan memiliki
corak yang unik sekaligus menarik. Kain tersebut biasa kita sebut dengan kain
batik. Corak dan motif batik Indonesia sendiri sangat banyak, ada yang
merupakan motif asli dari nenek moyang bangsa kita dan ada juga yang merupakan
akulturasi dengan bangsa lain.
Di bawah ini
merupakan macam-macam batik yang terdapat di Indonesia : :
A. Batik Kraton
Batik Kraton awal mula dari semua jenis batik yang
berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik
ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di
lingkungan kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang
“biasa” seperti motif Parang Barong, Parang Rusak termasuk Udan Liris, dan
beberapa motif lainnya.
B. Batik Sudagaran
Motif larangan dari kalangan keraton merangsang
seniman dari kaum saudagar untuk menciptakan motif baru yang sesuai selera
masyarakat saudagar. Mereka juga mengubah motif larangan sehingga motif
tersebut dapat dipakai masyarakat umum. Desain batik Sudagaran umumnya terkesan
“berani” dalam pemilihan bentuk, stilisasi atas benda-benda alam atau satwa,
maupun kombinasi warna yang didominasi warna soga dan biru tua. Batik Sudagaran
menyajikan kualitas dalam proses pengerjaan serta kerumitan dalam menyajikan
ragam hias yang baru. Pencipta batik Sudagaran mengubah batik keraton dengan
isen-isen yang rumit dan mengisinya dengan cecek (bintik) sehingga tercipta
batik yang amat indah.
C. Batik Petani
Batik yang dibuat sebagai selingan kegiatan ibu
rumah tangga di rumah di kala tidak pergi ke sawah atau saat waktu senggang.
Biasanya batik ini kasar dan kagok serta tidak halus. Motifnya turun temurun
sesuai daerah masing-masing dan batik ini dikerjakan secara tidak profesional
karena hanya sebagai sambilan. Untuk pewarnaan pun diikutkan ke saudagar.
D. Batik Belanda
Warga keturunan Belanda banyak yang tertarik dengan
batik Indonesia. Mereka membuat motif sendiri yang disukai bangsa Eropa.
Motifnya berupa bunga-bunga Eropa, seperti tulip dan motif tokoh-tokoh cerita
dongeng terkenal di sana.
E. Batik Jawa Hokokai
Pada masa penjajahan Jepang di pesisir Utara Jawa
lahir ragam batik tulis yang disebut batik Hokokai. Motif dominan adalah bunga
seperti bunga sakura dan krisan. Hampir semua batik Jawa Hokokai memakai latar
belakang (isen-isen) yang sangat detail seperti motif parang dan kawung di
bagian tengah dan tepiannya masih diisi lagi, misalnya motif bunga padi.
Marilah kita jaga semua kekayaan yang ada di negeri
kita. Jangan sampai timbul lagi masalah yang sama seperti masalah Malaysia
menghakpatenkan kekayan bangsa kita untuk negaranya. Mari kita lestarikan semua
kekayaan di negeri kita.
3.2
Proses Pembuatan Batik di Danar Hadi
Solo
Dari dulu
hingga sekarang, proses pembuatan batik tidak banyak mengalami perubahan.
Kegiatan membatik merupakan salah satu kegiatan tradisional yang terus
dipertahankan agar tetap konsisten seperti bagaimana asalnya. Walaupun motif
dan corak batik di masa kini sudah beraneka ragam, proses pembuatan batik pada
dasarnya masih sama.
Berikut ini
adalah uraian lebih detailnya:
A.
Perlengkapan Membatik
Perlengkapan
membatik tidak banyak mengalami perubahan. Dilihat dari peralatan dan cara
mengerjakannya, membatik dapat digolongkan sebagai suatu kerja yang bersifat
tradisional.
1. Gawangan
Gawangan adalah
perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan
terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa hingga
kuat, ringan, dan mudah dipindah-pindah.
2. Bandul
Bandul dibuat
dari timah, kayu, atau batu yang dimasukkan ke dalam kantong. Fungsi pokok
bandul adalah untuk menahan agar mori yang baru dibatik tidak mudah tergeser
saat tertiup angin atau tertarik oleh si pembatik secara tidak sengaja.
3. Wajan
Wajan adalah
perkakas utuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja atau tanah liat.
Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian
tanpa menggunakan alat lain.
4. Kompor
Kompor adalah
alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah kompor berbahan
bakar minyak. Namun terkadang kompor ini bisa diganti dengan kompor gas kecil,
anglo yang menggunakan arang, dan lain-lain. Kompor ini berfungsi sebagai
perapian dan pemanas bahan-bahan yang digunakan untuk membatik.
5. Taplak
Taplak adalah
kain untuk menutup paha si pembatik agar tidak terkena tetesan malam panas
sewaktu canting ditiup atau waktu membatik.
6. Saringan Malam
Saringan adalah
alat untuk menyaring malam panas yang memiliki banyak kotoran. Jika malam tidak
disaring, kotoran dapat mengganggu aliran malam pada ujung canting. Sedangkan
bila malam disaring, kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu jalannya
malam pada ujung canting sewaktu digunakan untuk membatik.
Ada bermacam-macam
bentuk saringan, semakin halus semakin baik karena kotoran akan semakin banyak
tertinggal. Dengan demikian, malam panas akan semakin bersih dari kotoran saat
digunakan untuk membatik.
7. Canting
Canting adalah
alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan, terbuat dari tembaga
dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik
dengan cairan malam. Saat ini, canting perlahan menggunakan bahan teflon.
8. Mori
Mori adalah
bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-macam dan
jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Mori yang
dibutuhkan disesuaikan dengan panjang pendeknya kain yang diinginkan.
Tidak ada
ukuran pasti dari panjang kain mori karena biasanya kain tersebut diukur secara
tradisional. Ukuran tradisional tersebut dinamakan kacu. Kacu adalah sapu
tangan, biasanya berbentuk bujur sangkar.
Jadi, yang
disebut sekacu adalah ukuran persegi mori, diambil dari ukuran lebar mori
tersebut. Oleh karena itu, panjang sekacu dari suatu jenis mori akan berbeda
dengan panjang sekacu dari mori jenis lain.
Namun di masa
kini, ukuran tersebut jarang digunakan. Orang lebih mudah menggunakan ukuran
meter persegi untuk menentukan panjang dan lebar kain mori. Ukuran ini sudah
berlaku secara nasional dan akhirnya memudahkan konsumen saat membeli kain
batik. Cara ini dapat mengurangi kesalahpahaman dan digunakan untuk menyamakan
persepsi di dalam sistem perdagangan.
9. Malam (Lilin)
Malam (lilin)
adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya malam tidak habis
(hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali pada proses mbabar,
proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. Malam yang
dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam (lilin) biasa. Malam untuk membatik
bersifat cepat diserap kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses
pelorodan.
10. Dhingklik (Tempat Duduk)
Dhingklik
(tempat duduk) adalah tempat untuk duduk pembatik. Biasanya terbuat dari bambu,
kayu, plastik, atau besi. Saat ini, tempat duduk dapat dengan mudah dibeli di
toko-toko.
11. Pewarna Alami
Pewarna alami
adalah pewarna yang digunakan untuk membatik. Pada beberapa tempat pembatikan,
pewarna alami ini masih dipertahankan, terutama kalau mereka ingin mendapatkan
warna-warna yang khas, yang tidak dapat diperoleh dari warna-warna buatan.
Segala sesuatu yang alami memang istimewa, dan teknologi yang canggih pun tidak
bisa menyamai sesuatu yang alami.
Itulah jenis
perlengkapan membatik yang harus ada. Proses membatik memerlukan waktu yang cukup
lama, terlebih kalau kain yang dibatik sangat luas dan coraknya cukup rumit.
B.
Proses Membatik
Di masa kini,
pengusaha batik juga menyediakan pendidikan batik kilat pada anak-anak sekolah
dan masyarakat umum. Yang diajarkan adalah tata cara membatik dengan benar, dan
biasanya menggunakan kain selebar saputangan sebagai percobaan. Dengan
demikian, proses membatik itu dapat dikerjakan hanya dalam beberapa jam dan
biaya yang diperlukan pun sangat kecil. Tradisi ini sangat bagus untuk
memperkenalkan proses membatik kepada masyarakat, terutama generasi muda.
Berikut ini
adalah proses membatik yang berurutan dari awal hingga akhir. Penamaan atau
penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti
yang dikerjakannya adalah sama.
1. Ngemplong
Ngemplong
merupakan tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan mencuci kain mori.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian dilanjutkan dengan
pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori ke minyak jarak atau minyak kacang
yang sudah ada di dalam abu merang. Kain mori dimasukkan ke dalam minyak jarak
agar kain menjadi lemas, sehingga daya serap terhadap zat warna lebih tinggi.
Setelah melalui
proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur. Selanjutnya, dilakukan proses
pengemplongan, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar
mudah dibatik.
2. Nyorek atau Memola
Nyorek atau
memola adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan cara
meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan ngeblat. Pola
biasanya dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak sesuai pola
di atas kain mori. Tahapan ini dapat dilakukan secara langsung di atas kain
atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau canting. Namun agar proses
pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah, dan sempurna, maka proses
batikannya perlu diulang pada sisi kain di baliknya. Proses ini disebut
ganggang.
3. Mbathik
Mbathik
merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke kain mori,
dimulai dari nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan isen-isen
(mengisi pola dengan berbagai macam bentuk). Di dalam proses isen-isen terdapat
istilah nyecek, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah dibuat dengan cara
memberi titik-titik (nitik). Ada pula istilah nruntum, yang hampir sama dengan
isen-isen, tetapi lebih rumit.
4. Nembok
Nembok adalah
proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar, dalam hal
ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut ditutup dengan
lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok penahan.
5. Medel
Medel adalah
proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-ulang
sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.
6. Ngerok dan Mbirah
Pada proses
ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan
logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah itu, kain
diangin-anginkan.
7. Mbironi
Mbironi adalah
menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau titik dengan
menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu proses mengisi
bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya, ngrining dilakukan
setelah proses pewarnaan dilakukan.
8. Menyoga
Menyoga berasal
dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk mendapatkan warna cokelat.
Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna cokelat
tersebut.
9. Nglorod
Nglorod
merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis maupun
batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap ini, pembatik
melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup
tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas dengan air
bersih dan kemudian diangin-arginkan hingga kering. Proses membuat batik memang
cukup lama. Proses awal hingga proses akhir bisa melibatkan beberapa orang, dan
penyelesaian suatu tahapan proses juga memakan waktu. Oleh karena itu,
sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga cukup tinggi.
3.3 Zat yang Terkandung dalam Cairan
Batik
A. Soda Api (NaOH)
Sodium hidroksida tersedia dalam bentuk
serpihan-serpihan (konsentrat 100%) atau dalam bentuk cair dengan konsentrasi
yang bermacam-macam.
Penggunaan dalam industri Batik
1.
Fiksasi pewarna-pewarna reaktif
2.
Pewarnaan dengan Indigo dan Naftol
3.
Untuk mengontrol nilai pH
4.
Proses pengelantangan dengan
hidrogen peroksida
Resiko:
1.
Pengeksposan kulit terhadap sodium
hidroksida dapat menyebabkan iritasi hidung, pneumonitis, kerontokan rambut
sementara, edema interselular, erythema, pembusukan zat keratin, dan terbakar.
2.
Kontak dengan mata dapat
mengakibatkan luka bernanah, perforasi, opasifikasi, dan kebutaan.
3.
Penghirupan atau penelanan dapat
merusak sistem pernapasan dan gastrointestinal dengan penyakit penyumbatan
paru-paru yang tidak dapat disembuhkan, batuk-batuk, terbakar, kesulitan
bernapas, koma dan bahkan kanker saluran esofagus/ kerongkongan.
Kulit terbakar setelah kontak dengan
sodium hidroksida
Perlindungan:
Pakaian : Gunakan pakaian pelindung, termasuk sepatu boot,
sarung tangan, kacamata pengaman dan/atau
lapisan pelindung seluruh wajah, jika debu atau
percikan cairan mungkin terjadi.
Penanganan :
Saat menyiapkan cairan, aduk cairan terus
menerus untuk menghindari berkembangnya
"bintik-bintik panas".
Di tempat kerja :
Pastikan ventilasi yang cukup dan letakkan keran
untuk mencuci mata dan fasilitas pancuran air
yang dapat dijangkau dengan cepat di area kerja.
Penyimpanan :
Sebaiknya disimpan di wadah kedap udara.
B. Asam Klorida (HCl)
HCl adalah cairan kekuning-kuningan dengan aroma kuat
yang menusuk; bersifat sangat korosif. Penggunaan
dalam industri Batik Sebagai unsur
saponifikasi bagi zat warna Indigosol
Resiko:
1.
Ekspos pada tingkatan tinggi:
Kebutaan, bernapas dengan cepat, penyempitan bronkiolus, warna biru pada kulit,
pengumpulan cairan di paru-paru, dan bahkan kematian, pembengkakan dan kejang
pada tenggorokan dan mati lemas.
2.
Pada beberapa orang mungkin
menyebabkan asma.
3.
Ekspos jangka panjang pada tingkatan
4.
rendah: Masalah-masalah pernapasan,
iritasi pada mata dan kulit, serta perubahan warna pada gigi.
5.
Kontak dengan asam klorida: Akan
mengakibatkan terbakarnya kulit dengan serius.
6.
Zat pekat menyebabkan kulit terbakar
parah
Pelindung:
Pakaian : Gunakan pakaian pelindung di
antaranya sepatu
boot, sarung tangan, kacamata pengaman
dan/atau
lapisan pelindung seluruh wajah, jika debu
atau
percikan cairan mungkin terjadi.
Penyimpanan : Asam klorida harus disimpan dalam wadah
berbahan plastik polimer (PE) tertutup. Zat
ini
bersifat sangat korosif.
C. Sodium Nitrit (NaNO₂)
Sodium nitrit adalah bubuk kristal putih
kekuning-kuningan yang dapat dilarutkan dalam air. Senyawanya adalah agen
oksidasi yang kuat. Penggunaan dalam
industri Batik Sebagai unsur oksidasi
untuk pembentukan pewarna tangki (vat dye) Leuco menjadi bentuk yang tidak
dapat dilarutkan (fiksasi)
Resiko:
1.
Kontak mata: Menyebabkan iritasi,
mata merah dan sakit.
2.
Penghirupan: Beracun. Menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan dan keracunan sistemik.
3.
Penelanan: Beracun. Dapat
mengiritasi mulut, saluran esofagus/
kerongkongan, perut, dll. Jumlah yang
melampaui batas dapat mempengaruhi darah
dan pembuluh darah. Tanda dan
gejala-gejala keracunan nitrit meliputi
cyanosis yang hebat, mual,
4.
Iritasi mata setelah kontak mata
langsung dengan sodium nitrit pusing,
muntah dan pingsan, sakit perut yang disertai kejang-kejang, debar jantung cepat, napas tidak teratur, koma,
sawan, dan kematian karena gagal peredaran darah.
5.
Kontak kulit: Menyebabkan iritasi,
kulit merah dan sakit. Mungkin diserap melalui kulit menyebabkan keracunan
sistemik; gejala-gejalanya mungkin sejajar dengan penelanan.
Perlindungan:
Penyimpanan : Simpan dalam wadah berbahan plastic
polimer (PE)
tertutup, simpan dalam suhu sejuk
dan kering, serta memungkinkan adanya aliran
udara. Lindungi dari kerusakan fisik dan
kelembaban. Isolasikan dari sumber panas
apapun
atau bahan-bahan yang mudah terbakar.
Ventilasi :
Dibutuhkan ventilasi yang baik.
Pakaian :
Gunakan pakaian pelindung seperti sepatu boot,
sarung tangan, kacamata pengaman dan/atau
lapisan pelindung seluruh wajah, jika debu atau
percikan cairan mungkin terjadi.
D. Hidrogen Peroksida (H₂O₂)
Hidrogen peroksida berbentuk cairan jernih. Zat ini
memiliki sifat oksidasi yang kuat dan merupakan agen pengelantangan yang hebat.
Hidrogen peroksida juga mudah terbakar. Penggunaan
dalam industri Batik: Untuk pengelantangan oksidatif pada katun, Oksidasi
pewarnaan dengan Indigo dan pewarna tangki (vat dyes)
Resiko:
1.
Penghirupan zat konsentrasi tinggi: Menyebabkan iritasi sangat keras pada hidung, paru-paru, dan tenggorokan. Gejala-gejala yang khas meliputi: sakit kepala, pusing, muntah, diare, gemetar, mati rasa, sawan, edema pada paru-paru dan kehilangan kesadaran.
2.
Kontak mata: Menyebabkan mata pedih
dan berair dan percikan zat konsentrasi
tinggi menyebabkan kerusakan parah pada
kornea.
3.
Kontak kulit: Menyebabkan pemutihan
atau pengelantangan sementara pada
kulit; jika kulit tidak dicuci dengan segera, kulit kemerahan dan melepuh
mungkin terjadi. Dampak pada kulit
segera setelah terekspos 30% H2O2
4.
Penelanan: Menyebabkan iritasi pada
sistem gastrointestinal bagian atas dan kerusakan parah pada saluran esofagus/
kerongkongan dan perut. Hidrogen peroksida telah terbukti menyebabkan kerusakan
DNA (genetik) pada sistem pengujian manusia di laboratorium.
Perlindungan:
Penanganan umum : Cuci tangan, lengan bawah, dan
wajah
dengan sabun dan air sebelum makan.
Jangan makan, minum, menggunakan
produk tembakau, menggunakan kosmetik,
atau minum obat di lokasi di mana
hidrogen peroksida atau cairan yang
mengandung hidrogen peroksida
ditangani, diproses, atau disimpan.
Penyimpanan :
Di tempat yang sejuk, kering, berventilasi
baik dalam wadah yang tersegel rapat.
Clothing :
Gunakan pakaian pelindung seperti sepatu
boot, sarung tangan, kacamata pengaman
dan/atau lapisan pelindung seluruh wajah,
jika debu atau percikan cairan mungkin
terjadi.
E. Sodium Ditionit (Na₂S₂O₄)
Sodium ditionit (juga dikenal dengan sodium
hidrosulfit) adalah bubuk kristal putih dengan aroma belerang. Senyawa ini
adalah garam yang larut dalam air, dan dapat digunakan sebagai agen pereduksi
dalam bentuk larutan encer.
Penggunaan dalam industri Batik: Untuk pengelantangan
reduktif pada katun, Reduksi pewarna tangki (vat dyes) dan Indigo ke dalam
bentuk yang dapat larut dalam air
Resiko:
1.
Kontak dengan api/ air: Sodium
ditionit adalah zat yang sangat mudah terbakar. Menumpahkannya dengan campuran
air dapat menciptakan api atau bahaya ledakan. Wadahnya dapat meledak jika
dipanaskan. Dapat bereaksi eksplosif jika bersentuhan dengan air.
2.
Penghirupan: Gasnya bersifat korosif
dan/ atau beracun. Jika terhirup, akan menyebabkan cedera parah atau kematian.
3.
Kontak dengan zat: Menyebabkan rasa
terbakar parah pada kulit dan mata. Lengan
setelah kontak dengan zat kimia
Perlindungan:
Penyimpanan : Simpan di tempat yang sejuk dan berventilasi,
serta jauh dari bahan yang mudah terbakar.
Jaga
agar wadah selalu tertutup rapat dan tersegel
hingga siap untuk digunakan. Pisahkan dari
bahan
bahan kimia yang mengandung asam dan/atau
alkali, serta mudah terbakar.
Pakaian : Gunakan pakaian pelindung seperti sepatu boot,
sarung tangan, kacamata pengaman dan/atau
lapisan pelindung seluruh wajah, jika debu atau
percikan cairan mungkin terjadi.
F. Sodium Karbonat (Na₂CO₃)
Sodium karbonat adalah bubuk kristal putih yang
dikenal juga sebagai abu soda. Penggunaan
dalam industri Batik: Untuk menyesuaikan pH pada kolam pewarna, Memperbaiki
kemurnian pada pewarna dalam proses pewarnaan
Resiko:
1.
Penghirupan: Menyebabkan iritasi
pada sistem pernapasan. Gejala-gejala akibat penghirupan debu yang terlalu
banyak dapat berupa batuk-batuk dan kesulitan bernapas. Kontak yang melampaui
batas diketahui menyebabkan kerusakan pada dinding penyekat hidung.
2.
Penelanan: Hanya sedikit beracun,
tetapi dalam dosis besar mungkin membakar sistem gastrointestinal,
gejala-gejalanya dapat berupa sakit parah pada daerah perut, muntah, diare,
dalam dosis tinggi menyebabkan pingsan dan kematian.
3.
Kontak kulit: Kontak yang berlebihan
dapat menyebabkan iritasi dengan lepuhan
dan kemerahan. Cairannya dapat menyebabkan iritasi parah atau terbakar pada
kulit.
4.
Kontak mata: Kontak dapat bersifat
korosif bagi mata dan menyebabkan edema konjungtival dan kehancuran kornea
mata.
Perlindungan:
Penyimpanan : Zat ini bersifat lembab dan cenderung menjadi
lengket dalam penyimpanan. Simpan di tempat
yang sejuk, kering, dan berventilasi baik.
Jaga agar
wadah selalu tertutup rapat.
Pakaian :
Gunakan pakaian pelindung seperti sepatu boot,
sarung tangan, kacamata pengaman dan/atau
lapisan pelindung seluruh wajah, jika debu atau
percikan cairan mungkin terjadi.
Lain-lain :
Siapkan ventilasi mekanik dan pancuran air dan
pencuci mata darurat.
G. Sodium Silikat (Na2SiO3)
Sodium silikat (water glass), upas, sangat kental,
adalah a senyawa alkali yang kuat. Penggunaan
dalam industri Batik: Digunakan sebagai bahan pengikat untuk zat-zat pewarna
reaktif, Sebagai stabilisator dalam proses pengelantangan dengan peroksida
Resiko:
1.
Kontak kulit: Dapat mengakibatkan
luka bernanah berulang-ulang yang
menahun, seperti urtikaria sentuhan.
2.
Kontak mata: Kontak secara langsung dapat menyebabkan iritasi parah, nyeri dan rasa terbakar, mungkin pula terjadi kerusakan permanent dan parah termasuk kebutaan.
3.
Penghirupan zat silikat menyebabkan fibrogenesis pada paru-paru.
4.
Penelanan: Dapat menyebabkan nyeri seketika dan rasa terbakar yang parah pada saluran esofagus/ kerongkongan dan sistem
gastrointestinal dengan muntah, mual, dan diare.
5.
Dapat menyebabkan pembengkakan dan
kehancuran jaringan pada membran mukosa di mulut, tenggorokan, saluran
esofagus/ kerongkongan, dan perut.
6.
Chronic ulcerative lesions after
contact with sodium silicate
Perlindungan:
Penanganan : Cuci seluruhnya setelah penanganan.
Penyimpanan : Jaga wadah agar selalu tertutup rapat dan dilabeli
dengan tepat. Jangan simpan dalam wadah
aluminium atau menggunakan perabotan atau
alur
pemindah dari aluminium, karena dapat
menghasilkan gas hidrogen. Tetap pisahkan
dari
zat-zat yang bertentangan.
Pakaian :
Gunakan pakaian pelindung seperti sepatu boot,
sarung tangan, kacamata pengaman dan/atau
lapisan pelindung seluruh wajah, jika debu atau
percikan cairan mungkin terjadi.
H. Zat Pewarna Secara Umum
Hindari penggunaan zat warna Naftol; zat warna
tersebut memiliki resiko tinggi terhadap kesehatan. Beberapa zat warna Azo –N=N- bersifat
karsinogenik; dalam zat-zat warna Benzidin tertentu. Zat pewarna sebaiknya
ditangani sebagaimana bahan-bahan kimia lainnya dengan hati-hati. Jangan makan,
merokok, minum jika terdapat bahan-bahan kimia atau memegangnya dalam proses
pewarnaan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya reaksi kimia yang tidak
diharapkan pada tubuh Anda.
Hindari penghirupan serbuk pewarna. Hindari kontak
kulit dengan bubuk pewarna, khususnya dengan cairan pewarna. Kulit dapat
menyerap bahan kimia tersebut. Ekspos jangka panjang terhadap zat-zat warna
yang kritis dan berbahaya dapat mengakibatkan kefatalan – prosesnya dalam tubuh
Anda dapat berlangsung puluhan tahun.
Dengan mengenakan barang-barang tekstil, contohnya
kemeja Batik atau gaun Batik – yang diwarnai dengan zat-zat warna berbahaya,
bahkan setelah dicuci sebelum dipakai, dapat menyebabkan iritasi kulit dan
eksim.
I. Zat Warna Naftol
Pewarna Naftol, dikarenakan sifat alamiahnya yang
berbahaya dan karsinogen, tidak diproduksi lagi di Uni Eropa (UE) dan dilarang
penggunaannya di EU sebagaimana juga larangan untuk mengimpor produk jadinya.
Beberapa garam diazonium yang bersifat karsinogenik
dapat diserap langsung bahkan melalui kulit yang sehat. Penggunaan dalam industri Batik: Digunakan
bersama garam diazonium untuk mewarnai katun yang digunakan untuk Batik dalam
suhu ruang.
Resiko:
1.
Penghirupan: Menyebabkan iritasi
pada sistem pernapasan. Gejalanya
mungkin meliputi batuk-batuk, sesak
napas. Penghirupan terekspos dapat menjadi fatal.
2.
Penelanan dalam dosis besar: Dapat
menyebabkan keram dan nyeri perut,
muntah, berkeringat, kerusakan hati,
gangguan fungsi tekanan darah, radang ginjal, diare, anemia, sawan, dan kematian (perkiraan dosis
mematikan 5 gram)
3.
Kontak kulit: Dapat menyebabkan
kemerahan parah dan nyeri. Mungkin diserap melalui kulit dengan gejala-gejala
separah penelanan dan menyebabkan kerusakan ginjal.
4.
Tindakan lokal dapat menyebabkan
pengelupasan kulit yang mungkin disertai dengan pigmentasi yang membandel.
5.
Kontak mata: Menyebabkan iritasi,
kemerahan, nyeri dan luka pada kornea dan lensa mata.
6.
Ekspos secara kronis: Ekspos yang
berkepanjangan dan berulang-ulang pada kulit dapat menyebabkan infeksi kulit.
7.
Iritasi parah pada kulit setelah
kontak dengan naftol
Perlindungan:
Penanganan : Jangan membuang produk ke lingkungan sekitar.
Jangan makan, minum, atau merokok saat
bekerja
dan pelajari prinsip-prinsip kebersihan diri.
Cuci
bagian tubuh yang terekspos dengan sabun
seusai
bekerja.
Pakaian :
Gunakan pakaian pelindung seperti sepatu boot,
sarung tangan, kacamata pengaman dan/atau
lapisan pelindung seluruh wajah, jika debu atau
percikan cairan mungkin terjadi.
Penyimpanan :
Simpan pada kemasan asal di tempat yang kering
dan terlindung dari kondisi cuaca secara langsung.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Penelitian yang langsung dilaksanakan di lapangan
menghasilkan berbagai kesimpulan sebagai berikut:
a.
Batik
merupakan kebudayaan milik indonesia yang harus dilestarikan dan kita selaku
generasi penerus harus bangga dengan macam-macam batik yang ada.
b.
Di
Indonesia berbagai macam jenis dan motif batik.Disetiap daerah memiliki motif
yang berbeda.
c.
Proses
pengolahan batik memerlukan tahapan yang panjang dan ketelitian yang cukup
sehingga menghasilkan motif batik yang sempurna.
d.
Berbagai
macam batik mulai banyak zaman sekarang seperti batik tulis,batik cap,batik
printing,dan lain-lain.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah kami buat,maka
beberapa saran penulis diajukan sebagai berikut.
a.
Batik
sangatlah penting bagi indonesia karena batik merupakan ciri khas bangsa
indonesia dan merupakan budaya,identitas yang tidak bisa dilepaskan dari bangsa
indonesia.
b. Mengingat bahwa batik telah diklaim
oleh negara lain,maka kita dianjurkan bahkan diwajibkan menjaga kebudayaan
batik yang kita miliki.
c. Mengingat indonesia khususnya
yogyakarta dan sekitarnya sangat identik dengan batik ada baiknya jika
kebudayaan batik indonesia dilestarikan oleh rakyat indonesia itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
1 comment:
sip bagus gan..
Post a Comment